Link Doc (Succes Story)
Puspo Wardoyo
Wirausahawan
Warung Makan Ayam Bakar Wong Solo
(Analisis
Succes Story)
Tugas ini dikumpulkan sebagai tugas akhir individu
Mata
kuliah ”Kewirausahaan”
Dosen Pengampu :
Dra.
Fartika Ifriqia, M.Pd
Disusun Oleh :
MOCHAMAD BADRUSALIM
(NIM : 9321 052 08)
JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KEDIRI
2011
- Kisah Puspo Wardoyo (Ayam Bakar Wong Solo)
Jika ada orang yang sukses
dengan mewujudkan mimpi, itulah Puspo Wardoyo. Impiannya membuat
‘jarak’ antara Solo-Medan menjadi lebih dekat dibandingkan
Solo-Semarang. Jarak disini lebih tepat diartikan waktu tempuh
disbanding pengertian fisik yang dihitung berdasarkan satuan
kilometer antara dua titik kota. Impian itu sendiri terinspirasi oleh
cerita seorang pedagang bakso yang sukses mengarungi hidup di Medan.
Ketika pria kelahiran 30 Nopember 1957 itu tengah merintis usaha
warung lesahan di Solo, selepas mengundurkan diri dari pegawai negeri
sipil. Suatu saat pedagang bakso asal Solo tersebut bertandang ke
tempat Puspo.
Dia bercerita bahwa peluang
usaha warung makan di Medan sangat bagus. Pedagang bakso itu telah
membuktikannya. Dalam sehari ia bisa meraup keuntungan bersih di
akhir tahun 1990 itu sekitar Rp 300.000,-. Dari keuntungan berjualan
bakso dengan gerobak dorong itulah teman Puspo ini bisa pulang
menengok kampong halamannya di Solo setiap bulan. “Dengan uang,
jarak antara Solo-Medan lebih dekat disbanding Solo-Semarang,” kata
Puspo menirukan ucapan temannya tadi. Wajar saja, sebab dengan
pesawat terbang waktu tempuh antara Medan-Solo dengan berganti
pesawat di Jakarta hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam.
Sementara dengan naik bis jarak antara Solo-Semarang ditempuh sekitar
empat jam.
Cerita sukses temannya itu begitu membekas di benak Puspo. “Saya bertekad bulat akan merantau ke Medan,” pikirnya. Untuk mewujudkan keinginannya itu, apa boleh buat, warung makan-termasuk perintis warung lesehan di kota pusat kebudayaan Jawa-itu pun ia jual kepada temannya. Uang hasil penjualan yang tak seberapa itu ia manfaatkan untuk membeli tiket bus ke Jakarta?”Karena dengan uang yang saya miliki, bekal saya belum cukup untuk merantau ke Medan,” katanya.
Cerita sukses temannya itu begitu membekas di benak Puspo. “Saya bertekad bulat akan merantau ke Medan,” pikirnya. Untuk mewujudkan keinginannya itu, apa boleh buat, warung makan-termasuk perintis warung lesehan di kota pusat kebudayaan Jawa-itu pun ia jual kepada temannya. Uang hasil penjualan yang tak seberapa itu ia manfaatkan untuk membeli tiket bus ke Jakarta?”Karena dengan uang yang saya miliki, bekal saya belum cukup untuk merantau ke Medan,” katanya.
Ketika tengah merantau di ibu
kota, suatu hari Puspo membaca lowongan pekerjaan sebagai guru di
sebuah perguruan ternama Dr. Wahidin di bagan Siapiapi, Sumatra
Utara. Apa boleh buat, demi mewujudkan cita-citanya, ia berusaha
mengumpulkan modal dengan kembali menjadi guru. Bedanya, kali ini ia
tidak lagi menjadi pegawai negeri seperi sebelumnya ketika menjadi
staf pengajar mata pelajaran Pendidikan Seni di SMA Negeri Muntilan
Kebupaten Magelang. “Target saya Cuma dua tahun menjadi guru lagi,”
katanya. Di sinilah anak pasangan Sugiman-Suki ini bertemu dengan
istrinya Rini Purwanti yang sama-sama menjadi tenaga pengajar di
sekolah tersebut.
