KERAGAMAN
SANTRI PONDOK PESANTREN HAJI YA’QUB
(LIRBOYO)
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah "Ilmu Sosial dan Budaya Dasar"
Dosen Pengampu :
Ahmad Taufiq M,Pd
Disusun Oleh :
Syauqi Lutfi (932104108)
Ratna Mufidatul M (932104208)
Mochamad Badrusalim (932105208)
Ulfa Rifqiawati (932105308)
Siti Zulaikah (932106408)
JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAM ISLAM NEGERI
(STAIN) KEDIRI
2009
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Untuk mencapai suatu peradaban yang tinggi diperlukan beberapa faktor, selain sumber daya alam (SDA) yang cukup, perlu adanya tingkat sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Dalam mencetak sumber daya manusia yang demikian sangat diperlukan pendidikan yang memadai, terjangkau dan berkualitas.
Begitu banyak model dan macam lembaga pendidikan mulai yang formal, non formal, tradisional dan modern. Salah satu instansi pendidikan yang ada dan telah berakar kuat di Indonesia adalah Pondok Pesantren. Sebagai salah satu lembaga pendidikan tentunya Pondok Pesantren juga sangat berperan penting dalam mencetak generasi-generasi intelektual sebagai penerus bangsa, terbukti dari para pemimpin bangsa ini banyak yang berlatar belakang pesantren.
Berbagai problem tentunya selalu mengiringi setiap langkahlembaga yang disebut Pondok Pesantren ini dalam menapaki masa kemasa. Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga yang didalamnya sarat dengan majemuk, plural, heterogen dari berbagai macam etnik dan budaya, dari macam-macam daerah, dari berbagai tingkat usia dan pendidikan. Dari pluralis tadi tentunya akan mengakibatkan kesenjangan antar para santri sebagai salh satu unsure dalam ponok pesantren. Dari berbagai kesenjangan tersebut yang menjadi tumpuan dalam penelitian masalah kemajemukan dan kesederajatan antar santri dalam pondok pesantren.
B.Rumusan Masalah
1.Bagaimana keragaman santri pondok pesantren ?
2.Bagaimana keseharian santri pondok pesantren ?
3.Masalah apa yang timbul karena keragaman ?
4.Mengapa santri pondok bisa kompak dalam kesehariannya ?
C.Batasan Masalah
1.Keragaman santri Pondok Pesantren Haji Ya’qub.
2.Penyelesaian terhadap keragaman (Plural) santri Pondok Pesantren Haji Ya’qub.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Keragaman
Keragaman berasal dari kata ragam yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) artinya: 1) tingkah laku; 2) macam, jenis; 3) lagu, musik; langgam; 4) warna, corak, ragi; 5) (ling) laras (tata bahasa). Sehingga keragaman berarti perihal beragam-ragam: berjenis-jenis; perihal ragam; hal jenis.
Keragaman yang dimaksud disini adalah suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi, adap kesopanan serta situasi ekonomi.1
Masalah-masalah yang menggoyahkan persatuan dan kesatuan, antara lain:2
1.Disharmonisasi, adalah tidak adanya penysuaian atas keragaman antara manusia dengan lingkungannya. Disharmonisasi dibawa oleh virus paradoks yang ada dalam globalisali.
2.Perilaku diskrimainatif terhadap etnis atau kelompok masyarakat tertentu.
3.Eksklusivisme, menganggap bahwa suku atau rasnya lebih tinggi dari suku atau ras kelompok yang lain.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan oleh pengaruh negatif dari keragaman, yaitu:1) Semangat religius, 2) semangat nasionalisme, 3) semangat pluralisme, semangat humanisme, 4) dialog antar umat beragama, dan 4)membangun pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi.
Keterbuakaan, kedewasaan sikap, pemikiran global yang bersifat inklusif, serta kesadaran kebersamaandalam mengarungi sejarah merupakan modal yang sngat menentukan terciptanya persatuan dan kesatuan. Menyatu dalam keragaman, dan beragam dalam kesatuan. Segala bentuk kesenjangan didekatkan, segala keanekaragaman dipandang sebagai kekayaan, milik bersama. Sikap inilah yang perlu dikembangkan dalam pola pikir dalam menanggapi masalah keragaman.
