Link Doc (Proposal Kecemasan Menghadapi Ujian)
PERBEDAAN
KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA
SISWA AKSELERASI DAN REGULER DI
MTsN TANJUNG TANI PRAMBON NGANJUK
PROPOSAL
SKRIPSI
Di
Tulis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I )
Dosen
Pembimbing:
Imron
Muzakki, M.Psi
MOCHAMAD BADRUSALIM
NIM : 9321.052.08
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KEDIRI
2011
Perbedaan Kecemasan Dalam Menghadapi Ujian Antara Siswa
Akselerasi Dan Reguler Di MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk
- Latar Belakang
Salah satu cara untuk meningkatkan taraf hidup bangsa adalah melalui
pendidikan, karena dengan pendidikan dapat meningkatkan kualitas
serta mengembangkan potensi sumber daya manusia. Seperti yang
tertuang dalam Undang- Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003,
bahwa:
Pendidikan
nasional berfungsi untuk mengembangakn kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, serta berilmu, cakap, mandiri,dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1
Dalam pelaksanaan program pendidikan ada dua istilah yang biasa kita
jumpai yaitu program pendidikan regular dan akselerasi (percepatan).
Sebagaimana diungkapkan oelh Reni Akbar bahwa penyelenggaraan
pendidikan secara reguler dilaksanakan selama ini lebih banyak
bersifat missal,yang berorientasi secara kuantitas untuk dapat
melayani sebanyak-banyaknya jumlah siswa. Kelemahan yang secara
tampak adalah tidak terakomodasinya kebutuhan individual siswa. Siswa
yang relatif cepat daripada yang lain tidak terlayaninya secara baik
sehingga potensi yang dimiliknya tidak dapat tersalurkan dan
berkembang secara optimal.2
Menurut Latifah bahwa dalam menyelenggarakan pendidikan, pada awalnya
pemerintah telah menetapkan suatu program pendidikan yang bersifat
reguler yaitu penyelenggaraan pendidikan yang bersifat massal yakni
berorientasi pada kuantitas/ jumlah untuk dapat melayani
sebanyak-banyaknya siswa usia sekolah.3
Namun pada kenyataannnya program reguler ini tidak dapat memenuhi
semua kebutuhan siswa dan mempunyai kelemahan yakni tidak
terakomodasikannya kebutuhan individual siswa. Siswa yang relatif
lebih cepat nalarnya daripada yang lainnya tidak terlayani secara
baik sehingga potensi yang dimilikinya tidak dapat berkembang secara
optimal.
Berdasarkan pengalaman, siswa yang berkemampuan jauh di atas
rata-rata cenderung lebih cepat menguasai materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru. Akibatnya, siswa ini akan mengganggu siswa
lain yang lebih lamban dari padanya. Siswa yang berkemampuan jauh di
atas rata-rata ini, biasanya lebih sering terkesan santai dan tampak
kurang memperhatikan pelajaran. Hal yang lebih buruk lagi, siswa
tersebut cenderung mengganggu temannya, sehingga kegiatan belajar
mengajar dalam kelas menjadi kurang lancar.4
Untuk melayani siswa tersebut, diperlukan program khusus yang lebih
cepat atau lebih luas dari program reguler.
Landasan hukum akan pentingnya pemberian perhatian khusus kepada
peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa
(berbakat) memperkuat asumsi bahwa kelompok peserta didik memiliki
kebutuhan yang berbeda dari peserta didik yang berkemampuan dan
memiliki kecerdasan normal. Dalam usahanya untuk menangani anak-anak
berbakat, pada tahun 1998/1999 pemerintah mengeluarkan kebijakan
untuk membuat program percepatan atau lebih dikenal dengan istilah
akselerasi
Dengan masuknya seseorang sebagai siswa program akselerasi, sebutan
maupun harapan yang diberikan oleh masyarakat semakin tinggi kepada
mereka. Menurut Fawzia bahwa siswa akselerasi dinominasikan oleh
guru, teman-teman dan orang tua, sebagai anak yang paling hebat dan
paling pandai dibandingkan siswa reguler lainnya. Sebutan tersebut
membuat siswa akselerasi mengalami tekanan.5
Hal ini didukung oleh pendapat Moeslow yang berpendapat bahwa siswa
akselerasi termasuk anak yang berbakat dan merupakan anak-anak yang
banyak mengalami tekanan dari lingkungannya.6
Seperti yang diungkapkan Alim bahwa tekanan dari lingkungan tersebut
dikarenakan adanya harapan yang tinggi dari orang tua agar menjadi
anak yang sukses atau desakan masyarakat agar menjadi individu yang
bermanfaat di masyarakat, serta anggapan guru dan teman-teman agar
dapat berhasil dalam menentukan pilihan karier di kemudian hari.7
Tekanan yang mereka rasakan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
kecemasan.
Perasaan cemas sebelum menghadapi ujian pasti dialami oleh setiap
orang. Namun demikian setiap orang memiliki gejala maupun respon
berbeda. Ada orang yang dapat mengatasi kecemasan, tetapi ada pula
yang selalui dihantui rasa cemas.
Menurut Arif Furchan:
Kecemasan
ujian adalah rasa cemas yang berlebihan ketika menghadapi ujian.
Merasa sedikit cemas ketika menghadapi ujian sebenarnya adalah
normal. Bahkan sedikit rasa cemas dapat mendorong semangat
belajar Anda dan menjaga Anda tetap termotivasi. Akan tetapi,
rasa cemas yang berlebihan dapat mengganggu belajar Anda. Anda
mungkin akan sulit belajar dan mengingat materi kuliah yang akan
diujikan. Di samping itu, rasa cemas yang berlebihan juga
mungkin akan menghambat kinerja Anda dalam ujian. Anda mungkin
sulit menunjukkan apa yang telah Anda ketahui dalam ujian itu.8
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menghadapi
ujian, siswa program reguler mengalami kecemasan yang kebanyakan
disebabkan oleh faktor dari dalam dirinya karena kemampuan yang
dimilikinya. Sedangkan bagi siswa program akselerasi yang digolongkan
kepada anak yang berbakat, juga mempunyai rasa cemas gagal
mempertahankan prestasinya dikarenakan faktor tuntutan dari luar
dirinya agar ia menjadi seorang yang sukses, sehingga beban yang
harus dipikulnya akan lebih berat sebab tekanan yang ia rasakan
tersebut.
Dari beberapa karakteristik dari pendidikan akselerasi dan reguler,
maka dalam mengahadpi ujian mempunyai karakter yang berbeda pula.