Selama dua tahun menjadi guru,
ia berhasil mengumpulkan tabungan senilai Rp 2.400.000,-. Dengan uang
inilah keinginannya menaklukkan kota Medan tak terbendung lagi. Uang
tabungan ini sebagian digunakannya untuk menyewa rumah dan membeli
sebuah motor Vespa butut. Masih ada sisa Rp 700.000,- yang kemudian
ia manfaatkan sebagai modal membangun warung kaki lima di bilangan
Polonia Medan. Di sini ia menyewa lahan 4 x 4 meter persegi seharga
Rp 1.000,- per hari.
Siapa sangka jika dari sebuah
warung kecil ini kemudian melahirkan sebuah usaha jaringan rumah
makan yang cukup kondang dio seantero Medan. Impian untuk menaklukkan
‘jarak’ Solo-Medan lebih dekat dibandingkan Solo-Semarang pun
menajdi kenyataan.
Bukan itu saja, penilaian atas
prestasi bisnis yang dirintis Puspo lebih jauh melewati impian yang
ia tinggalkan sebelumnya. Dari ibu kota Sumatra Utara ini nanti,
rumah makan Ayam Bakar Wong Solo (Wong Solo) melejit ke pentas bisnis
nasional. Belakangan ini nama Wong Solo semakin berkibar setelah
berhasil menaklukkan Jakarta dan sebelumnya “mengapung” dari
daerah pinggiran. Dalam waktu relative singkat, kehadiran Wong Solo
telah merangsek dan menanamkan tonggak-tonggak bisnisnya di pusat
kota metropolis ini. Ekspansinyapun semakin tak tertahankan dengan
memasuki berabagai kota besar di Indonesia.
Fenomena Wong Solo mengundang decak kekaguman berbagai kalangan dari pejabat pemerintah, para pelaku bisnis, hingga para pengamat. Hamper semua outletnya di Jakarta selalu disesaki pengunjung, terutama di akhir pecan dan hari libur. Bahkan ketika bulan Ramadhan semua outlet membatasi jumlah pengunjung saat berbuka puasa. Skala usaha Wong Solo memang belum sekelas konglomerat masa lalu yang dengan enteng menyebutnya angka asset, omset, atau keuntungan per tahun yang triliunan rupiah. “Usaha saya memang belum kelas triliunan seperti para konglomerat yang kaya utang itu,” paparnya.
Fenomena Wong Solo mengundang decak kekaguman berbagai kalangan dari pejabat pemerintah, para pelaku bisnis, hingga para pengamat. Hamper semua outletnya di Jakarta selalu disesaki pengunjung, terutama di akhir pecan dan hari libur. Bahkan ketika bulan Ramadhan semua outlet membatasi jumlah pengunjung saat berbuka puasa. Skala usaha Wong Solo memang belum sekelas konglomerat masa lalu yang dengan enteng menyebutnya angka asset, omset, atau keuntungan per tahun yang triliunan rupiah. “Usaha saya memang belum kelas triliunan seperti para konglomerat yang kaya utang itu,” paparnya.
Kendati masih tergolong usaha
menengah, kinerja Wong Solo sangat solid dan tak mempunyai beban
utang. Ia memiliki fondasi kuat untuk terus berkembang. Untuk
mewujudkan mimpi-mimpinya, ayah sembilan anak dari empat istri ini
telah melewati rute perjalanan yang berliku-liku, lengkap dengan
segala tantangannya.
Ada masa ketika diwaktu-waktu
awal merintis usaha di Medan, ia nyaris patah semangat gara-gara
selama berhari-hari tak pernah meraup keuntungan. Hany berjaualan dua
atau tiga ekor ayam bakar plus nasi, terkadang dalam satu hari tak
seekor pun yang laku. Pernah pula seluruh dagangannya yang telah
dimasak di rumah tumpah di tengah jalan karena jalanan licin sehabis
hujan. “Apa boleh buat, saya terpaksa pulang dan masak lagi,”
katanya. Istrinya yang tak sabar melihat lambannya usaha Puspo bahkan
sempat memberitahu ayahnya untuk mempengaruhi Puspo supaya tak
berjualan ayam bakar lagi. “Mertua saya bilang, kapan kamu akan
tobat,” katanya menirukan ucapan sang mertua.