B.Pesantren dan keragaman
Menurut etimologi (bahasa), kata "Pesantren" berasal dari kata santri dengan awalan pe- dan akhiran -an yang berarti tempat tinggal para santri. Profesor Jahus berpendapat bahwa istilah santri berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru mengaji. Sedangkan CC Berg berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari "shastri" yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau sarjana ahli Kitab Agama Hindu. Kadang-kadang kata sant "manusia yang baik". Kata pesantren dapat berarti "tempat pendidikan manusia baik-baik".3
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang masih asli di Indonesia meskipun kini banyak istilah pesantren modern tapi beberapa tradisi dalam pesantren masih kental dengan akhlaqul karimah seperti mengutamakan sholat berjamaah, tradisi kerja bakti bersama-sama untuk membersihkan lingkungan pondok (ro'an) yang dilaksanakan pada hari-hari tertentu selain piket harian. Dari beberapa tradisi yang ada dalam pesantren menggambarkan dari sifat gotong royong, persatuan dan kesatuan.
Meskipun sifat gotong royong sekarang semakin menurun terutama pada daerah perkotaan yang mulai berpola hidup individualistik dan materialistik. Pesantren awal mula perkembangannya di daerah pedesaan, pelosok-pelosok, daerah pesisir yang secara tradisional mendidik santri-santrinya dengan akhlakul karimah dan pengetahuan agama.
Unsur-unsur pesantren terdiri dari kiai, ustadz, santri dan pengurus pesantren menjadi satu komunitas yang hidup bersama dalam satu lingkungan pendidikan berlandaskan nilai-nilai agama Islam.
Dengan demikian unsur-unsur pesantren adalah: (1) Pelaku terdiri dari kiai, ustadz, santri dan pengurus, (2) Sarana perangkat keras misalnya Masjid, rumah kiai (dalem), rumah ustadz, gedung pondok, gedung madrasah dan gedung-gedung lain untuk sarana pendidikan seperti perpustakaan, aula, kantor pengurus pesantren, kantor organisasi santri, keamanan, koperasi, gedung-gedung ketrampilan dan lain-lain. Dan yang ke-(3) Sarana perangkat lunak: kurikulum, buku-buku, dan sumber belajar lainnya, cara belajar mengajar (bandongan, sorogan, halaqoh dan menghafal), evaluasi belajar-mengajar.4
Sebagai lembaga pendidikan secara umum pesantren memiliki dua pola pendidkan. Pola formal yaitu pola pendidikan yang mengembangkan metode belajar mengajar modern secara klasikal dan terukur, dengan tetap memasukkan muatan-muatan pesantren, tanpa mengesampingkan materi umum.
Sedangkan pola non formal (tradisional), yaitu pola yang dikembangakan menggunakan cara tradisional seperti pengajian dengan metote sorogan dan bandongan. Lembaga pesantren yang ada sekarang sudah banyak mengadopsi konsep belajar modern, hal ini dilakukan agar pesantren mampu mengantarkan alumninya yang siap di dunia luar dan bekal menghadapi zaman global saat ini.5
Pesantren sebagai lembaga pendidkan di Indonesia memeng telah ada sejak ratusan tahun lalu. Hal inilah yang menjadikan pesantren tetap ada dan berkembang di bangsa ini. Seperti diungkapkan oleh Kuntowijoyo dalam buku Paradigma Islam (1991), pada artikel Peranan Pesantren dalam Pembangunan Desa. Dalam artikel tersebut, Kunto menyebutkan bahwa pesantren di Indonesia mempunyai akar sejarah yang panjuang, sekalipun pesantren-pesantren besar yang ada sekarang keberadaan asal usulnya hanya dapat dilacak sampai abad ke-19 atau awal abad ke-20.6
Pesantren adalah salah satu lembaga yang memiliki karakteristik tersendiri dari lembaga-lembaga lainnya. Karakteristik pesantren sarat dengan nilai-nilai agama, religius dan nilai sosial yang tinggi. Sedangkan dalam keragaman dalamj pesantren dapat dilihat dari karaktereistik nilai, yaitu bangunan nilai yang terlahir dari pelosok-pelosok, ia muncul dari pedesaan, pegunungan, pesisir laut serta dunia perkotaan. Itu semua muncul dari keragaman etnik, budaya, kepercayaan dan tingkat sosial.
