Kesuksesan Adalah Milikku. Aku Akan Mendapatkanmu Walau Kemanapun Itu. Akan Kukejar Kamu Sampai Kemanapun Itu. Karena Kesuksesan Adalah Hak ku.

Psikologi Agama (Tuhan Menurut Anak-anak)


Tuhan Di Mata Anak-Anak
(Konsep Tuhan Dari Perspektif Dunia Anak-Anak)

Makalah Ini Disusun Sebagai Salah Satu Tugas
Pada Mata Kuliah “Psikologi Agama”

Dosen Pengampu :
Dwi Setianingsih, M.Pd I

Disusun Oleh :
MOCHAMAD BADRUSALIM
(NIM 9321 052 08)

JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KEDIRI
2010


BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Agama adalah pfondasi utama dalam proses pembinaan religiusitas dan moral manusia, dimulai dari masih balita sampai pada usia manula agama terus memiliki peran aktif dan sangat penting didalam perkembangan individu manusia tersebut. Manusia secara naluri sebagai makhluk religius percaya akan suatu kekuatan lebih selain dirinya yang selalu mengawasi dan telah menciptakannya. Tidak ada manusia yan g tidak percaya dengan adanya Tuhan, orang kafir pun sesungguhnya mempercayai hal itu, namun mereka hanya mengingkari apa yang ada di dalam hatinya dengan apa yang mereka ucapkan melalui lisanya.
Dari tahapan perkembangan manusia yang termasuk awal yakni masa anak-anak, mereka pasti memiliki konsep sendiri tentang Tuhan, mereka mengartikan semua tentang Tuhan sesuai dengan tingkat pemahaman dan pemikiran usia perkembangan mereka. Pemahaman anak tentang Tuhan pasti akan berbeda dengan pemahaman yang kita ketahui tentang Tuhan. Ibarat suatu bentuk yang melihat dan merasakan berbeda-beda tingkat pemahamannya. Pemahaman mereka tentang Tuhan masih bersifat benda, bersifat Abstrak dan dengan contoh-contoh. Nah bagaiamana selengkapnya tentang pengenalan konsep Tuhan yang terjadi pada masa anak-anak, mulai dari bagaimana Tuhan di mata anak-anak ? samapai pada bagaimana cara memperkenalkan konsep Tuhan kepada anak-anak? Akan kita bahas lebih lanjut dalam rangkuman makalah singkat berikut.

  1. Rumusan Masalah
  1. Bagaimana konsep Tuhan dari sudut pemahaman anak-anak?
  2. Bagaimana cara-cara memperkenalkan konsep Tuhan kepada anak-anak?

