Kesuksesan Adalah Milikku. Aku Akan Mendapatkanmu Walau Kemanapun Itu. Akan Kukejar Kamu Sampai Kemanapun Itu. Karena Kesuksesan Adalah Hak ku.

Proposal Perbedaan Kecemasan Menghadapi Ujian Siswa Akselerasi Dan Reguler

PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA SISWA AKSELERASI DAN REGULER DI MTsN TANJUNG TANI PRAMBON NGANJUK




PROPOSAL SKRIPSI

Di Tulis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I )

Dosen Pembimbing:
Imron Muzakki, M.Psi


MOCHAMAD BADRUSALIM

NIM : 9321.052.08



JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(STAIN) KEDIRI

2011


Perbedaan Kecemasan Dalam Menghadapi Ujian Antara Siswa Akselerasi Dan Reguler Di MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk

  1. Latar Belakang
Salah satu cara untuk meningkatkan taraf hidup bangsa adalah melalui pendidikan, karena dengan pendidikan dapat meningkatkan kualitas serta mengembangkan potensi sumber daya manusia. Seperti yang tertuang dalam Undang- Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003, bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangakn kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, serta berilmu, cakap, mandiri,dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Dalam pelaksanaan program pendidikan ada dua istilah yang biasa kita jumpai yaitu program pendidikan regular dan akselerasi (percepatan). Sebagaimana diungkapkan oelh Reni Akbar bahwa penyelenggaraan pendidikan secara reguler dilaksanakan selama ini lebih banyak bersifat missal,yang berorientasi secara kuantitas untuk dapat melayani sebanyak-banyaknya jumlah siswa. Kelemahan yang secara tampak adalah tidak terakomodasinya kebutuhan individual siswa. Siswa yang relatif cepat daripada yang lain tidak terlayaninya secara baik sehingga potensi yang dimiliknya tidak dapat tersalurkan dan berkembang secara optimal.2
Menurut Latifah bahwa dalam menyelenggarakan pendidikan, pada awalnya pemerintah telah menetapkan suatu program pendidikan yang bersifat reguler yaitu penyelenggaraan pendidikan yang bersifat massal yakni berorientasi pada kuantitas/ jumlah untuk dapat melayani sebanyak-banyaknya siswa usia sekolah.3 Namun pada kenyataannnya program reguler ini tidak dapat memenuhi semua kebutuhan siswa dan mempunyai kelemahan yakni tidak terakomodasikannya kebutuhan individual siswa. Siswa yang relatif lebih cepat nalarnya daripada yang lainnya tidak terlayani secara baik sehingga potensi yang dimilikinya tidak dapat berkembang secara optimal.
Berdasarkan pengalaman, siswa yang berkemampuan jauh di atas rata-rata cenderung lebih cepat menguasai materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Akibatnya, siswa ini akan mengganggu siswa lain yang lebih lamban dari padanya. Siswa yang berkemampuan jauh di atas rata-rata ini, biasanya lebih sering terkesan santai dan tampak kurang memperhatikan pelajaran. Hal yang lebih buruk lagi, siswa tersebut cenderung mengganggu temannya, sehingga kegiatan belajar mengajar dalam kelas menjadi kurang lancar.4 Untuk melayani siswa tersebut, diperlukan program khusus yang lebih cepat atau lebih luas dari program reguler.
Landasan hukum akan pentingnya pemberian perhatian khusus kepada peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa (berbakat) memperkuat asumsi bahwa kelompok peserta didik memiliki kebutuhan yang berbeda dari peserta didik yang berkemampuan dan memiliki kecerdasan normal. Dalam usahanya untuk menangani anak-anak berbakat, pada tahun 1998/1999 pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk membuat program percepatan atau lebih dikenal dengan istilah akselerasi
Dengan masuknya seseorang sebagai siswa program akselerasi, sebutan maupun harapan yang diberikan oleh masyarakat semakin tinggi kepada mereka. Menurut Fawzia bahwa siswa akselerasi dinominasikan oleh guru, teman-teman dan orang tua, sebagai anak yang paling hebat dan paling pandai dibandingkan siswa reguler lainnya. Sebutan tersebut membuat siswa akselerasi mengalami tekanan.5 Hal ini didukung oleh pendapat Moeslow yang berpendapat bahwa siswa akselerasi termasuk anak yang berbakat dan merupakan anak-anak yang banyak mengalami tekanan dari lingkungannya.6
Seperti yang diungkapkan Alim bahwa tekanan dari lingkungan tersebut dikarenakan adanya harapan yang tinggi dari orang tua agar menjadi anak yang sukses atau desakan masyarakat agar menjadi individu yang bermanfaat di masyarakat, serta anggapan guru dan teman-teman agar dapat berhasil dalam menentukan pilihan karier di kemudian hari.7 Tekanan yang mereka rasakan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya kecemasan.
Perasaan cemas sebelum menghadapi ujian pasti dialami oleh setiap orang. Namun demikian setiap orang memiliki gejala maupun respon berbeda. Ada orang yang dapat mengatasi kecemasan, tetapi ada pula yang selalui dihantui rasa cemas.