Pondok pesantren merupakan salah satu bentuk Indegenous Cultura atau bentuk kebudayaan asli bangsa Indonesia. Sebab, sebagai lembaga pendidikan dengan pola Kiai, murid dan asrama yang telah dikenal dalam kisah dan cerita khususnya di pulau Jawa.7
Begitu banyak kerangaman dilingkungan podok pesantren menjadikan pesantren sendiri suatu komunitas dari berbagai kemajemukan berbagai segi. Juga kesederajatan di lingkungan pondok pesantren dapat diamati dari kegiatan-kegiatan dan budaya yang ada dilingkungan pesantren itu sendiri.
Fenomena pesantren yang menjadi ciri kepribadiannya adalah jiwanya, yaitu roh yang mendasari dan meresapi seluruh kegiatan yang dilakukan oleh segenap keluarga pondok. Roh tersebut dirumuskan oleh KH Imam Zarkasy dengan "Panca Jiwa" pondok, yaitu berupa:1) Keikhlasan,2) Persaudaraan,3) Menolong diri sendiri, dan 5) Kebebasan.8
Dalam kaitannya dengan pesantren disini ada nilai lebih dari pesantren yaitu kekuatan pesantren. Kekuatan ini dapat dilihat misalnya sistem pendidikan, sistem pendidikan di pesantren ini melestarikan cirri-ciri khas dalam interaksi sosial, yaitu:
1.Adanya hubungan yang akrab antara santri dengan kiai serta taat hormatnya para santri kepada kiai, yang merupakan figur kharismatik panutan kebaikan.
2.Semangat menolong diri sendiri dan mencintai diri dengan berwiraswasta.
3.Jiwa dan sikap tolong menolong, kesetiakawanan, suasana kebersamaan dan persaudaraan.
4.Disiplin waktu dalam melaksanakan pendidikan dan beribadah.
5.Hidup hemat dan sederhana.
6.Berani menderita untuk mencapai tujuan, seperti tirakat, shalat tahajjud di waktu malam, i'tikaf di masjid untuk merenungkan kebersamaan dan kesucian Allah SWT.
7.Merintis sikap jujur dalam setiap ucapan dan perbuatan.
Selain kekuatan dan kelebihan pesantren yang lain adalah potensi sosio-kulturalnya yang merupakan modal besar.9
Mengenai kegiatan sehari-hari dilingkungan pesantren, khusunya yang dialami santri mukim (bertempat tinggal di pondok), pada prinsipnya adalah belajar, beribadah, mengurus keperluan hidup dan amaliah kemasyarakatan. Kegiatan belajar antara lain berupa pengajian kitab, mengikuti pelajaran madrasah, kegiatan bahstul masail, syawir, latihan kepemimpinan, praktek pidato,dan lain sebagainya. Kegiatan ibadah meliputi: shalat berjamaah, zdikir, tadarus Al-Qur'an, shalat malam, puasa sunah dan lain-lain. Kegiatan mengurus keperluan sehari-hari misalnya, belanja ke pasar, memasak, mencuci dan acara santai sekedarnya. Amaliah ke masyarakat seperti, kerja bakti, menghadiri undangan masyarakat, menyelenggarakan upacara di pesantren dan lain sebagainya.10
BAB III
PEMBAHASAN
1.Data
Pertanyaan yang diajukan dalam angket dan wawancara, yaitu:
1.Menurut pengetahuan anda dalam satu pondok apa ada pengelomokan komunitas santri?
2.Apa yang menyebabkan pengelompokan tersebut?
3.Kegiatan apa yang anda lakukaj setelahj selesai mengaji?
4.Bagaiman cara anda agar kompak dengan santri dari beragam sosio-budayanya?
5.Dengan siapa anda lebih sering musyawarah dala memecahkan masalh baik pribadi ataupun masalah bersama?