Maka dari itu peneliti rasa sangat penting mengetahui kecemasan
mengahadpi ujian masing masing program akselerasi maupun reguler
tersebut, peeliti ingin mengetahui sejauh mana perbedaan kecemasan
dalam menghadapi ujian antara siswa akselerasi dan reguler sehingga
nantinya bisa digunakan sebagai acuan bagi pendidik maupun orang tua
dalam menanggulangi kecemasan dalam menghadapi ujian pada
putra-putrinya.
Adapun yang menjadikan peneliti memilih MTsN Tanjung Tani Prambon
Nganjuk sebagai objek penelitian karena lembaga ini merupakan salah
satu lembaga pendidikan yang menyelenggarakan kedua program
pendidikan tersebut yaitu program akselerasi dan reguler. Dalam
pembalajarn siswa-siswi pasti menjalani ujian sebagai alat evaluasi
untuk mengukur keberhasilan pembelajaran di MTsN Tanjung Tani Prambon
Nganjuk.
Dari penjelasan latar belakang di atas, maka peneliti ingin meneliti
dengan judul “PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA
AKSELERASI DAN REGULER DI MTsN TANJUNG TANI PRAMBON NGANJUK”.
- Rumusan Masalah
Dari beberapa uraian latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini
dapat dirumuskan permasalahannya yakni:
- Bagaimana kecemasan siswa akselerasi di MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk dalam menghadapi Ujian?
- Bagaimana kecemasan siswa program reguler di MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk dalam menghadapi Ujian?
- Bagaimana perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa akslerasi dan reguler di MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk?
- Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah :
- Untuk mengetahui kecemasan dalam menghadapi ujian siswa akselerasi di MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk
- Untuk mengetahui kecemasan dalam menghadapi ujian siswa reguler di MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk
- Untuk mengetahui perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa akslerasi dan reguler di MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk
- Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
- Secara teoritis
Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai sumbangan ilmiah dalam
pengembangan pendidikan, khususnya sebagai umpan balik dalam
mengungkap kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa akselerasi
dan reguler di MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk.
- Secara Praktis
Hasil penelitian ini bisa memberikan masukan kepada pengelola lembaga
pendidikan tentang, guru dan para orang tua terhadap kecemasan dalam
menghadapi ujian antara siswa akselerasi dan reguler di MTsN Tanjung
Tani Prambon Nganjuk, sehingga menjadi feed back untuk mengupayakan
penanganan dan penganggulangannya.
- Telaah Pustaka
Untuk menghindari kesalahan persepsi perlu dijelaskan maksud dan
definisi dari judul yang telah peneliti susun, namun tidak semua
komponen yang ada dalam judul kami jelaskan melalui penegasan ini,
hanya beberapa istilah yang memerlukan penjabaran sehingga tidak
menimbulkan makna ganda. Kata-kata yang perlu ditegaskan disini
adalah :
- Kecemasan Menghadapi Ujian : Pengalaman buruk yang kurang menyenangkan yang dialami oleh individu baik persiapan, menjelang dan pelaksanaan ujian, individu yang menderita kecemasan mengahdapi ujian menyebabkan terhambat dalam memproses informasi sehingga tidak menemukan cara pemecahan masalah yang tepat.9
- Akselerasi (Percepatan) : Cara penanganan anak supernormal dengan membolehkan naik kelas secara meloncat atau menyelesaikan program reguler di dalam jangka waktu yang lebih singkat.
- Reguler : Program pendidikan nasional yang penyelenggaraan pendidikannya bersifat massal dan lebih heterogen dalam hal potensi, bakat, IQ serta biaya yang dikeluarkan relative lebih murah.
- Kajian Teoritik
- Kecemasan Dalam Menghadapi Ujian
- Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah gangguan yang dicirikan dengan ketegangan motorik
(gelisah, gemetar dan ketidakmampuan untuk rileks), hiperaktifitas
(pusing, jantung berdebar-debar atau berkeringat) dan pikiran atau
harapan yang mencemaskan.10
Kecemasan menurut Nevid adalah aprehensi atau keadaan khawatir yang
mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.11
- Ciri-ciri kecemasan
Dalam bukunya Psikologi Abnormal, Nevid mengemukakan beberapa cirri
kecemasan, yaitu:
- Ciri-ciri fisik, yang meliputi kegelisahan dan kegugupan, anggota tubuh gemetar, keluar banyak keringat, kepala pusing, nafas terasa pendek, gangguan sakit perut dan mual, sering buang air kecil dll.
- Ciri pada perilaku yang selalu menghindar
- Cirri kognitif, yang meliputi khawatir terhadap sesuatu, takut pada sesuatu yang buruk akan terjadi, merasa tidak mampu mengatasi masalah, sulit berkonsentrasi.12
Sedangkan menurut Rusdi Muslim dalam “Diagnosis Gangguan Jiwa
Rujukan Ringkas PPDGJ-III”, merumuskan bahwa cirri-ciri kecemasn
yaitu:
- Khawatir tentang nasib buruk, sulit berkonsentrasi, hidup terasa sempit
- Ketegangan motorik meliputi gelisah,sakit kepala, badan gemetar, tubuh tidak dapat santai
- Aktivitas berlebih pada bagian tubuh meliputi jantung berdebar-debar, tubuh berkeringat, sesak napas, nyeri pada lambung,mulut kering, kepala terasa ringan.13
- Dinamika kecemasan
Dinamika kecemasan ada dua hal, yaitu:
- Menurut perspektif psikodinamika, kecemasan timbul dari suatu sinyal bahaya yang berhubungan dengan implus-implus agresif yang mendekat dan pengancam pada kesadaran
- Menurut perspektif belajar, kecemasan melalui proses belajar, terutama proses pengkondisian dan observasi perilaku kecemasan.14
- Macam-macam kecemasan
Rasa cemas itu terdapat dalam semua gangguan dan penyakit jiwa,dan
ada bermacam-macam pula macamnya, diantaranya:
- Rasa cemas yang timbul akibat melihat dan mengetahui ada bahaya yang mengancam dirinya
- Rasa cemas yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk
- Cemas karena merasa berdosa atau bersalah karena melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakina dan hati nurani.
- Faktor-fator penyebab timbulnya kecemasan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya kecemasan,
diantaranya adalah:
- Faktor kognitif, yaitu peran cara berpikir yang disfungsional yang mendorong gangguan kecemasan meliputi rasa takut dalam memprediksi masa depan, keyakinan yang tidak rasional, sensitive yang berlebihan pada keadaan dan tidak yakin pada kemampuan sendiri
- Factor biologis, yaitu ketidakseimbangan struktur biokimia di otak, yang meliputi kesamaan gen, yang mengalami gangguan kecemasan, eurotransmiter yang kurang mengandung gamma aminobutyric acid (GABA), karena kelebihan GABA akan meredam respon-respon stress.