Pada awal perantauannya ke
Medan, Puspo Wardoyo sama sekali tak menyangka jika usaha warung ayam
bakar ‘Wong Solo’ akan berkembang seperti sekarang. Maklum, rumah
makan yang dibukanya hanyalah sebuah warung berukuran sekitar 3 x 4
meter di dekat bandara Polonia Medan. Setahun pertama dia hanya mampu
menjual tiga ekor ayam per hari yang dibagi-bagi menjadi beberapa
potong. Harga jual per potongnya Rp 4.500,- plus sepiring nasi. Di
tahun kedua naik menjadi sepuluh ekor ayam per hari. Namun sekarang,
tiga belas tahun kemudian, dia telah memiliki lebih dari enam belas
cabang yang tersebar di Medan, Banda Aceh, Pdang, Solo, Denpasar,
Pekanbaru, Surabaya, Surakarta, Semarang, Jakarta, Malang dan
Yogyakarta. Meskipun masih mengandalkan ayam bakar, kini menunya
makin beragam hingga seratus jenis.
Wardoyo juga telah terbiasa
menyisihnya sepuluh persen dari keuntungannya untuk amal. Dia
percaya, Tuhan akan memperkaya orang yang banyak beramal. Maka jangan
heran bila anda kebetulan mampir di salah satu rumah maknnya dan
menyaksikan karyawannya sedang berkerumunan di saat menjelang atau
usai jam kerja. Mereka sedang melaksanakan ibdah kultum atau kuliah
tujuh menit.
Promosi dari mulut ke mulut
membuat warungnya terkenal. Terlebih ketika seorang wartawan daerah
membuat tulisan tentang ‘Wong Solo’, makin ramai saja orang yang
makan ke warungnya. Pernah suatu hari dia kewalahan memenuhi pesanan
pelanggan. Disaat tiga ekor ayam jaulannya habis, datang pembeli lain
yang bersedia menunggu asalkan Wardoyo mau mencari ayam baru ke
pasar. Diapun memenuhi permintaan pelanggan tersebut dengan membeli
tiga ekor ayam lagi. Namun, datang lagi pelanggan lain yang juga
bersedia menunggu Wardoyo mencari ayam kepasar. “Seharian itu,
hingga larut malam saya pontang panting ke pasar untuk memenuhi
permintaan kjonsumen yang terus berdatangan,” kata Wardoyo
mengenang.
Bersamaan dengan bertambahnya
pelanggan, dua tahun kemudian wardoyo memperluas warungnya hingga
layak disebut dengan Rumah Makan. Jiwa seni Wardoyo tampak tergurat
pada bentuk bangunan dan penampilannya yang cenderung nyeleneh. Dalam
bentuk bengunannya, misalnya, Wardoyo tak segan-segan mengeluarkan
uang cukup besar untuk membayar seorang arsitek guna mewujudkan
imajinasinya tentang bentuk bangunan.
Perpaduan seni dan
itrepreneurship Wardoyo juga tertuang dalam pendekatan terhadap
konsumen. “Saya berusaha menghafal nama-nama semua pelanggan saya.
Sehingga sewaktu mereka datang, saya harus menyambut mereka dengan
menyebut namanya,” papar Wardoyo. Inilah yang disebut sebagai
menjadikan pelanggan sebagai saudara. Seiring dengan berkembangnya
‘Wong Solo’, puspo wardoyo membuka kesempatan kepada seluruh
lapisan masyarakat untu ikut menikmati nilai tambah Wong Solo melalui
sistem waralaba.
Untuk waralaba tersebut,
Wardoyo telah membuat standarisasi dalam hal rasa dan gerai (outlet).
Jika seseorang membeli waralaba ‘Wong Solo’ di Jakarta,
dipastikan sama rasa dan penataan gerainya dengan Wong Solo Medan
atau di tempat lain.1
Seiring dengan berkembangnya
“Wong Solo”, puspo wardoyo membuka kesempatan kepada seluruh
lapisan masyarakat untuk ikut menikmati nilai tambah Wong Solo
melalui sistem waralaba. Perjanjian pemilikan waralaba ini diberikan
kepada perorangan atau yang diberi kuasa, dan atau badan hukum dengan
masa pengoperasian selama 10 tahun.