6.Lebih nyaman mana interaksi dengan teman satu kamar, saudara, teman satu daerah, satu sekolah?
7.Faktor apa yang menyatukan keragaman para santri?
2.Pembahasan
Dari pertanyaan-pertanyaan diatas terdapat kesamaan jawaban yang cukup bisa mewakili jawaban dalam pembahasan ini dan dapat disimpulkan,
Hal hal yang menyebabkan para santri pesantren dapat kompak dan bersatu dalam keberagaman yang ada adalah:
1.Sering diadakan kerja bakti baik di dalam lingkungan pondok ataupun di luar pondok, dan hal ini semakin mempererat hubungan persaudaraan dan kekeluargaan antar santri.
2.Persaudaraan asal daerah atau kota, meskipun ini terkadang terlihat membeda-bedakan asal daerah tapi dengan daerah lain merekapun tetap saling menghargai dan menghormati.
3.Mereka mempunya meksud dan tujuan yang sama dalam lingkungan pondok tersebut, yaitu merasa senasib sepenanggungan sam-sama mencari ilmu, sama-sama mencari keridho'an ustadz dan kiai, sama-sama dalam perantauan. Hal ini menjadi semangaty tersendiri bagi para santri dalam kekompakan.
4.saling menghormati satu sama lain, meskipun beda daerah, beda sosio-kulturalnya, beda usia dan perbedaan yang lainnya yang ada dala pondok pesantren.
5.Sifat kesederhanaan dan apa adanya dalam pondok bias menyatukan mereka dan kompak dalam kesehariannya, serta merasa sama-sama memiliki tanggung jawab dan kewajiban masing-masing yang harus dipenuhi.
6.Semangat menghargai keragaman dan keadilan juga menjadi factor penting dalam menerima keragaman..
7.Diadakan musyawarah atau diskusi membahas materi-materi yang telah dikaji demi lebih mendalami apa yang telah didapat menjadikan kekompakan mereka semakin terpupuk dan berakar kuat.
8.Semangat saling mengingatkan dan menjaga teman-teman santri yang lain menjadikan mereka selalu menghargai sdesama santri yang lain.
9.Kegiatan santri sehari-hari yaitu kegiatan belajar, amaliah, mengurus diri sendiri dan lain-lain.
Dari beberapa kesimpulan dari jawaban diatas sudah dapat ditarik kesimpulan behwa hal-hal yang dapat menyatukan kkeragaman antar santri pesantren aadalah semangat menghargai dan saling menghormati satu sama lain meskipun berbeda-beda sosio-kulturalnya. Berbagai kekuatan pesantren yang menjadikan pesantren bias menerima keragaman dapat diliha di kajian pustaka diatas.
3.Solusi
Beberapa solusi dalam penyelesaian berbagai masalah keragaman dalam pesantren dari hasil data dan pembahasan diatas sebagai berikut:
1.Keragaman jangan dijadikan kendala untuk bersatu, karena keragaman merupakan suatu rahmat jika difahami dan disadari lebih mendalam.
2.Jika ada perbedaan yang membedakan dicari saja kesamaan yang menyatukan, karena di tiap hal yang berbeda pasti ada kesamaan.
3.Menyatukan visi dan misi dapat menjadi salah satu cara mencapai persatuan dan kesatuan yang erat.
4.Meningkatkan semanga pluralisme dalam diri masing-masing pribadi.
5.Saling menjaga, saling menhormati, saling mengingatkan dan saling melengkapi menjadi jalan untuk mencapai persatuan.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Keragaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi, adap kesopanan serta situasi ekonomi. Masalah-masalah yang menggoyahkan persatuan dan kesatuan antara lain: disharmonisasi, perilaku diskrimainatif, eksklusivisme.
Hal-hal yang dilakukan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan oleh pengaruh negatif dari keragaman, yaitu:1) Semangat religius, 2) semangat nasionalisme, 3) semangat pluralisme, semangat humanisme, 4) dialog antar umat beragama, dan 4)membangun pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi.