 
BAB II
PEMBAHASAN

  1. Konsep Tuhan dari sudut pemahaman anak-anak
Agar memiliki akhlak dan moral yang baik, sejak dini anak sebaiknya sudah dikenalkan kepada agama. Lantas, usia berapa yang pantas untuk mengenalkan hakikat Tuhan kepada buah hati tercinta? Ada yang berpendapat anak bisa diperkenalkan tentang konsep Tuhan ketika sudah bisa diajak untuk berkomunikasi aktif (sekitar usia satu tahun).
Sering terjadi kesalahan pada orang tua dalam mengenalkan Tuhan kepada anak-anaknya dengan mengenalkan sifat-sifat Tuhan yang cenderung dimata anak-anak sebagai sifat yang jahat. Sudah hal yang lumrah jika seorang anak saat tersudut akan melakukan tindakan kebohongan, sebagai orang tua juga sering terjadi agar si anak tidak berbohong lagi akan berkata seperti ini,”Jangan berbohong, nanti kalau berbohong Tuhan akan memasukkan ke dalam neraka”. Apa yang terjadi? Tuhan demata anak-anak akan cenderung menjadi sosok yang jahat, sosok yang tidak kasih sayang.
Nah dalam memperkenalkan Tuhan kepada anak-anak sebaiknya dengan mendahulukan sifat-sifat Tuhan yang Penyayang, maha Pengasih, maha Pengampun, maha Pemaaf dan lain sebagianya. Jadi agar anak-anak memahami Tuhan sebagai sosok yang baik hati, dan merekapun akan mencintai Tuhannya tersebut. Menurut psikolog Tika Bisono bahwa jika mengenalkan Tuhan seolah sosok yang menyeramkan kepada anak, malah bisa menyebabkan si anak jauh dari Tuhan.1
Anak kecil pada umur sekitar 3 – 5 tahunan, biasanya suka keluar pertanyaan-pertanyaan yang bisa dibilang ajaib dan spontan, tapi polos ! Nah sanking polosnya, terkadang orang tua yang kelabakan mendengar pertanyaan anaknya, biasanya cari aman saja, dengan menjawab seenaknya saja. Berikut beberapa pertanyaan dan kunci jawaban terkait pemahaman seorang anak dengan kepolosan tingkat pemahamannya.2
  1. Bu, Tuhan itu apa sih?”
Nak, Tuhan itu Yang Menciptakan segala-galanya. Langit, bumi, laut, sungai, batu, kucing, cicak, kodok, burung, semuanya, termasuk menciptakan nenek, kakek, ayah, ibu, juga kamu.
  1. Bu, bentuk Tuhan itu seperti apa?”
Bentuk Tuhan itu seperti anu ..ini..atau itu….
Karena jawaban seperti itu pasti salah dan menyesatkan!
Adek tahu ‘kan, bentuk sungai, batu, kucing, kambing,..semuanya.. nah, bentuk Tuhan itu tidak sama dengan apa pun yang pernah kamu lihat. Sebut saja bentuk apa pun, bentuk Tuhan itu tidak sama dengan apa yang akan kamu sebutkan.
Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis
فَاطِرُ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ‌ۚ جَعَلَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٲجً۬ا وَمِنَ ٱلۡأَنۡعَـٰمِ أَزۡوَٲجً۬ا‌ۖ يَذۡرَؤُكُمۡ فِيهِ‌ۚ لَيۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَىۡءٌ۬‌ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ ((١١
[Dia] Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan [pula], dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S. Asy-Syura:11)
  1. Bu, Tuhan itu ada di mana?
Nak, Tuhan itu ada di atas..di langit..atau di surga atau di Arsy.
Jawaban seperti ini menyesatkan logika anak karena di luar angkasa tidak ada arah mata angin atas-bawah-kiri-kanan-depan-belakang.  Lalu jika Tuhan ada di langit, apakah di bumi Tuhan tidak ada? Jika dikatakan di surga, berarti lebih besar surga daripada Tuhan…berarti prinsip Allahu Akbar itu bohong?
ثُمَّ ٱسۡتَوَىٰ عَلَى ٱلۡعَرۡشِ‌ۚ
Dia bersemayam di atas ’Arsy. Ayat ini adalah ayat mutasyabihat, yaitu ayat yang wajib dibelokkan tafsirnya. Kalau dalam pelajaran bahasa Indonesia, kita mengenal makna denotatif dan konotatif, nah.. ayat mutasyabihat ini tergolong makna yang konotatif.
Nak, Tuhan itu ada di mana-mana”