Hak tersebut mencakup
penggunaan merek dagang “Wong Solo”, desain dan dekorasi rumah
makan. Merek dan peralatan, tata letak, resep dan jenis makanan,
sistem kontrol inventori, metode operasional, pembukuan dan
akuntansi, serta pemasaran dan hak untuk menempati dan mengisi rumah
makan “Wong Solo”.
Untuk waralaba tersebut,
Wardoyo telah membuat standarisasi dalam hal rasa dan gerai (outlet).
Jika seseorang membeli waralaba “Wong Solo” di Jakarta,
dipastikan sama rasa dan penataan gerainya dengan “Wong Solo”
Medan atau di tempat lain. Adapun kewajiban finansial pewaralaba
adalah, pertama, membayar uang pendaftaran awal sebesar Rp 500.000.
Kedua, membayar biaya pelayanan (royalty/service fee) bulanan
berdasarkan persentase tertentu dari penjualan kotor sebesar 12
persen yang dapat dinegosiasikan. Sementara harga sebuah waralaba
yang dijual “Wong Solo” terbagi beberapa tipe. Untuk tipe A Rp
700 juta, tipe B Rp 525 juta, tipe C Rp 350 juta, tipe D Rp 225 juta.
Dana tersebut digunakan untuk membangun restoran, peralatan,
praoperasi, waralaba fee selama 5 tahun, dan hak waralaba selama 10
tahun.
Setelah sukses membesarkan
‘Wong Solo’, apa harapan Puspo Wardoyo selanjutnya? Dengan
sungguh-sungguh dia menyahut, “Ingin terus bekerja keras, kaya
raya, banyak istri dan masuk surga.”. 2
- Analisa Kewirausahaan
- Ide Usaha
Puspo Wardoyo memang seorang
yang mempunyai tekad bulat dengan impiannya, dan berusaha sekuat
tenaga untuk merealisasikan impiannya. Impannya ini adalah ingin agar
jarak antara Solo-Medan lebih dekat daripada Solo-Semarang. Bukan
jarak menurut kedua titi kota, namun lebih kepada jarak waktu tempuh
dengan biaya.
Joseph Schumpeter (1934):
Wirausahawan adalah seorang inovator yang mengimplementasikan
perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru.
Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk (1) memperkenalkan produk
baru atau dengan kualitas baru, (2) memperkenalkan metoda produksi
baru, (3) membuka pasar yang baru (new market), (4) Memperoleh sumber
pasokan baru dari bahan atau komponen baru, atau (5) menjalankan
organisasi baru pada suatu industri. Schumpeter mengkaitkan wirausaha
dengan konsep inovasi yang diterapkan dalam konteks bisnis serta
mengkaitkannya dengan kombinasi sumber daya.3
Puspo Wardoyo dari pengertian
wirausaha diatas dapat dikatakan sebagai seorang wirausahawan yang
mampu memperkenalkan produk beru dengan membuka pasar baru yakni di
Medan, sehingga ayam bakar ‘Wong Solon’nya dapat berkembang
seperti saat ini.
Ada lima sebab atau cara
seseorang untuk mulai merintis usahanya, yaitu :
- Faktor keluarga pengusaha
- Sengaja terjun menjadi pengusaha
- Kerja sampingan (iseng)
- Coba-coba
- terpaksa4
Dari ke lima sebab usaha
diatas Puspo Wardoyo lebih kepada sengaja terjun menjadi pengusaha,
karena sebelum merintis usaha yang berkembang pesat sampai sekarang
yakni Ayam Bakar ‘Wong Solo’, beliau telah memulai sebuah usaha
warung makan lesehan yang berada di Solo. Karena bermula dari suatu
impian yang begitu menguatkannya untuk bertekad memulai usaha dengan
menaklukkan Medan.
Ide bisnis pada umumnya hanya
terbagi ke dalam beberapa katagori atau jenis, dan ketika kita
mengetahuinya akan dapat membantu mempersempit dan mempermudah
pencarian ide bisnis
- Consumer Services
Bisnis dalam katagori ini lebih kepada memberikan pelayanan kepada
konsumen (individual atau keluarga), berhubungan langsung
dengan pelanggan atau sesuatu yang mereka sayangi. Contoh : Laundry,
pet sitting, house painting, wedding planning and accounting.