- Faktor sosial dan lingkungan, meliputi mengwali reson takut pada orang lain, kurangnya dukungan social dan mendengar cerita traumatis.15
- Ujian sekolah
Ujian sekolah/madrasah adalah kegiatan kegiatan penilaian dalam
bentuk ujian tulis dan/ataupraktek untuk mengetahui pencapaian
Standar Kompetensi Lulusan pada semua mata pelajaran yang tidak
diujikan dalam Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) dan
Ujian Nasional (UN).16
- Kecemasan menghadapi Ujian
S P Lewis dalam bukunya Test Anxiety, sebagaimana dikutip
Mutmainah, mendefinisikan kecemasan mengahadapi tes atau ujian adalah
pengalaman buruk yang kurang menyenangkan yang dialami oleh individu
baik persiapan, menjelang dan pelaksanaan ujian, individu yang
menderita kecemasan mengahdapi ujian menyebabkan terhambat dalam
memproses informasi sehingga tidak menemukan cara pemecahan masalah
yang tepat.17
Menurut Arif Furchan:
Kecemasan
ujian adalah rasa cemas yang berlebihan ketika menghadapi ujian.
Merasa sedikit cemas ketika menghadapi ujian sebenarnya adalah
normal. Bahkan sedikit rasa cemas dapat mendorong semangat
belajar Anda dan menjaga Anda tetap termotivasi. Akan tetapi,
rasa cemas yang berlebihan dapat mengganggu belajar Anda. Anda
mungkin akan sulit belajar dan mengingat materi kuliah yang akan
diujikan. Di samping itu, rasa cemas yang berlebihan juga
mungkin akan menghambat kinerja Anda dalam ujian. Anda mungkin
sulit menunjukkan apa yang telah Anda ketahui dalam ujian itu.18
Jadi kecemasan dalam menghadapi ujian adalah keadaan khawatir dan
rasa tidak tenang dalam ujian, baik sebelum atau persiapan maupun
selama mengikuti ujian. Kecemasan disini adalah kecemasan yang
berlebihan sehingga mempengaruhi proses penyerapan informasi dan
pemecahan masalah.
- Akselerasi Dan Reguler
- Akselerasi
- Pengertian Akselerasi
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional menerbitkan Pedoman Penyelengggaraan Program
Percepatan Belajar tahun 2003 yang menjelaskan bahwa Program
Percepatan (Akselerasi) adalah pemberian pelayanan pendidikan sesuai
dengan potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang dimiliki siswa,
dengan memberi kesempatan kepada mereka untuk dapat menyelesaikan
program reguler dalam jangka waktu yang lebih singkat dibandingkan
teman-temannya.19
Colangelo dalam buku Akselersi A-Z menyebutkan bahwa:
Istilah
akselerasi menunjuk pada pelayanan yang diberikan (service delivery),
dan kurikulum yang disampaikan (curriculum delivery). Sebagai model
pelayanan, pengertian akselerasi termasuk juga taman kanak-kanak atau
perguruan tinggi pada usia muda, meloncat kelas, dan mengikuti
pelajaran tertentu pada kelas diatasnya. 20
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa program akselerasi adalah
pemberian layanan pendidikan sesuai potensi siswa yang berbakat,
dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan program
pendidikan dalam jangka waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan
teman-temannya
- Landasan Hukum Penyelenggaraan Akselerasi
Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003, Bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangakn kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, serta berilmu, cakap,
mandiri,dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.21
Dalam GBHN tahun 1998 dinyatakan bahwa “peserta didik yang memiliki
tingkat kcerdasan luar biasa mendapat perhatian dan pelajaran lebi
khusus agar dapat dipacu perkembangan prestasi dan bakatnya tanpa
mengabaikan potensi peserta didik lainnya.22
- Tujuan Pendidikan Akselerasi
Menurut Nasichin penyelenggaraan program akselerasi/ percepatan
belajar secara umum bertujuan untuk:
- Memberikan pelayanan terhadap peserta didik yang memiliki karekteristik khusus dari aspek kognitif dan afektifnya.
- Memenuhi hak azasinya selaku peserta didik sesuai dengan kebutuhan pendidikan dirinya.
- Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik.
- Menyiapkan peserta didik menjadi pemimpin masa depan.23
Sedangkan secara khusus, program percepatan belajar memiliki tujuan
untuk:
- Menghargai peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa untuk dapat menyelesaikan pendidikan lebih cepat.
- Memacu kualitas/ mutu siswa dalam meningkatkan kecerdasan spiritual, intelektual dan emosional secara berimbang.
- Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran peserta didik.24
- Kurikulum Akselerasi
Seperti yang dikemukakan Nasichin pula dalam buku Akselerasi,
menyebutkan bahwa :
Kurikulum
percepatan belajar menggunakan kurikulu nasional tahun 1994 dan
local/ pengayaan materi dengan penekanan pada materi yang esensial
dan dikembangkan melalui sistem pebelajaran yang dapat memacu dan
mewadahi integrasi pengembangan spiritual, logika, etika dan estetika
serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir holistic, kreatif,
sistemik, linier dan konvergen untuk memenuhi tuntutan masa kini dan
masa depan.25
- Syarat-syarat Pendidikan Akselerasi
Standar kualifikasi yang diharapkan dapat dihasilkan melalui program
akselerasi/ percepatan belajar adalah peserta didik yang memiliki
kualifikasi kemampuan, yaitu :
- Kualifikasi perilaku kognitif, yaitu daya tangkap cepat, mudah dan cepat memecahkan masalah serta kritis
- Kualifikasi perilaku kreatif, yaitu rasa ingin tahu, imajinatif, tertantang, berani ambil resiko
- Kualifikasi perilaku keterikatan terhadap tugas, seperti tekun, bertanggung jawab, disiplin, kerja keras, keteguhan dan daya juang.
- Kualifikasi perilaku kecerdasan emosi, seperti pemahaman diri sendiri, pemahaman diri orang lain, pengendalian diri, kemandirian, penyesuaian diri, harkat diri dan berbudi pekerti
- Kualifikasi perilaku kecerdasan spiritual, yaitu pemahaman dari apa yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai kebahagiaan diri dan orang lain.26
- Keuntungan Program Akselerasi
Southern dan Jones menyebutkan ada beberapa keuntungan dari
dijalankannya program akselerasi bagi anak berbakat, yaitu:
- Meningkatkan efisiensi, siswa yang telah siap dengan bahan-bahan pengajaran dan menguasai kurikulun pada tingkat sebelumnya akan belajar lebih baik dan lebih efisien.