Dikhawatirkan anak akan otomatis berpikiran Tuhan itu banyak dan terbagi-bagi, seperti para freemason atau politeis Yunani Kuno.
Nak, Tuhan itu dekat dengan kita. Tuhan itu selalu ada di hati setiap orang yang saleh, termasuk di hati kamu, Sayang. Jadi, Tuhan selalu ada bersamamu di mana pun kamu berada
 “Qalbun mukmin baitullah “,Hati seorang mukmin itu istana Allah.” (Hadist)
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat.(Q.S. Al-Baqarah (2) : 186)
وَهُوَ مَعَكُمۡ أَيۡنَ مَا كُنتُمۡ‌ۚ
Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.(Q.S. Al-Hadiid: 4)
وَلِلّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّواْ فَثَمَّ وَجْهُ اللّهِ
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 115)
Tuhan sering lho bicara sama kita..misalnya, kalau kamu teringat untuk bantu Ibu dan Ayah, tidak berantem sama kakak, adek atau teman, tidak malas belajar, tidak susah disuruh makan,.. Nah, itulah bisikan Tuhan untukmu, Sayang
وَٱللَّهُ يَهۡدِى مَن يَشَآءُ إِلَىٰ صِرَٲطٍ۬ مُّسۡتَقِيمٍ
Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (Q.S. Al-Baqarah: 213)
  1. Bu, kenapa kita harus nyembah Tuhan?”
Karena kalau kamu tidak menyembah Tuhan, kamu akan dimasukkan ke neraka. Kalau kamu menyembah Tuhan, kamu akan dimasukkan ke surga
Jawaban seperti ini akan membentuk paradigma (pola pikir) pamrih dalam beribadah kepada Tuhan, bahkan menjadi benih syirik halus (khafi). Hal ini juga yang menyebabkan banyak orang menjadi ateis karena menurut akal mereka:
Masak sama Tuhan kayak dagang aja! Yang namanya Tuhan itu berarti butuh penyembahan! Tuhan kayak anak kecil aja, kalau diturutin maunya, surga; kalau gak diturutin, neraka!!
Orang yang menyembah surga, ia mendambakan kenikmatannya, bukan mengharap Penciptanya. Orang yang menyembah neraka, ia takut kepada neraka, bukan takut kepada Penciptanya. (Syaikh Abdul Qadir al-Jailani)
Nak, kita menyembah Tuhan sebagai wujud bersyukur karena Tuhan telah memberikan banyak kebaikan dan kemudahan buat kita. Contohnya, Adek sekarang bisa bernapas menghirup udara bebas, gratis lagi.. kalau mesti bayar, ‘kan Ayah sama Ibu gak akan bisa bayar. Di sungai banyak ikan yang bisa kita pancing untuk makan, atau untuk dijadikan ikan hias di akuarium.
Semua untuk kesenangan kita.
Kalau Adek gak nyembah Tuhan, Adek yang rugi, bukan Tuhan. Misalnya, kalau Adek gak nurut sama ibu-bapak guru di sekolah, Adek sendiri yang rugi, nilai Adek jadi jelek. Isi rapor jadi kebakaran semua. Ibu-bapak guru tetap saja guru, biar pun kamu dan teman-temanmu gak nurut sama ibu-bapak guru.
إِنَّ ٱللَّهَ لَغَنِىٌّ عَنِ ٱلۡعَـٰلَمِينَ
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya [tidak memerlukan sesuatu] dari semesta alam.(Q.S. Al-Ankabut: 6)
Katakan juga pada anak kita:
Adek mulai sekarang harus belajar cinta sama Tuhan, lebih daripada cinta sama Ayah-Ibu, ya?!”
Kenapa, Bu?”
Karena suatu hari Ayah sama Ibu bisa meninggal dunia, sedangkan Tuhan tidak pernah mati. Nah, kalau suatu hari Ayah atau Ibu meninggal, kamu tidak boleh merasa kesepian karena Tuhan selalu ada untuk kamu.”
Nanti, Tuhan juga akan mendatangkan orang-orang baik yang sayang sama Adek seperti sayangnya Ayah sama Ibu. Misalnya, Paman, Bibi, atau para tetangga yang baik hati, juga teman-temanmu.”
Dan mulai sekarang rajin-rajin belajar Iqra supaya nanti bisa mengaji Quran. Mengaji Quran artinya kita berbicara sama Tuhan.“
Itulah beberapa pemahaman anak tentang Tuhan, dengan semua kepolosan pemikirannya anak memiliki arti sendiri tentang Tuhan. Sebagai orang tua tentunya harus bisa meningkatkan pemahaman ini sesuai porsinya dengan cara-cara yang tepat.