- Business Services
Bisnis dalam katagori ini adalah bisnis yang dapat memberikan
pelayanan terhadap bisnis lain. Contoh: marketing, konsultan,
training, administrative and financial services on the professional
end, office cleaning, equipment repairs and security on the
practical.
- Product Sales
Tipe bisnis yang ketiga adalah penjualan langsung. Penjualan
produknya umumnya dilakukan dalam lingkungan ritel, tetapi ada juga
yang memanfaatkan internet untuk penjualan produk, maupun secara
pribadi.5
Dari ketiga jenis usaha diatas
usaha bisnis yan g dilakukan oleh Puspo Wardoyo termasuk jenis usaha
Product Sales, akrena beliau melakukan penjualan produknya langsung
kepada konsumen.
- Jenis Usaha
Dari beberapa bidang usaha
kecil dan menengah yang dapat digeluti oleh seorang wirausahawan
salah satunya yang digeluti oleh Puspo Wardoyo ini dalah sektor
perdagangan yaitu usaha ini dapat dilakukan dengan membuka toko atau
kios, membuka usaha seperti bakso, mie ayam, es teller, martabak,
nasi goring, sea food, restoran, rumah makan, wartel dan sektor
perdagangan lainnya.6
Puspo Wardoyo dengan keuletan
dan kesabarannya termasuk pengusaha bidang perdagangan khususnya
rumah makan ‘Wong Solo’ yang mampu mengembangkan usahanya hingga
sampai tersebar ke beberapa wailayah dan kota-kota besar di
Indonesia.
Banyak cara yang dapat
dilakukan seseorang untuk memulai usaha, baik secara berkelompok
maupun perorangan. Cara memulai usaha yang lazim dolakukan adalah
sebagai berikut:
- Mendirikan usaha baru
- Membeli perusahaan
- Kerjasama manajemen dengan system waralaba (franchising)
- Mengembangkan usaha yang sudah ada7
Dari keempat cara memulai
usaha diatas Puspo diawal usahanya dalah mendirikan usaha baru yakni
di sekitar bandara Polonia Medan Sumatra Utara, seiring berkembangnya
usahanya akhirnya sistemu sahanya dapat dikem,bangkan dengan system
waralaba (franchising) dengan kewajiban finansial pewaralaba
adalah, pertama, membayar uang pendaftaran awal sebesar Rp 500.000.
Kedua, membayar biaya pelayanan (royalty/service fee) bulanan
berdasarkan persentase tertentu dari penjualan kotor sebesar 12
persen yang dapat dinegosiasikan. Sementara harga sebuah waralaba
yang dijual “Wong Solo” terbagi beberapa tipe. Untuk tipe A Rp
700 juta, tipe B Rp 525 juta, tipe C Rp 350 juta, tipe D Rp 225 juta.
Dana tersebut digunakan untuk membangun restoran, peralatan,
praoperasi, waralaba fee selama 5 tahun, dan hak waralaba selama 10
tahun.
- Karakter Wirausaha
Kewirausahaan memerlukan
karakter yang berbeda. Meskipun tidak ada rumusan yang menjamin
keberhasilan usaha, menurut beberapa studi terdapat beberapa karakter
tertentu yang dimiliki pengusaha :
- Memiliki Kepercayaan Diri:
- Memiliki Keyakinan Pada Masa Depan Usaha Anda:
- Fokus Pada Kekuatan Anda:
- Memiliki Keterampilan Mengenali Peluang:
- Menjadi Pengambil Keputusan:
- Menjadi Seorang Pemimpin8
Puspo memiliki beberapa
karakter seorang wirausaha diatas, dengan memiliki kepercayaan yang
tinggi akan impiannya yang akan menjadi kenyataan, dibarengi dengan
kekuatannya yang telah diawal merintis usaha waung lesehan. Puspo
terampil mengambil peluang yakni setelah mendapat cerita dari
kawannya yang telah berhasil dengan usaha makanan Baksonya, ia
berpikir akan peluang baginya untuk membuka usaha baru di lokasi yang
ada peluang bagus. Ia sebagai pemimpin langsung dikala usahanya telah
berkembang dan sebagai pengambil keputusan.