- Meningkatkan efektivitas, siswa yang terikat belajar pada tingkat kelas yang dipersiapkan dan menguasai keterampilan-keterampilan sebelumnya merupakan siswa yang paling efektif.
- Penghargaan, siswa yang telah mampu mencapai tingkat tertentu sepantasnya memperoleh penghargaan atas prestasi yang dicapainya.
- Membuka siswa pada kelompok barunya, dengan adanya program akselerasi ini siswa dimungkinkan untuk bergabung dengan siswa lain yang memiliki kemampuan intelektual dan akademis yang sama.
- Ekonomis, keuntungan bagi sekolah ialah tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk mendidik guru khusus anak berbakat.27
- Kelemahan Program Akselerasi
Southern dan Jones juga menyebutkan empat hal yang berpotensi negatif
dalam program akselerasi bagi anak berbakat, yaitu:
- Segi akademik
- Bahan ajar yang diberikan mungkin saja terlalu jauh bagi siswa sehingga ia tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan yang baru, dan akhirnya menjadi seorang siswa dalam katagori sedang-sedang saja, bahkan gagal.
- Prestasi yang ditampilkan siswa pada waktu proses identifikasi bisa jadi merupakan fenomena sesaat saja.
- Siswa akselerasi kurang matang secara sosial, fisik dan juga emosional untuk berada dalam tingkat kelas yang tinggi meskipun memenuhi kualifikasi secara akademis.
- Siswa akselerasi terikat pada keputusan karir lebih dini, yang bisa jadi karir tersebut tidak sesuai bagi dirinya.
- Siswa akselerasi mungkin mengembangkan kedewasaan yang luar biasa tanpa adanya pengalaman yang dimiliki sebelumnya.
- Pengalaman yang sesuai untuk anak seusianya tidak dialami oleh siswa akselerasi karena tidak merupakan bagian dari kurikulum sekolah.
- Segi penyesuaian sosial
- Siswa akselerasi didorong untuk berprestasi baik secara akademis. Hal ini akan mengurangi waktunya untuk melakukan aktivitas yang lain.
- Siswa akselerasi akan kehilangan aktivitas dalam masa-masa hubungan social yang penting pada usianya.
- Kemungkinan siswa akselerasi akan ditolak oleh kakak kelasnya, sedangkan untuk teman sebayanya kesempatan untuk bermain pun sedikit sekali.
- Siswa sekelas yang lebih tua tidak mungkin setuju memberikan perhatian dan respek pada teman sekelasnya yang lebih muda usianya. Hal ini menyebabka siswa akan kehilangan kesempatan dalam keterampilan kepemimpinan yang dibutuhkannya dalam pengembangan karir dan sosialnya dimasa depan.
- Aktivitas ekstrakurikuler
- Aktivitas ekstrakurikuler berkaitan dengan usia sehingga siswa akselerasi akan memiliki kesempatan yang kurang untuk berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas yang penting di luar kurikulum yang normal. Hal ini juga akan menurunkan jumlah waktu untuk memperkenalkan masalah karir pada mereka.
- Partisipasi dalam berbagai kegiatan atletik penting untuk setiap siswa. Kegiatan dalam program akselerasi mustahil dapat menyaingi mereka yang mengikuti program sekolah secara normal dalam hal lebih kuat dan lebih terampil.
- Penyesuaian emosional
- Siswa akselerasi mungkin saja akan merasa frustrasi dengan adanya tekanan dan tuntutan yang ada. Pada akhirnya, mereka akan merasa sangat lelah sekali sehingga menurunkan tingkat apresiasinya dan bisa menjadi siswa underachiever atau drop out.
- Siswa akselerasi akan mudah frustrasi dengan adanya tekanan dan tuntutan berprestasi. Siswa yang mengalami sedikit kesempatan untuk membentuk persahabatan pada masanya akan menjadi terasing atau agresif terhadap orang lain.
- Adanya tekanan untuk berprestasi membuat siswa akseleran kehilangan kesempatan untuk mengembangkan hobi.28
- Reguler
- Pengertian Reguler
Berdasarkan penngertian yang dikemukakan oleh Ulya Lathifah dalam
buku Aselerasi A-Z menyebutkan bahwa program reguler adalah suatu
program pendidikan nasional yang penyelenggaraan pendidikannya
bersifat massal yaitu berorientasi pada kualitas/jumlah untuk dapat
melayani sebanyak-banyaknya siswa usia sekolah.29
Sebagai pendidikan nasional, program reguler dirancang, dilaksanakan
dan dikembangkan untuk ikut berusaha mencapai tujuan nasional.
- Tujuan Program Reguler
Tujuan pendidikan dari program reguler ini, sama dengan tujuan
pendidikan nasional yang dibahas dalam Undang-Undang Republik
Indonesia nomor. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
yaitu:
Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangakn kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, serta berilmu, cakap,
mandiri,dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.30
- Karakteristik Program Reguler
Mudyahardjo menjelaskan bahwa ada beberapa karakteristik dalam
program reguler ini meliputi:
- Masa pendidikan berlangsung dalam waktu terbatas, yaitu masa anak dan remaja yang meliputi SD selama 6 tahun, SMP dan SMA selama 3 tahun.
- Lingkungan pendidikan dalam program reguler ini berlangsung dalam lingkungan pendidikan yang diciptakan untuk menyelenggarakan pendidikan dan secara teknis pendidikan ini berlangsung di kelas/ ruangan.
- Bentuk kegiatan, isi pendidikan berlangsung tersusun secara terprogram dalam bentuk kurikulum. Kegiatan pendidikan lebih berorientasi pada kegiatan guru sehingga guru mempunyai peranan yang sentral. Kegiatan pendidikan terjadwal, tertentu waktu dan tempatnya.
- Bentuk pengajaran menggunakan bentuk penganjaran klasikal atau group-oriented instruction yaitu menganggap semua siswa sama-sama memperoleh pengajaran yang sama dan perbedaan yang ada diantara mereka dianggap tidak penting.