  1. Cara-cara memperkenalkan konsep Tuhan kepada anak-anak
Setelah mengetahui bagaimana pemahaman anak-anak tentang Tuhan diatas, sekarang kita bahas bagimana cara-cara yang tepat dalam memperkenalkan Tuhan kepada anak, tentunya sesuai dengan tingkat pemahaman si anak tersebut.
Cara-cara memperkenalkan Tuhan kepada si anak antara laian sebagai berikut :
  1. Menurut tulisan yang dikemukakan oleh Mohammad Fauzil Adhim, ada beberapa poin penting dalam memperkenalkan Tuhan kepada anak-anak, dentaranya dengan cara-cara :
  1. Awali Bayimu dengan Laa Ilaaha Illallah
Rasulullah saw. pernah mengingatkan, “Awalilah bayi-bayimu dengan kalimat laa ilaaha Illallah.” Kalimat suci inilah yang perlu kita kenalkan di awal kehidupan bayi-bayi kita, sehingga membekas pada otaknya dan menghidupkan cahaya hatinya.
  1. Setidaknya ada tiga hal yang perlu kita berikan kepada anak saat mereka mulai bisa kita ajak berbicara.
  • Pertama, memperkenalkan Allah kepada anak melalui sifat-Nya yang pertama kali dikenalkan, yakni al-Khaliq (Maha Pencipta). Kita tunjukkan kepada anak-anak kita bahwa kemana pun kita menghadap wajah kita, di situ kita menemukan ciptaan Allah. Kita tumbuhkan kesadaran dan kepekaan pada mereka, bahwa segala sesuatu yang ada di sekelilingnya adalah ciptaan Allah. Semoga dengan demikian, akan muncul kekaguman anak kepada Allah. Ia merasa kagum, sehingga tergerak untuk tunduk kepada-Nya.
  • Kedua, kita ajak anak untuk mengenali dirinya dan mensyukuri nikmat yang melekat pada anggota badannya. Dari sini kita ajak mereka menyadari bahwa Allah Yang Menciptakan semua itu. Pelahan-lahan kita rangsang mereka untuk menemukan amanah di balik kesempurnaan penciptaan anggota badannya. Katakan, misalnya, pada anak yang menjelang usia dua tahun, “Mana matanya? Wow, matanya dua, ya? Berbinar-binar. Alhamdulillah, Allah ciptakan mata yang bagus untuk Owi. Matanya buat apa, Nak?”
Secara bertahap, kita ajarkan kepada anak proses penciptaan manusia. Tugas mengajarkan ini, kelak ketika anak sudah memasuki bangku sekolah, dapat dijalankan oleh orangtua bersama guru di sekolah. Selain merangsang kecerdasan mereka, tujuan paling pokok adalah menumbuhkan kesadaran –bukan hanya pengetahuan—bahwa ia ciptaan Allah dan karena itu harus menggunakan hidupnya untuk Allah.
  • Ketiga, memberi sentuhan kepada anak tentang sifat kedua yang pertama kali diperkenalkan oleh Allah kepada kita, yakni al-Karim. Di dalam sifat ini berhimpun dua keagungan, yakni kemuliaan dan kepemurahan. Kita asah kepekaan anak untuk menangkap tanda-tanda kemuliaan dan sifat pemurah Allah dalam kehidupan mereka sehari-hari, sehingga tumbuh kecintaan dan pengharapan kepada Allah. Sesungguhnya manusia cenderung mencintai mereka yang mencintai dirinya, cenderung menyukai yang berbuat baik kepada dirinya dan memuliakan mereka yang mulia.3
  1. Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Beurin, bahwa cara-cara meningkatkan spiritualitas pada anak sebagai berikut :