- Tujuan Kewirausahaan
Kewirausahan memiliki beberapa
tujuan yaitu :
- Meningkatkan jumlah wiraushawan yang berkualitas
- Mewujudkan kemampuan dan kemantapan para wirausaha untuk menghasilkan kemajuan
- Membudayakan semangat, sikap, perilaku dan kemampuan kewirausahaan yang unggul.
- Menumbuhkan kesadaran kewirausahaan yang tangguh.9
Puspo Wardoyo selalu berusaha
meningkatkan kualitas dan juga kuantitas usaha bisnisnya, cara yang
ubik yang digunakan dalam pelayanan kepada konsumen adalah dengan
berusaha mengingat semua nama pelanggannya, sehingga pelanggan
dianggapnya sebagai teman, saudara dan sahabat. Hal ini cukup dapat
menarik minat pelanggan, karena mereka merasa dihargai oleh penjual
tersebut.
- Manfaat Kewirausahaan
Manfaat Kewirausahaan adalah
sebagai berikut:
- Sebagai penggerak dan pembangun lingkungan yang sejahtera
- Menambah daya tampung tenaga kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran
- Memberi contoh atau sebagai teladan bagaimana harus bekerja keras
- Mendidik karyawan menjadi orang yang mandiri, disiplin, tekun dan jujur
- Berusaha mendidik para karyawan agar hidup secara efisien10
- Syarat Wirausahawam Sukses
Syarat yang harus dipenuhi
apabila ingin menjadi seorang wirausahawan yang sukses:
- Tidak konsumtif dan boros
- Mengutamakan keberhasilan
- Mampu bergaul dan luwes
- Mampu mengorganisasikan diri
- Berfikir positif, ulet dan terampil
- Berwatak baik
- Berkomitmen tinggi
- Berani menanggung resiko
- Kreatif dan Inovatif11
Puspo termasuk pengusaha
bisnis yan g sederhana, berkomitmen tinggi akan keberhasilannya tidak
mudah goyah dengan aral melintang yang ada dihadapannya, sehingga
usaha yang dirintisnya mampu berkembang pesat seperti saat ini
- Sifat dasar Wirausahawan
Sifat-sifat dasar seorang
wirausawan adalah sebagai berikut:
- Wirausaha adalah pencipta perubahan
- Wirausaha adalah orang yang selalu melihat perbedaan
- Wirausaha adalah orang yang cendrung mudah jenuh terhadap segala kemapanan hidup.12
- Fungsi Kewirausahaan
Fungsi-fungsi
kewirausahaan sebagai berikut:
- Mengusahakan inovasi baru
- Membuka pasar baru
- Memasuki usaha-usaha baru yang belum pernah ada.
- Memulai produksi jenis barang/jasa baru13
Wardoyo, pemilik warung makan
Ayam Bakar ‘Wong Solo’ ini termasuk innovator ulung yang selalu
berusaha mengembangkan dan meningkatkan usahanya.
- Manajemen Usaha dan Sumberdaya Manusia
Dalam hal manajemen usaha yang
dilakukan oleh Puspo Wardoyo ini adalah dilakukan oleh dirinya
sendiri di awal meintis usahanya, namun selanjutnya setelah
berkembang dilakukan pula dengan system waralaba (franchising).
Seddangkan dalam hal manajemen
sumberdaya manusia, Puspo sangat perhatian dengan para karyawannya.
Dalam setiap laba yang diperoleh dari usahanya tersebut disisihkan 10
% untuk kegiatan sosial, hal ini juga ditekankan kepada para
karyawannya. Bahkan setiap sebelum memulai kegiatan penjualan Ayam
Bakar ‘Wong Solo’nya maupun setelah selesai penjualan selalu
dilakukan Kultum (kuliah tujuh menit) demi meningkatkan kesadaran
akan spiritual bagi semua karyawannya.
- Pasar dan Pemasaran
Pasar yang dituju oleh Puspo
dalam bisnisnya di awal usahnya adalh di Medan Sumatra Utara, namun
sekarang telah merambah ke berbagai daerah dan kota-kota besar di
Indonesia.
Dalam hal pemasaran ternyata
bagi sang pemilik dan perintis ‘Wong Solo’ ini lebih efektif
pemasaran langsung dari mulut-kemulut dari para pelangannya. Yang hal
ini tidak mungkin didapat jika pelayanan dan kualitas dagangannya
memang berkualitas dan memuasakan.