- Tujuan pendidikan program reguler ini ditentukan oleh pihak luar. Tujuan pendidikannya terbatas pada pengembangan kemampuan dan minat tertentu, dengan harapan untuk mempersiapkan siswa dimasa akan datang.31
- Kecemasan Dalam Menghadapi Ujian Antara Siswa akselerasi dan Reguler
Dalam uraian sebelumnya telah disimpulkan bahwa kecemasan dalam
menghadapi ujian merupakan suatu manifestasi emosi yang bercampur
baur dan dialami oleh individu sebagai reaksi dalam menghadapi ujian
yang dapat mempengaruhi fisik dan psikisnya. Menurut Albin, rasa
cemas yang muncul biasanya ditandai dengan munculnya gejala fisik
maupun psikis, misalnya: rasa takut, khawatir terhadap kemampuan diri
dalam menjawab soal ujian.32
Bagi sebagian dari siswa, ujian dianggap sebagai suatu hal yang sudah
selayaknya dilakukan, namun sebagian lagi menganggap ujian sebagai
suatu hal yang dirasakan sebagai paksaan dan dianggap sebagai situasi
yang mengancam, karena ujian merupakan suatu proses pemeriksaan
mengenai pengetahuan dan keahlian siswa sebagai akibat dari suatu
proses belajarnya selama menjalani pendidikan, sekaligus menjadi
tolok ukur bagi keberhasilan siswa dalam menempuh proses
pendidikannya selama ini.
Seperti yang dinyatakan oleh Shadily bahwa ujian merupakan suatu
pemeriksaan mengenai pengetahuan, keahlian atau kecerdasan seseorang
(siswa) untuk diperkenankan atau tidak dalam mengikuti pendidikan
tingkat tertentu.33
Selanjutnya Sudjana menyatakan bahwa ujian merupakan hasil belajar
siswa yang merupakan akibat dari suatu proses belajar siswa selama
menjalani pendidikannya.34
Sedangkan Mahmud menyatakan bahwa ujian merupakan suatu penilaian
yang dilakukan sebagai hasil dari suatu proses belajar mengajar.35
Menurut Soejanto bahwa beragam reaksi emosional yang diperlihatkan
siswa dalam menghadapi ujian antara lain adalah rasa cemas.36
Haditono menjelaskan bahwa kecemasan yang dirasakan siswa dalam
menghadapi ujian merupakan suatu reaksi emosi yang berhubungan dengan
situasi yang dianggap mengancam.37
Bagi siswa program reguler, kecemasan tersebut bisa saja terjadi
karena adanya kekhawatiran, jikalau mereka tidak dapat menjawab
soal-soal ujian dengan baik, sehingga ada kemungkinan akan gagal
dalam ujian. Kegagalan dalam ujian dapat mengakibatkan siswa harus
mengulang lagi di kelas tersebut, sehingga ia tidak dapat mengikuti
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Sedangkan bagi siswa
program akselerasi, yang dianggap sebagai anak yang berbakat, selain
dituntut agar dapat menyelesaikan program pendidikannya lebih cepat
dari program reguler, siswa program akselerasi ini juga dianggap
sebagai siswa yang paling hebat dan paling pandai dibanding siswa
program reguler lainnya. Sebutan dan harapan yang tinggi dari
lingkungan itu menjadikan siswa program akselerasi mengalami tekanan.
Dengan masuknya seseorang sebagai siswa program akselerasi, sebutan
maupun harapan yang diberikan oleh masyarakat semakin tinggi kepada
mereka. Menurut Fawzia bahwa siswa akselerasi dinominasikan oleh
guru, teman-teman dan orang tua, sebagai anak yang paling hebat dan
paling pandai dibandingkan siswa reguler lainnya. Sebutan tersebut
membuat siswa akselerasi mengalami tekanan.38
Hal ini didukung oleh pendapat Moeslow yang berpendapat bahwa siswa
akselerasi termasuk anak yang berbakat dan merupakan anak-anak yang
banyak mengalami tekanan dari lingkungannya.39
Seperti yang diungkapkan Alim bahwa tekanan dari lingkungan tersebut
dikarenakan adanya harapan yang tinggi dari orang tua agar menjadi
anak yang sukses atau desakan masyarakat agar menjadi individu yang
bermanfaat di masyarakat, serta anggapan guru dan teman-teman agar
dapat berhasil dalam menentukan pilihan karier di kemudian hari.40
Tekanan yang mereka rasakan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
kecemasan.
Seperti yang diungkapkan oleh Atkinson bahwa ancaman
harga diri dan tekanan untuk melakukan sesuatu diluar kemampuan juga
dapat menimbulkan kecemasan dalam menghadapi ujian.41
Sedangkan menurut Moeslow bahwa rasa cemas akan gagal berprestasi
merupakan ciri khas anak berbakat dan siswa akselerasi termasuk anak
berbakat yang banyak mengalami tekanan dari lingkungannya.42
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menghadapi
ujian, siswa program reguler mengalami kecemasan yang kebanyakan
disebabkan oleh faktor dari dalam dirinya karena kemampuan yang
dimilikinya. Sedangkan bagi siswa program akselerasi yang digolongkan
kepada anak yang berbakat, juga mempunyai rasa cemas gagal
mempertahankan prestasinya dikarenakan faktor tuntutan dari luar
dirinya agar ia menjadi seorang yang sukses, sehingga beban yang
harus dipikulnya akan lebih berat sebab tekanan yang ia rasakan
tersebut.
Diasumsikan bahwa siswa program akselerasi memiliki kecemasan yang
lebih tinggi dibandingkan siswa program reguler dalam menghadapi
ujian.
- Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah anggapan sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :
- Hipotesis Kerja (Ha)
Ada perbedaan yang signifikan antara kecemasan dalam mengadapi ujian
anatara siswa kelas akselerasi dan siswa kelas reguler di MTsN
Tanjung Tani Prambon Nganjuk.
- Hipotesis Nihil (Ho)
Tidak Ada perbedaan yang signifikan antara kecemasan dalam mengadapi
ujian anatara siswa kelas akselerasi dan siswa kelas reguler di MTsN
Tanjung Tani Prambon Nganjuk.
- Metode Penelitian
Metodologi dalam sebuah penelitan adalah merupakan hal yang sangat
penting keberadaannya, sering diistilahkan dengan pisau penelitian
karena begitu berpengaruhnya terhadap suatu hasil penelitian, dalam
metode penelitian yang menjadi pembahasan meliputi :
- Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu
pendekatan yang hasil penelitiannya disajikan dalam bentuk deskripsi
dengan menggunakan angka-angka statistik.43
Jenis dari penelitian ini adalah komparasi, yaitu suatu penelitian
yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya perbedaan yang signifikan
antar variabel. Dalam variabel penelitian ini ada dua variabel yang
penulis kemukakan yakni :
- Variabel bebas (x) adalah variabel yang diduga berpengaruh terhadap keberadaan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah “Siswa kelas akselerasi dengan siswa kelas reguler”.