  1. Tanamkan nilai-nilai tauhidullah (keesaan Allah) sejak awal. Ma’rifatullah (mengenal Allah) adalah tema pertama yang kita ajarkan kepada anak-anak, tentu dengan bahasa dan contoh-contoh yang sederhana. Agar terpatri dalam ruang pikirnya, siapa penciptanya, siapa pemberi rizki, siapa pengatur hidup, siapa penguasa alam, siapa yang pantas disembah, siapa yang menghidupkan dan mematikan, dll. Agar ia tidak mudah ternoda oleh kepercayaan yang sifatnya tahayul, mitos, dan khurafat, yang biasanya berkembang dan sangat mendarah daging di masyarakat. Ajak anak untuk mengenal Alloh Swt Maha Pencipta dengan menceritakan menggunakan alat peraga baik gambar atau memperhatikan keadaan di lingkungan sekitar seperti burung, ular, serta hewan atau lingkungan lainnya, atau tentang fakta penciptaan organ tubuh seperti mata, hidung, telinga, dll.
  2. Sejak dini juga tanamkan pendidikan ma’rifaturrasul (mengenal Rasulullah), agar ia memiliki teladan yang mampu menjadi pemandu hidupnya, dan tidak salah pilih idola. Apalagi, saat ini banyak para artis, atau tokoh-tokoh khayalan dan rekaan yang mencoba merebut hati para anak-anak kita, baik cerita rakyat seperti Gatot Kaca atau dari Barat seperti Superman, Batman, Satria Baja Hitam, Power Rangers. Sekadar tahu tokoh-tokoh ini tidak ada masalah, namun jadi masalah jika anak menjadikan mereka sebagai teladan hidupnya, dan melupakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
  3. Sejak dini juga ditanamkan tarbiyah akhlaqiyah wa sulukiyah (pembinaan akhlak dan perilaku). Agar anak menghormati orang tua dan yang lebih tua, atau menyayanyi yang lebih muda. Agar anak tahu adab makan, minum, berjalan, berpakaian, dan berbicara, serta adab-adab lainnya. Supaya mereka menyayangi sahabat dan memaafkan musuh. Agar mereka tahu juga batasan-batasan pergaulan dengan lawan jenis, agar tidak terjadi fitnah dikemudian hari.
  4. Sejak dini juga diperkenalkan dengan tokoh-tokoh Islam, mulai para sahabat nabi, para Imam dan ulama, para pahlawan dan mujahidin Islam, baik dalam atau luar negeri. Bukan justru memperkenalkan mereka dengan bintang film, penyanyi, pemain sepak bola, atau penghibur yang membuatnya jauh dari Allah dan kewajiban-kewajiban agama.
  5. Ajarkan anak untuk berdoa sebelum melakukan aktivitas, sampaikan kepada mereka bahwa berdoa berarti memohon pertolongan dan kelancaran kepada Allah SWT atas aktivitas yang hendak dijalankan. Jangan lupa sesudahnya mengucapkan kalimat hamdallah sebagai salah satu wujud kesyukuran. Sebelum memulai seluruh aktivitas yang bersentuhan dengan proses pembelajaran usahakan melakukan Kebulatan Tekad Pagi Hari. Hal ini merupakan pengganti salam penghormatan kepada ilmu, biasakan anak membaca kebulatan tekad sebelum pelajaran dimulai :
Rodhiitu billahi robba wa bil islami diinaa wabimuhammadin nabiyya wa rosuula”
Kami rela Alloh sebagai Rabb kami, Islam sebagai agama kami, dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul kami.”
  1. Bila melarang anak, upayakan untuk tidak mengancamnya dengan dosa, neraka dan hal-hal menakutkan lainnya. Pola pikir anak yang konkret operasional cenderung sulit untuk memahami makna dosa, neraka, dsb. Cukup berikan mereka penjelasan konkret yang dapat diterima oleh pikirannya, misalnya untuk melarang anak mencuri, cukup berikan mereka penjelasan bahwa hal tersebut dapat menyakiti orang lain karena berarti mengambil hak yang bukan miliknya.
  2. Apabila anak melakukan kesalahan, bantu mereka untuk menemukan jalan untuk memperbaiki kesalahannya, tanpa harus mengancam dengan dosa, neraka dan sebagainya, karena hal tersebut akan membuat persepsi anak negatif terhadap Islam.