Menurut Arif Furchan:
Kecemasan ujian adalah rasa cemas yang berlebihan ketika menghadapi ujian.  Merasa sedikit cemas ketika menghadapi ujian sebenarnya adalah normal.  Bahkan sedikit rasa cemas dapat mendorong semangat belajar Anda dan menjaga Anda tetap termotivasi.  Akan tetapi, rasa cemas yang berlebihan dapat mengganggu belajar Anda.  Anda mungkin akan sulit belajar dan mengingat materi kuliah yang akan diujikan.  Di samping itu, rasa cemas yang berlebihan juga mungkin akan menghambat kinerja Anda dalam ujian.  Anda mungkin sulit menunjukkan apa yang telah Anda ketahui dalam ujian itu.8

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menghadapi ujian, siswa program reguler mengalami kecemasan yang kebanyakan disebabkan oleh faktor dari dalam dirinya karena kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan bagi siswa program akselerasi yang digolongkan kepada anak yang berbakat, juga mempunyai rasa cemas gagal mempertahankan prestasinya dikarenakan faktor tuntutan dari luar dirinya agar ia menjadi seorang yang sukses, sehingga beban yang harus dipikulnya akan lebih berat sebab tekanan yang ia rasakan tersebut.
Dari beberapa karakteristik dari pendidikan akselerasi dan reguler, maka dalam mengahadpi ujian mempunyai karakter yang berbeda pula. Maka dari itu peneliti rasa sangat penting mengetahui kecemasan mengahadpi ujian masing masing program akselerasi maupun reguler tersebut, peeliti ingin mengetahui sejauh mana perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa akselerasi dan reguler sehingga nantinya bisa digunakan sebagai acuan bagi pendidik maupun orang tua dalam menanggulangi kecemasan dalam menghadapi ujian pada putra-putrinya.
Adapun yang menjadikan peneliti memilih MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk sebagai objek penelitian karena lembaga ini merupakan salah satu lembaga pendidikan yang menyelenggarakan kedua program pendidikan tersebut yaitu program akselerasi dan reguler. Dalam pembalajarn siswa-siswi pasti menjalani ujian sebagai alat evaluasi untuk mengukur keberhasilan pembelajaran di MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk.
Dari penjelasan latar belakang di atas, maka peneliti ingin meneliti dengan judul “PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN ANTARA AKSELERASI DAN REGULER DI MTsN TANJUNG TANI PRAMBON NGANJUK”.
  1. Rumusan Masalah
Dari beberapa uraian latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahannya yakni:
  1. Bagaimana kecemasan siswa akselerasi di MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk dalam menghadapi Ujian?
  2. Bagaimana kecemasan siswa program reguler di MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk dalam menghadapi Ujian?
  3. Bagaimana perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa akslerasi dan reguler di MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk?
  1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
  1. Untuk mengetahui kecemasan dalam menghadapi ujian siswa akselerasi di MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk
  2. Untuk mengetahui kecemasan dalam menghadapi ujian siswa reguler di MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk
  3. Untuk mengetahui perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa akslerasi dan reguler di MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk
  1. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
  1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai sumbangan ilmiah dalam pengembangan pendidikan, khususnya sebagai umpan balik dalam mengungkap kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa akselerasi dan reguler di MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk.
  1. Secara Praktis
Hasil penelitian ini bisa memberikan masukan kepada pengelola lembaga pendidikan tentang, guru dan para orang tua terhadap kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa akselerasi dan reguler di MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk, sehingga menjadi feed back untuk mengupayakan penanganan dan penganggulangannya.
  1. Telaah Pustaka
Untuk menghindari kesalahan persepsi perlu dijelaskan maksud dan definisi dari judul yang telah peneliti susun, namun tidak semua komponen yang ada dalam judul kami jelaskan melalui penegasan ini, hanya beberapa istilah yang memerlukan penjabaran sehingga tidak menimbulkan makna ganda. Kata-kata yang perlu ditegaskan disini adalah :
  1. Kecemasan Menghadapi Ujian : Pengalaman buruk yang kurang menyenangkan yang dialami oleh individu baik persiapan, menjelang dan pelaksanaan ujian, individu yang menderita kecemasan mengahdapi ujian menyebabkan terhambat dalam memproses informasi sehingga tidak menemukan cara pemecahan masalah yang tepat.9
  2. Akselerasi (Percepatan) : Cara penanganan anak supernormal dengan membolehkan naik kelas secara meloncat atau menyelesaikan program reguler di dalam jangka waktu yang lebih singkat.
  3. Reguler : Program pendidikan nasional yang penyelenggaraan pendidikannya bersifat massal dan lebih heterogen dalam hal potensi, bakat, IQ serta biaya yang dikeluarkan relative lebih murah.
  1. Kajian Teoritik
  1. Kecemasan Dalam Menghadapi Ujian
  1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah gangguan yang dicirikan dengan ketegangan motorik (gelisah, gemetar dan ketidakmampuan untuk rileks), hiperaktifitas (pusing, jantung berdebar-debar atau berkeringat) dan pikiran atau harapan yang mencemaskan.10 Kecemasan menurut Nevid adalah aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.11
  1. Ciri-ciri kecemasan
Dalam bukunya Psikologi Abnormal, Nevid mengemukakan beberapa cirri kecemasan, yaitu:
  1. Ciri-ciri fisik, yang meliputi kegelisahan dan kegugupan, anggota tubuh gemetar, keluar banyak keringat, kepala pusing, nafas terasa pendek, gangguan sakit perut dan mual, sering buang air kecil dll.
  2. Ciri pada perilaku yang selalu menghindar
  3. Cirri kognitif, yang meliputi khawatir terhadap sesuatu, takut pada sesuatu yang buruk akan terjadi, merasa tidak mampu mengatasi masalah, sulit berkonsentrasi.12
Sedangkan menurut Rusdi Muslim dalam “Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas PPDGJ-III”, merumuskan bahwa cirri-ciri kecemasn yaitu:
  1. Khawatir tentang nasib buruk, sulit berkonsentrasi, hidup terasa sempit
  2. Ketegangan motorik meliputi gelisah,sakit kepala, badan gemetar, tubuh tidak dapat santai
  3. Aktivitas berlebih pada bagian tubuh meliputi jantung berdebar-debar, tubuh berkeringat, sesak napas, nyeri pada lambung,mulut kering, kepala terasa ringan.13
  1. Dinamika kecemasan
Dinamika kecemasan ada dua hal, yaitu:
  1. Menurut perspektif psikodinamika, kecemasan timbul dari suatu sinyal bahaya yang berhubungan dengan implus-implus agresif yang mendekat dan pengancam pada kesadaran
  2. Menurut perspektif belajar, kecemasan melalui proses belajar, terutama proses pengkondisian dan observasi perilaku kecemasan.14
  1. Macam-macam kecemasan
Rasa cemas itu terdapat dalam semua gangguan dan penyakit jiwa,dan ada bermacam-macam pula macamnya, diantaranya:
  1. Rasa cemas yang timbul akibat melihat dan mengetahui ada bahaya yang mengancam dirinya
  2. Rasa cemas yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk
  3. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah karena melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakina dan hati nurani.
  1. Faktor-fator penyebab timbulnya kecemasan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya kecemasan, diantaranya adalah:
  1. Faktor kognitif, yaitu peran cara berpikir yang disfungsional yang mendorong gangguan kecemasan meliputi rasa takut dalam memprediksi masa depan, keyakinan yang tidak rasional, sensitive yang berlebihan pada keadaan dan tidak yakin pada kemampuan sendiri
  2. Factor biologis, yaitu ketidakseimbangan struktur biokimia di otak, yang meliputi kesamaan gen, yang mengalami gangguan kecemasan, eurotransmiter yang kurang mengandung gamma aminobutyric acid (GABA), karena kelebihan GABA akan meredam respon-respon stress.
  3. Faktor sosial dan lingkungan, meliputi mengwali reson takut pada orang lain, kurangnya dukungan social dan mendengar cerita traumatis.15
  1. Ujian sekolah
Ujian sekolah/madrasah adalah kegiatan kegiatan penilaian dalam bentuk ujian tulis dan/ataupraktek untuk mengetahui pencapaian Standar Kompetensi Lulusan pada semua mata pelajaran yang tidak diujikan dalam Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) dan Ujian Nasional (UN).16
  1. Kecemasan menghadapi Ujian
S P Lewis dalam bukunya Test Anxiety, sebagaimana dikutip Mutmainah, mendefinisikan kecemasan mengahadapi tes atau ujian adalah pengalaman buruk yang kurang menyenangkan yang dialami oleh individu baik persiapan, menjelang dan pelaksanaan ujian, individu yang menderita kecemasan mengahdapi ujian menyebabkan terhambat dalam memproses informasi sehingga tidak menemukan cara pemecahan masalah yang tepat.17
Menurut Arif Furchan:
Kecemasan ujian adalah rasa cemas yang berlebihan ketika menghadapi ujian.  Merasa sedikit cemas ketika menghadapi ujian sebenarnya adalah normal.  Bahkan sedikit rasa cemas dapat mendorong semangat belajar Anda dan menjaga Anda tetap termotivasi.  Akan tetapi, rasa cemas yang berlebihan dapat mengganggu belajar Anda.  Anda mungkin akan sulit belajar dan mengingat materi kuliah yang akan diujikan.  Di samping itu, rasa cemas yang berlebihan juga mungkin akan menghambat kinerja Anda dalam ujian.  Anda mungkin sulit menunjukkan apa yang telah Anda ketahui dalam ujian itu.18
Jadi kecemasan dalam menghadapi ujian adalah keadaan khawatir dan rasa tidak tenang dalam ujian, baik sebelum atau persiapan maupun selama mengikuti ujian. Kecemasan disini adalah kecemasan yang berlebihan sehingga mempengaruhi proses penyerapan informasi dan pemecahan masalah.
  1. Akselerasi Dan Reguler
  1. Akselerasi
    1. Pengertian Akselerasi
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional menerbitkan Pedoman Penyelengggaraan Program Percepatan Belajar tahun 2003 yang menjelaskan bahwa Program Percepatan (Akselerasi) adalah pemberian pelayanan pendidikan sesuai dengan potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang dimiliki siswa, dengan memberi kesempatan kepada mereka untuk dapat menyelesaikan program reguler dalam jangka waktu yang lebih singkat dibandingkan teman-temannya.19
Colangelo dalam buku Akselersi A-Z menyebutkan bahwa:
Istilah akselerasi menunjuk pada pelayanan yang diberikan (service delivery), dan kurikulum yang disampaikan (curriculum delivery). Sebagai model pelayanan, pengertian akselerasi termasuk juga taman kanak-kanak atau perguruan tinggi pada usia muda, meloncat kelas, dan mengikuti pelajaran tertentu pada kelas diatasnya. 20
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa program akselerasi adalah pemberian layanan pendidikan sesuai potensi siswa yang berbakat, dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan program pendidikan dalam jangka waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan teman-temannya
    1. Landasan Hukum Penyelenggaraan Akselerasi
Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003, Bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangakn kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, serta berilmu, cakap, mandiri,dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.21