- Variabel terikat (y) adalah variabel yang diharapkan tibul akibat variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah “kecemasan mengahadapi ujian”.
Dari variabel diatas yang menjadi bahan angket adalah tentang
kebiasaan belajar, adapun indicator-indikatornya sebagai berikut :
- Bentuk kecemasan (Freud)
- Kecemasan obyektif (objective anxiety)
- Reaksi terhadap pengenalan akan adanya bahaya dari luar
- Adanya kemungkinan bahaya dari luar
- Adanya kemungkinan bahaya yang disangkanya akan terjadi
- Kecemasan penyakit (neurotic adalah suatu anxiety)
- Kecemasan secara umum
- Kecemasan neurotik yang obyeknya benda-benda atau hal-hal tertentu
- Kecemasan dalam bentuk ancaman
- Kecemasan moral (moral anxiety)
- Kecemasan akibat dari dorongan perasaan, rasa dosa
- Kecemasan yang berhubungan dengan gejala gangguan kekecewaan itu sendiri
- Lokasi Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti memilih lokasi penelitian
lembaga pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan
akselerasi dan reguler sekaligus yakni MTsN Tanjung Tani Prambon
Nganjuk.
- Populasi
Pengertian populasi menurut Sugiono adalah subyek atau obyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian untuk ditarik kesimpulan.44
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas
VIII MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk, yang berada di program
akselerasi dan reguler tahun pelajaran 2011-2012.
- Sampel
Menurut Suharsimi dalam bukunya Prosedur Penetian :
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, Karena
dalam kegiatan penelitian untukmemetakan hal tersebut digunakan
teknik random sampling, yaitu suatu teknik penelitian sampel
dimana semua individu anggota ,yaitu salah satu teknik penelitian
sampel dimana sama dan independent dan untuk dipilih sebagai anggota
sampel.45
Sedangkan untuk menentukan ukuran sampel, penelitian menggunakan
rumus Issac dan Michael sebagai berikut :
Keterangan :
S = Jumlah sampel
X2 = Siambil dari X2tabel untuk
tingkat kesalahan (a) 1% : 6,634891; untuk 5% : 3,841455 dan untuk
10% : 2,705541
N = Jumlah populasi
p = jumlah proporsi populasi; misalnya dari 1000 kali pelemparan koin
yang jatuh sebanyak 597, maka 597/1000. Akan tetapi kalau proporsi
tidak diketahui, maka digunakan angka 0,5.
q = 1 dikurangi nilai proporsi. Seandainya nilai proporsi 597/1000,
maka nilai q adalah 409/1000
d = kesalahan toleransi.46
Untuk mempermudah dalam menentukan besarnya sample maka berikut ini
disajikan aplikasi dari rumus Issac dan Michael diatas ke dalam table
krecjie, seperti yang dikutip oleh sugiono dengan tingkat
kesalahan 5% sehingga sample yang diperoleh itu mempunyai derajat
kepercayaan 95% terhadap populasi.47
- Data dan sumber data
Data dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan juga kuantitatif.
Data berupa kualitatif misalnya berupa dokumen-dokumen gambaran umum
objek penelitian, sedangkan data bersifat kuantitatif adalah data
dari hasil interpretasi skor angket yang diisi oleh subjek
penelitian.
Sumber data bersifat primer karena data diperoleh langsung dari
subjek penelitian yakni pengelola lembaga pendidikan tersebut dan
juga siswa-siswi sebagai data utama dalam pengisian angket.
- Metode pengumpulan data
Banyak cara untuk pengumpulkan data penelitian, namun karena di sini
peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif maka hanya dipelukan
beberapa metode pengupulan data yang diperlukan dalam penelitian ini
yakni:
- Metode Angket
Menurut Suharsini bahwa angket adalah pengumpulan
data melalui daftar pernyataan tertulis yang di susun dan di
sebarluaskan untuk mendapatkan informasi atau keterangan dari sumber
data.48
Dalam metode angket ini peneliti menggunakan
angket langsung yaitu memberikan daftar pertanyaan langsung kepada
responden untuk memperoleh data yang di butuhkan, sehingga dapat di
ketahui pendapat atau sikap seseorang terhadap suatu masalah.
- Metode dokumentasi
Yaitu "Metode yang di gunakan untuk mencari
data mengenai hal-hal atau vaiabel yang berupa
catatan agenda, buku dan sebagainya."49
Dalam metode ini di gunakan penulis untuk memperoleh data umum objek
penelitian, misal tentang daftar pembimbing dan staf, daftar struktur
jumlah siswa yang ada, sarana dan prasarana
dan lain sebagainya.
- Analis Data
Analisis data merupakan metode yang disebut juga dengan pengolahan
data. Analisis data merupakan proses menghubung-hubungkan dan
memisah-misahkan sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan. Pada
analisis statistic diharapkan hasil pengolahan data tersebut
terpercaya kredibilitasnya.
Analisis Data adalah "Suatu proses
penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah di baca dan di
interprestasikan."50
Setelah data terkumpul, maka langkah berikutnya adalah menganalisa
data, untuk menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang di
ajukan, sehingga dapat ditarik kesimpulan dari hasil-hasil
penelitian, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
- Persiapan
Yang dilakukan dalam langkah persiapan dalah memilih data yang
sedemikian rupa sehingga banyak data yang terpakai dan yang
tertinggal. Langkah-langkahnya yakni :
- Mengecek nama dan identitas pengisi atau responden
- Mengecek kelengkapan data, memeriksa isi instrument pengumpulan data
- Mengecek macam isisan data. Jika dalam instrument termuat sebuah atau beberapa item yang diisi “tidak tahu” atau isisan lain bukan yang dikehendaki peneliti, padahal isisan yang diharapkan tersebut merupakan variabel pokok, maka item ini perlu didrop.
- Tabulasi data
Menurut G.E.R Burroughs, mengemukakan klasifiksai analisis data
sebagai berikut :
- Tabulasi data (the tabulation of the data)
- Penyimpulan data (the summaring of the data)
- Analisis data untuk tujuan testing hipotesis
- Analisis data untuk tujuan penarikan kesimpulan. 51
Tabulasi data yaitu cara pemberian skor (scoring) terhadap jawaban
atas item-item pertanyaan yang terdapat pada angket sesuai dengan
pedoman scoring pada metode angket diatas. Termasuk dalam kegiatan
tabulasi data antara lain :
- Memberikan skor (Scoring) terhadap item-item yang perlu diberi skor
- Memberikan kode terhadap item-item yang tidak diberi skor
- Mengubah jenis data, disesuaikan atau dimodifikasikan dengan teknik analisi yang akan digunakan.