  3. Sertakan anak saat menjalankan ibadah sehari-hari, seperti sholat berjamaah, kegiatan pengajian, dsb. Jelaskan pula hikmah yang bisa mereka dapatkan dari ibadah yang di jalankan. Dengan demikian, mereka akan semakin akrab dengan aktivitas keagamaan.
  4. Dalam memilih hiburan, upayakan untuk memberikan anak tayangan-tayangan yang tidak merusak aqidah. Hendaknya dirumah sering diperdengarkan ayat-ayat Allah, lantunan ayat suci Al Qur’an baik dibaca sendiri oleh orang tua, atau melalui kaset-kaset muratal para Imam Mesjid di Timur Tengah. Ini lebih baik dan sangat baik demi keberkahan rumah dan turunnya rahmat Allah. Paling tidak, lagu anak-anak / lagu islami yang syairnya mendidik juga dapat kita perdengarkan.
  5. Bimbing anak untuk mensyukuri segala nikmat yang diberikan agar mereka tidak menuntut apa-apa yang tidak ada.
  6. Sediakanlah anak-anak kita buku-buku bacaan yang mendidik, yang mampu menambah pengetahuan agama dan akademik, serta iman mereka. Seperti buku-buku kisah tentang para nabi, sahabat, atau buku-buku doa sederhana, hadits-hadits, atau majalah Islam anak-anak. Dampingilah mereka untuk membantu memahaminya, sebagaimana kita dampingi mereka ketika nonton televisi agar bisa menjauhi tontonan yang tidak pantas. (Sebagusnya cegah mereka dari televisi, hingga saatnya nanti mereka bisa membedakan mana baik mana buruk).4
  1. Langkah praktis mengenalkan Tuhan kepada anak-anak menurut Dedeh Wahidah Achmad adalah, antara lain:
  1. Formal.
Pendidikan anak secara formal berarti pendidikan di ruang kelas. Ruang kelas dimaksud bukan hanya sekadar di sekolah, melainkan juga bisa masjid atau bahkan rumah. Bisa bersama-sama dengan orang lain atau khusus anak-anak kita sendiri.
Misalnya, anak disekolahkan di sekolah yang pendidikan agamanya bagus, atau disuruh mengaji di masjid. Pada sisi lain, di rumah sejatinya dilakukan pendidikan rutin untuk anak-anak.  Katakan saja, dibuat agenda kuliah subuh.  Ketika ayah ada di rumah maka yang memberi kuliah subuh kepada anak-anak adalah ayahnya. Namun, ketika sang ayah keluar kota, maka ibulah yang menjadi ustadzahnya. Tidak perlu lama, 10–15 menit cukup.  Saat azan subuh berkumandang, bangunkan anak-anak. Kalaupun mereka sulit bangun, munculkan kesabaran, bangunkan dengan penuh cinta. Setelah mereka shalat, kumpulkanlah semua anak-anak.  Mungkin mereka sambil tiduran, tidak apa-apa.
Jika di rumah ada komputer atau laptop, itu akan sangat membantu.  Buat kebiasaan, saat membangunkan anak telah dimainkan musik instrumentalia yang lembut mengalun. Secara psikologis, anak akan merasa segar, pikiran jernih, biasanya mereka segera bangun. Materinya, dibuat variasi sesuai dengan tema mengenalkan anak kepada Allah dan Rasul di atas.  Sampaikan satu ayat atau hadis yang berkaitan. Jelaskan contoh-contoh makna yang mereka alami di rumah, jalan, sekolah, dll.  Perlu juga, sekali-kali kuliah subuh berupa nyanyi bersama. 
Ayah dan ibu mengarang lagu sederhana sesuai tema. Anak-anak disuruh berdiri dan diajari bernyanyi.  Bisa juga mereka diajak menonton film perjuangan Rasul (Ar-Risâlah) secara berseri untuk beberapa hari.  Ayah/ibu menjelaskan siapa Rasul dan perjuangannya.
  1. Non-formal.