- Studi Kelayakan Bisnis
Diawal usahanya yang masih
kecil, Puspo menerpakan pelayanan yang baik bagi pelangannya. Dengan
kualitas dan kepercayaan dari para pelanggan usaha Ayam Bakar ‘Wong
Solo’ Puspo mampu berkembang sebegitu pesat. Maka saat ini studi
kelayakan setelah berkembang dengan sistem waralaba yang diterapkan
oleh Puspo dengan membagi kepada beberapa tipe restoran atau rumah
makan yang akan diterapkan oleh partner waralabanya.
Daftar Pustaka
Angganordana.”Puspo
Wardoyo (Ayam Bakar Wong Solo)”(http://pojokniaga.Wordpress.
com/2009/08/31/puspo-wardoyo-ayam-bakar-wong-solo/)31
Agustus 2009 diakses 16 Nopember 2011
“Cara Menjadi Wirausaha
Sukses”My World
(http://dicafab.blogspot.com/2011/11/teori-kewirausahaan-menurut.html)
Rabu,
02 November 2011, Diakses 17 Nopember
2011.
Kasmir,Kewirausahaan.Jakarta:Raja
Grafindo Persada,2006.
Sofyan,Iban.Studi Kelayakan
Bisnis.Yogyakarta:Penertbit Graha Ilmu,2003.
Subur, Jumadi.Siapa Bilang Saya
Tidak Ingin Kaya?.Surakarta:Era
Intermedia,2008.
“Teori Kewirausahaan”The
Entrepreneur One
(http://reza4inkubator.blogspot.com
/2009/03/teori-kewirausahaan.html),Sabtu,
28 Maret 2009, diakses 17 Nopember 2011.
“Tipe Bisnis yang harus diperhatikan”,
(http://ilerning.com/index.php?option=com_
content&view=article&id=347:tipe-bisnis-yang-harus-diperhatikan&catid=44:dasar-dasar-kewirausahaan&Itemid=69),
22 May 2011,Diakses 17 Nopember 2011.
“Kewirausahaan”(http://ilerning.com/index.php?option=com_content&view=article&id=347:kewirausahaan&catid=44:dasar-dasar-kewirausahaan&Itemid=69),
22 May 2011,Diakses 17 Nopember 2011.
Foot Note :
1
Jumadi Subur.Siapa Bilang Saya Tidak Ingin Kaya?(Surakarta:Era
Intermedia,2008),67-73.
2
Angganordana.”
Puspo Wardoyo (Ayam Bakar Wong Solo)”
(http://pojokniaga.wordpress.com/2009/08/31/
puspo-wardoyo-ayam-bakar-wong-solo/)31
Agustus 2009 diakses 16 Nopember 2011
3
“Teori Kewirausahaan”The
Entrepreneur One
(http://reza4inkubator.blogspot.com/2009/03/teori-kewirausahaan.html),Sabtu,
28 Maret 2009, diakses 17 Nopember 2011.
4
Kasmir,Kewirausahaan(Jakarta:Raja Grafindo
Persada,2006),33-34.
5“Tipe
Bisnis yang harus
diperhatikan”,(http://ilerning.com/index.php?option=com_content&view=article
&id=347:tipe-bisnis-yang-harus-diperhatikan&catid=44:dasar-dasar-kewirausahaan&Itemid=69),22
May 2011,Diakses 17 Nopember 2011.
6
Ibid.,41.
7
Ibid.,35-36.
8“
Cara Menjadi Wirausaha Sukses”My World(
http://dicafab.blogspot.com/2011/11/teori-kewirausahaan-menurut.html),Rabu,
02 November 2011,
Diakses 17 Nopember 2011.
9“Kewirausahaan”(http://ilerning.com/index.php?option=com_content&view=article&id=347:kewirausahaan&catid=44:dasar-dasar-kewirausahaan&Itemid=69),
22 May 2011,Diakses 17 Nopember 2011.
10
Ibid.
11
Ibid.
12“Kewirausahaan”(http://ilerning.com/index.php?option=com_content&view=article&id=347:kewirausahaan
&catid=44:dasar-dasar-kewirausahaan&Itemid=69),
22 May 2011,Diakses 17 Nopember 2011.
13
Ibid.
0 komentar:
Post a Comment