- Memberikan kode (code) dalam hubungan dengan pengolahan data jika menggunakan computer. 52
- Uji validitas
Suatu data baru dapat dipergunakan dalam penelitian apabila telah
dinyatakan valid. Validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh
mana suatu instrument betul-betul mengukur apa yang diukur. Uji
validitas digunakan dengan mengukur korelasi antar butir-butir
pertanyaan dengan skor pertanyaan secara keseluruhan. Jika terdapat
pertanyaan yang tidak valid harus dihapus atau diganti dengan
pertanyaan yang lain.
- Uji reliabelitas
Indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat
dipercaya. Instrument dikatakan reliable apabila instrument tersebut
konsisten dalam memberikan penilaian atas apa yang diukur.
- Deskripsi data
Uraian atau paparan tentang data-data yang dijadikan subyek kedaalam
penelitian serta temuan-temuan penting dari variabel yang diterliti,
meliputi mean, modus, median, standart deviasi dan varians.
- Uji normalitas data
Uji normalitas data dimaksudkan untuk menguji normal atau tidaknya
sampel penelitian. Selain itu juga digunakan untuk menentukan
statistic parametric atau statistic non parametric yang digunkan
untuk menguji hipotesis data.
- Pengujian homogenitas ragam/ varians
Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah kedua data tersebut
homogen atau heterogen. Uji homogenitas varians dilakukan dengan cara
membandingkan kedua variansnya. Hal ini bisa dilakukan dengan dua
cara :
- Varians terbesar dibagi dengan varians terkecil
- Varians terkecil dibagi dengan varians terbesar
atau
Keterangan : F = Statistik Uji F
S12 = Varian terbesar
S22 = Varian terkecil
- Uji hipotesis komparatif
Setelah diketahui homogenitas variansnya,
selanjutnya yakni menentukan rumus yang
dipakai. Karena dalam penelitian ini
menggunakan dua sampel yang saling bebas dan tidak berkorelasi, maka
menggunkan rumus t-test untuk menguji hipotesis komparatif dua
sampel.
Rumus-rumus t test yang bisa digunakan
- Rumus pertama (Separated Varians)
Keterangan :
= rata rata kecemasan menghadapi ujian siwa akselerasi MTsN Tanjung
Tani Prambon Nganjuk
= rata rata kecemasan menghadapi ujian siswa reguler MTsN Tanjung
Tani Prambon Nganjuk
= Varians kecemasan menghadapi ujian siswa akselerasi MTsN Tanjung
Tani Prambon Nganjuk
= Varians kecemasan menghadapi ujian siswa reguler MTsN Tanjung Tani
Prambon Nganjuk
= Jumlah sampel siswa akselerasi MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk
= Jumlah sampel siswa reguler MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk
- Rumus kedua (Polled Varians)
Keterangan :
= Rata-rata kecemasan menghadapi ujian siswa akselerasi MTsN Tanjung
Tani Prambon Nganjuk
= Rata-rata kecemasan menghadapi ujian siswa reguler MTsN
Tanjung Tani Prambon Nganjuk
= Varians kecemasan menghadapi ujian siswa akselerasi MTsN Tanjung
Tani Prambon Nganjuk
= Varians kecemasan menghadapi ujian siswa reguler MTsN Tanjung Tani
Prambon Nganjuk
= Jumlah sampel siswa akselerasi MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk
= Jumlah sampel siswa reguler MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk
Menurut Ali Anwar berikut merupakan petunjuk untuk memilih
rumus-rumus t-test independent:
- Bila jumlah anggota sampel 1 dan 2 sama dan varian homogen, maka dapat menggunakan rumus 1 dan 2.
- Bila jumlah anggota sampel 1 dan 2 tidak sama, varian homogen naka dapat digunakan rumus 2. Besarnya dk adalah n1+n2-2
- Bila jumlah anggota sampel 1 dan 2 sama, varians tidak homogen maka dapat digunakan rumus 1 dan 2. besarnya dk=n1-1 atau n2-2
- Bila jumlah anggota sampel 1 dan 2 tidak sama, varians tidak hoogen maka dapat digunakan rumus 1. dk yang besarnya n1-1 atau n2-2, dibagi 2 dan kemudianditambahkan harga t yang terkecil.53
- Outline Penelitian
Perbedaan
Kecemasan Menghadapi Ujian Antara Siswa Akselerasi Dan Reguler Di
MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk
BAB I : PENDAHULUAN
- Latar belakang Masalah
- Rumusan Masalah
- Tujuan Penelitian
- Kegunaan Penelitian
- Hipotesis Penelitian
- Asumsi Penelitian
- Penegasan istilah
BAB II : LANDASAN TEORI
- Kecemasan Dalam Menghadapi Ujian
- Pengertian Kecemasan
- Ciri-ciri kecemasan
- Dinamika kecemasan
- Macam-macam kecemasan
- Faktor-fator penyebab timbulnya kecemasan
- Ujian sekolah
- Kecemasan menghadapi Ujian
- Tinjauan Akselerasi Dan Reguler
- Akselerasi
- Pengertian Akselerasi
- Landasan Hukum Penyelenggaraan Akselerasi
- Tujuan Pendidikan Akselerasi
- Kurikulum Akselerasi
- Syarat-syarat Pendidikan Akselerasi
- Keuntungan Program Akselerasi
- Kelemahan Program Akselerasi
- Reguler
- Pengertian Reguler
- Tujuan Program Reguler
- Karakteristik Program Reguler
- Perbedaan Kecemasan Dalam Menghadapi Ujian Antara Siswa Akselerasi Dengan Reguler.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
- Rancangan Penelitian
- Populasi dan Sampel
- Instrumen Penelitian
- Pengumpulan Data
- Analisis Data
BAB IV : HASIL PENELITIAN
- Gambaran Umum Obyek Penelitian
- Deskripsi Data
- Pengujian Hipotesis
BAB V : PEMBAHASAN
BAB VI : PENUTUP
- Kesimpulan