Secara non-formal, belikan anak-anak buku bertemakan Allah dan Rasulullah.  Biarkan mereka terbiasa membaca buku-buku tersebut. Untuk lebih menanamkan ’ruh’ cinta mereka, ayah atau ibunya yang menceritakan atau membacakan isi buku tersebut pada saat santai.  Bisa juga mengoleksi CD berisi doa atau cerita anak Islam, perjuangan Nabi, keindahan alam, dll.
Jika tidak ada sarana elektronik, ganti dengan bercerita tentang semua itu. Hal ini dapat dilakukan menjelang tidur. Seorang ayah atau ibu penting menjadi seorang pendongeng/pencerita hebat bagi anak-anaknya.
Jangan lupa, menanamkan anak mengenal Allah dan Rasul dapat dilakukan dengan mengajak mereka ke forum pengajian. Ajak sesekali mereka pada acara pengajian ayah atau ibunya.  Meskipun mungkin mereka tidak mengerti, tanpa kita sadari mereka akan mendarahdagingkan sikap dan perjuangan ayah/ibunya untuk mencintai Allah Swt. dan Rasulullah saw.
  1. Internalisasi.
Internalisasi yang dimaksud di sini adalah mengenalkan anak kepada Allah dan Rasulullah melalui sikap dalam kehidupan keseharian. Hampir semua kejadian dapat digunakan untuk mengenalkan tautan jiwa kita itu kepada Allah Swt. dan Rasulullah. Sebagai contoh, saat Isya pulang dari masjid terlihat ada bulan, kita bisa bertanya kepada mereka, siapa pencipta bulan?  Lalu sambil berjalan kita menjelaskan kekuasaan Allah terkait dengan langit, bulan, dan bintang. 
Hal yang sama dapat dilakukan untuk pohon, bunga, pasir, laut, dll.  Mungkin anak kita suka main boneka.  Kita tanya, bagus bonekanya?  Dia akan bilang, bagus. Setelah itu, jelaskan kehebatan Allah Swt. yang menciptakan adik bayi, bisa bergerak sendiri, kedap-kedip, nangis, dll.  Karenanya, katakan kepadanya bahwa manusia harus tunduk kepada Zat Yang Mahahebat, yaitu Allah Swt. Barangkali kita sering kelihatan capai oleh anak-anak, salah satunya karena dakwah.  Ketika itu datang berarti kesempatan untuk menjelaskan bahwa dakwah yang dilakukan ayah/ibu belum seberapa.  Rasulullah saw. berjuang dengan harta, pikiran, tenaga, bahkan mengorbankan nyawa.
  1. Doakan dengan cinta dan airmata.
Anak-anak kita memang lahir melalui kita, tetapi bukan milik kita.  Sering orangtua menghendaki anaknya begini atau begitu, tetapi dirasa sulit mencapainya. Tidak perlu mengalah apalagi menyerah. Berusaha terus.  Jangan lupa, ada senjata orangtua yang sangat utama: doa! Setiap kali usai shalat, doakanlah anak-anak kita agar mengenal dan mencintai Allah dan Rasul-Nya.
Bayangkan wajah mereka satu persatu mulai dari yang terbesar.  Doakan satu persatu sambil menyebut namanya. Mintalah kepada-Nya dengan penuh kesungguhan dan tetes airmata kecintaan. Akan bagus jika itu dilakukan juga di tengah malam saat para malaikat turun ke langit dunia, setelah shalat malam.  Ya, Allah, jadikanlah anak-anak kami mengenal serta mencintai-Mu dan  Rasul-Mu!5
  1. Sedangkan menurut penulis sendiri dalam memperkenalakan Tuhan kepada dunia anak-anak dapat dilakukan dalam berbagai hal, diantaranya :
  1. Membiasakan akhlak yang baik, sopan santun dalam setiap tindakan
  2. Mengenalkan tuhan dengan menunjukkan berbagai ciptaan-Nya yang ada di langit dan bumi ini
  3. Membiasakan berdo’a di setiap memulai dan mengakhiri aktivitas
  4. Mengajaknya melakukan ibadah sehari-hari
  5. Mengenalkan Allah melalui sifat-sifat-Nya dan nama-nama-Nya yang agung (Asmaul Khusna).