Menurut etimologi (bahasa), kata "Pesantren" berasal dari kata santri dengan awalan pe- dan akhiran -an yang berarti tempat tinggal para santri. Profesor Jahus berpendapat bahwa istilah santri berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru mengaji.
Unsur-unsur pesantren terdiri dari kiai, ustadz, santri dan pengurus pesantren menjadi satu komunitas yang hidup bersama dalam satu lingkungan pendidikan berlandaskan nilai-nilai agama Islam.
Ciri kepribadiannya yang mendasari dan meresapi seluruh kegiatan yang dilakukan oleh segenap keluarga pondok dirumuskan oleh KH Imam Zarkasy dengan "Panca Jiwa" pondok, yaitu berupa:1) Keikhlasan,2) Persaudaraan,3) Menolong diri sendiri, dan 5) Kebebasan.
Kekuatan pesantren yang melestarikan cirri-ciri khas dalam interaksi sosial, yaitu antara lain:
1.Adanya hubungan yang akrab antara santri dengan kiai
2.Semangat menolong diri sendiri dan mencintai diri dengan berwiraswasta.
3.Jiwa dan sikap tolong menolong, kesetiakawanan, suasana kebersamaan dan persaudaraan.
4.Disiplin waktu.
5.Hidup hemat dan sederhana.
6.Berani menderita untuk mencapai tujuan.
7.Merintis sikap jujur.
Kegiatan sehari-hari dilingkungan pesantren bagi santri mukim antara lain: Kegiatan belajar antara lain berupa pengajian kitab, mengikuti pelajaran madrasah, kegiatan bahstul masail, syawir, latihan kepemimpinan, praktek pidato,dan lain sebagainya. Kegiatan ibadah meliputi: shalat berjamaah, zdikir, tadarus Al-Qur'an, shalat malam, puasa sunah dan lain-lain. Kegiatan mengurus keperluan sehari-hari misalnya, belanja ke pasar, memasak, mencuci dan acara santai sekedarnya. Amaliah ke masyarakat seperti, kerja bakti, menghadiri undangan masyarakat.
Saran
Daftar Pustaka
A,Rofiq dkk.Pemberdayaan Pesantren:Menuju Kemandirian dan Profesionalisme Santri dengan Metode Daurah Kebudayaan.Yogyakarta:Pustaka Pesantren.,2005.
Bawani,Imam.Tradisionalisme Dalam Pendidikan Islam:Studi Tentang Pesantren Tradisional.Surabaya:Al Ikhlas.1993.
Elly M Setiadi dkk.Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.Jakarta:Kencana Prenada Group. 2007.
Hasyim,M Affan.Menggagas Pesanten Masa Depan: Geliat Suara Santri Untuk Indonesia Baru.Yogyakarta:Qirtas.2003.
Kuntowijoya.Budaya Masyaraka:Edisi Paripurnat.Yogyakarta:Tiara Wacana,2006.
Sasono,Adi dkk.Solusi Islam atas Problematika Umat:Ekonomi,Pendidkan dan Dakwah.Jakarta:Gema Insani Press,Cet I.1998.
Wahid,Abdurrahman.Menggerakkan Tradisi: Esai-esai Pesantren.Yogyakarta:LKiS Pelangi Aksara,Cet II 2007.
Yasmadi.Modernisasi Pesantren.Jakarta Selatan:Ciputat Press.2002.
Yaqin,M Ainul.Pendidikan Multikulturalisme: Cross Cultural Understanding. Yogyakarta:Pilar Media,2005.
MOTTO
﴿ﺍﻠﻬﺠﺮﺍﺓ ٤٩:١٣﴾
"Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal."
(QS. Al-Hujuraat 49:13)
Daftar Isi
Halaman sampul i
Motto ii
Daftar isi iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A.Latar belakang 1
B.Rumusan masalah 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA 3
A.Keragaman 3
B.Pesantren dan keragaman 4
BAB III PEMBAHASAN 8
A.Data 3
B.Pembahasan 8
C.Solusi 10
BAB IV PENUTUP 11
A.Kesimpulan Dan Saran 11
Daftar pustaka 13
Design by WPThemesExpert | Blogger Template by BlogTemplate4U
0 komentar:
Post a Comment