- SaranFootnote:1 Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003),20.2 Reni Kabar Hawadi (Ed), Akselerasi:A-Z Informasi Program Percepatan Belajar Dan Anak Berbakat Intelektual (Jakarta:Grasindo,2004),7.3 Hawadi, Akselerasi.,119.4 Ibid.,120.,5 Hawadi,Akselerasi.,84.6 Ibid.,86.7 Ibid.,116.8 Arif Furchan,” Mengatasi Kecemasan Menghadapi Ujian”,http://pendidikanislam.net,17 April 2009, diakses 24 Desember 2010.9 Mutmainah,”Hubungan Anatara KEcemasan Menghadapi Tes Dengan Optimisme, Religiusitas, Dan Dukungan Sosial”,Tesis MA (Yogyakarta:UGM,2005),1210 John W Santrock,Perkembangan Masa Hidup,terj Ahmad Chusairi dan Juda Damanik(Jakarata: Erlangga,2002),67.11 Jeffrey S Nevid,Psikologi Abnormal,terj Noermalasari Fajar(Jakarta:Erlangga,2003),163.12 Nevid,Psikologi.,164.13 Rusdi Muslim,Diagnosis Ganngguan Jiwa Rujukan Ringkas PPDGJ-III(Jakarta:Departemen Kesehatan Republik Indonesia,2002),74.14 Nevid,Psikologi Abnormal.,174.15 Muslim,Diagnosis Ganngguan.,178.16 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.4 Tahun 2010. Ujian Sekolah/ Madrasah Tahun Pelajaran 2009/2010 pasal 1 dan 2.17 Mutmainah,”Hubungan Anatara KEcemasan Menghadapi Tes Dengan Optimisme, Religiusitas, Dan Dukungan Sosial”,Tesis MA (Yogyakarta:UGM,2005),1218 Furchan,” Mengatasi Kecemasan .19Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar SD, SMP, dan SMA-Suatu Model Pelayanan Pendidikan Bagi Peserta Didik Yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa(Jakarta, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah,2003),20.20 Hawadi.,Akselerasi.,5-6.21 Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003.22 Hawadi,Akselerasi.,20-21.23 Ibid.24 Hawadi,Akselerasi.,21.25 Ibid.,25.26 Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Penyelenggaraan,,31.27 Hawadi, Akselerasi.,7-8.28 Hawadi, Akselerasi.,8-1129 Ibid.,11830 Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003.31 Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan-Sebuah Studi Awal tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia(Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada, 2002),25-26.32 Rochelle Semmel Albin,Emosi (Bagaimana Mengenal, Menerima dan Mengarahkannya) (Yogyakarta:Kanisius,2003),23.33 Hassan Shadily, Ensiklopedi Indonesia-edisi khusus(Jakarta:PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002),45.34 Nana Sudjana,Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar(Bandung,:PTRemaja Rosdakarya, 2005),54.35 M. Diniyati Mahmud,Psikologi Pendidikan-Suatu Pendekatan Terapan (Yogyakarta:BPFE, 1998),67.36 Agus Soejanto,Bimbingan Kearah Belajar yang Sukses(Surabaya:Aksara Baru,1996),25.37 Siti Rahayu Haditono, Psikologi Perkembangan-Pengantar dalam berbagai bagiannya (Yogyakarta:Gajah Mada University Press,2002),94.38 Hawadi,Akselerasi.,84.39 Ibid.,86.40 Ibid.,116.41 Rita L Atkinson,Pengantar Psikologi-jilid II(Jakarta:Erlangga,1999),98.42 Hawadi,Akselerasi.,87.43 Ibnu Hajar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan(Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1999),30.44 Sugiono, Statistik UntukPenelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D (Bandung:Alfabeta, 2009),80.45 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta:Rineka Cipta, 2003),236.46 Ali Anwar, Statistik Untuk Penelitian Pendidikan Dan Aplikasinya Dengan SPSS dan Excel (Kediri:IAIT,2009),26.47 Sugiono, Statistik Untuk Penelitian.,63.53 Anwar, Statistik Untuk Penelitian.,,193-194.
- Daftar Pustaka
Albin, Rochelle Semmel. Emosi (Bagaimana Mengenal, Menerima dan
Mengarahkannya). Yogyakarta:Kanisius,2003.
Anwar, Ali. Statistik
Untuk Penelitian Pendidikan Dan Aplikasinya Dengan SPSS dan Excel.
Kediri:IAIT,2009.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara, 2001.
---------.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta:Rineka Cipta, 2003.
Atkinson, Rita L. Pengantar Psikologi-jilid II.
Jakarta:Erlangga,1999.
Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003.
---------, Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar SD,
SMP, dan SMA-Suatu Model Pelayanan Pendidikan Bagi Peserta Didik Yang
Memiliki Potensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa.
Jakarta:Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah,2003.
Furchan, Arif. ”Mengatasi Kecemasan Menghadapi Ujian”,
http://pendidikanislam.net,17 April 2009, diakses 24 Desember 2010.
Haditono, Siti Rahayu. Psikologi Perkembangan-Pengantar dalam
berbagai bagiannya. Yogyakarta:Gajah Mada University Press,2002.
Hajar, Ibnu. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam
Pendidikan. Jakarta:Raja Grafindo Persada,1999.
Hawadi, Reni Kabar (Ed). Akselerasi:A-Z Informasi Program
Percepatan Belajar Dan Anak Berbakat Intelektual.
Jakarta:Grasindo,2004..
Mahmud, M. Diniyati. Psikologi Pendidikan-Suatu Pendekatan
Terapan. Yogyakarta:BPFE, 1998.
Mudyahardjo, Redja. Pengantar Pendidikan-Sebuah Studi Awal tentang
Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia.
Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada, 2002.
Muslim, Rusdi. Diagnosis Ganngguan Jiwa Rujukan Ringkas PPDGJ-III.
Jakarta:Departemen Kesehatan Republik Indonesia,2002.
Mutmainah, ”Hubungan Anatara Kecemasan Menghadapi Tes Dengan
Optimisme, Religiusitas, Dan Dukungan Sosial”, Tesis MA.
Yogyakarta:UGM,2005.
Nevid, Jeffrey S. Psikologi Abnormal, terj. Noermalasari
Fajar. Jakarta: Erlangga,2003.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.4
Tahun 2010.Ujian Sekolah/ Madrasah Tahun Pelajaran 2009/2010
pasal 1 dan 2.
Santrock, John W.Perkembangan Masa Hidup.terj. Ahmad Chusairi
dan Juda Damanik. Jakarata: Erlangga,2002.
Shadily, Hassan.Ensiklopedi Indonesia-edisi khusus. Jakarta:PT
Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002.
Soejanto, Agus.Bimbingan Kearah Belajar yang Sukses.
Surabaya:Aksara Baru,1996.
Sringarimbun, Masri dan Sofyan Efendi. Metodologi
Penelitian Survey. Jakarta:
Pustaka,1990.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Bandung,:PT Remaja Rosdakarya, 2005.
Sugiono, Statistik UntukPenelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.
Bandung:Alfabeta, 2009.
0 komentar:
Post a Comment