BAB II
PENUTUP

Kesimpulan
  1. Konsep Tuhan dari sudut pemahaman anak-anak
Pengertian Tuhan dimata anak-anak sangat sederhana, karena pemahaman anak-anak dan pola pikirnya masih sangat polos. Sebagai orang tua dan pendidik tentunya harus bisa meningkatkan pemahaman ini dengan proporsional dan metode yang tepat. Jangan sampai dengan pemahaman yang diberikan oleh orang tua atau pendidik, anak-anak akan semakin jauh dengan Tuhannya.
  1. Cara-cara memperkenalkan konsep Tuhan kepada anak-anak
Dalam memperkenalkan konsep Tuhan kepada dunia anak-anak dapat dilakukan berbagai cara, antara lain sebagai berikut :
  • Awali Bayimu dengan Laa Ilaaha Illallah
  • Memperkenalkan Allah kepada anak melalui sifat-Nya yang pertama kali dikenalkan, yakni al-Khaliq (Maha Pencipta).
  • Kita ajak anak untuk mengenali dirinya dan mensyukuri nikmat yang melekat pada anggota badannya.
  • Memberi sentuhan kepada anak tentang sifat kedua yang pertama kali diperkenalkan oleh Allah kepada kita, yakni al-Karim.
  1. Menurut Beurin
  • Tanamkan nilai-nilai tauhidullah (keesaan Allah) sejak awal.
  • Sejak dini juga tanamkan pendidikan ma’rifaturrasul (mengenal Rasulullah)
  • Sejak dini juga ditanamkan tarbiyah akhlaqiyah wa sulukiyah (pembinaan akhlak dan perilaku)
  • Sejak dini juga diperkenalkan dengan tokoh-tokoh Islam
  • Ajarkan anak untuk berdoa sebelum melakukan aktivitas
  • Bila melarang anak, upayakan untuk tidak mengancamnya dengan dosa, neraka dan hal-hal menakutkan lainnya.
  • Apabila anak melakukan kesalahan, bantu mereka untuk menemukan jalan untuk memperbaiki kesalahannya, tanpa harus mengancam dengan dosa, neraka dan sebagainya
  • Sertakan anak saat menjalankan ibadah sehari-hari, seperti sholat berjamaah, kegiatan pengajian, dsb
  • Dalam memilih hiburan, upayakan untuk memberikan anak tayangan-tayangan yang tidak merusak aqidah.
  • Bimbing anak untuk mensyukuri segala nikmat yang diberikan agar mereka tidak menuntut apa-apa yang tidak ada.
  • Sediakanlah anak-anak kita buku-buku bacaan yang mendidik, yang mampu menambah pengetahuan agama dan akademik, serta iman mereka.
  1. Menurut Dedeh Wahidah Ahmad, dengan langkah praktis
  • Formal.
  • Non-formal.
  • Internalisasi.
  • Doakan dengan cinta dan airmata
  1. Menurut Penulis
  • Membiasakan akhlak yang baik, sopan santun dalam setiap tindakan
  • Mengenalkan tuhan dengan menunjukkan berbagai ciptaan-Nya yang ada di langit dan bumi ini
  • Membiasakan berdo’a di setiap memulai dan mengakhiri aktivitas
  • Mengajaknya melakukan ibadah sehari-hari
  • Mengenalkan Allah melalui sifat-sifat-Nya dan nama-nama-Nya yang agung (Asmaul Khusna).
Foot Note

1 Ajak si Kecil Mengenal Tuhan. http://lifestyle.okezone.com/read/2011/07/20/196/481924/ajak-si-kecil-mengenal-tuhan. Rabu, 20 Juli 2011, diakses Selasa 1 Nopember 2011.
3 Thea, Dina. Mengenalkan Allah kepada Anak.(http://bundadanaku.wordpress.com/2011/03/23/ mengenalkan-allah-kepada-anak/) 23 Maret 2011, diakses Selasa 1 Nopember 2011

4 Berurin. Mengenalkan Allah pada anak. (http://berurin.multiply.com/journal/item/9) 4 Oktober 2009, diakses Selasa 1 Nopember 2011.
5 Achmad, Dedeh Wahidah. Mengenalkan Allah Dan Rasul Kepada Anak. (http://hatimuslimah wordpress.com/2009/09/17/mengenalkan-allah-dan-rasul-kepada-anak/) 17 September 2009, diakses 1 Nopember 2011.

Daftar Pustaka

Achmad, Dedeh Wahidah. Mengenalkan Allah Dan Rasul Kepada Anak. (http:// hatimuslimah wordpress.com/2009/09/17/mengenalkan-allah-dan-rasul-kepada-anak/) 17 September 2009, diakses 1 Nopember 2011.
Berurin. Mengenalkan Allah pada anak. (http://berurin.multiply.com/journal/item/9) 4 Oktober 2009, diakses Selasa 1 Nopember 2011.
Daradjat,Zakiah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta:Bulan Bintang,1996.
Ajak si Kecil Mengenal Tuhan.http://lifestyle.okezone.com/read/2011/07/20/196/ 481924/ajak-si-kecil-mengenal-tuhan. Rabu, 20 Juli 2011, diakses Selasa 1 Nopember 2011.
Thea, Dina. Mengenalkan Allah kepada Anak.(http://bundadanaku. wordpress.com /2011/03/23/ mengenalkan-allah-kepada-anak/) 23 Maret 2011, diakses Selasa 1 Nopember 2011
Umar,Bukhari. Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta:Amzah,2010.

0 komentar:

Post a Comment

Design by WPThemesExpert | Blogger Template by BlogTemplate4U