Dalam GBHN tahun 1998 dinyatakan bahwa “peserta didik yang memiliki tingkat kcerdasan luar biasa mendapat perhatian dan pelajaran lebi khusus agar dapat dipacu perkembangan prestasi dan bakatnya tanpa mengabaikan potensi peserta didik lainnya.22
    1. Tujuan Pendidikan Akselerasi
Menurut Nasichin penyelenggaraan program akselerasi/ percepatan belajar secara umum bertujuan untuk:
  1. Memberikan pelayanan terhadap peserta didik yang memiliki karekteristik khusus dari aspek kognitif dan afektifnya.
  2. Memenuhi hak azasinya selaku peserta didik sesuai dengan kebutuhan pendidikan dirinya.
  3. Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik.
  4. Menyiapkan peserta didik menjadi pemimpin masa depan.23
Sedangkan secara khusus, program percepatan belajar memiliki tujuan untuk:
  1. Menghargai peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa untuk dapat menyelesaikan pendidikan lebih cepat.
  2. Memacu kualitas/ mutu siswa dalam meningkatkan kecerdasan spiritual, intelektual dan emosional secara berimbang.
  3. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran peserta didik.24
    1. Kurikulum Akselerasi
Seperti yang dikemukakan Nasichin pula dalam buku Akselerasi, menyebutkan bahwa :
Kurikulum percepatan belajar menggunakan kurikulu nasional tahun 1994 dan local/ pengayaan materi dengan penekanan pada materi yang esensial dan dikembangkan melalui sistem pebelajaran yang dapat memacu dan mewadahi integrasi pengembangan spiritual, logika, etika dan estetika serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir holistic, kreatif, sistemik, linier dan konvergen untuk memenuhi tuntutan masa kini dan masa depan.25
    1. Syarat-syarat Pendidikan Akselerasi
Standar kualifikasi yang diharapkan dapat dihasilkan melalui program akselerasi/ percepatan belajar adalah peserta didik yang memiliki kualifikasi kemampuan, yaitu :
  1. Kualifikasi perilaku kognitif, yaitu daya tangkap cepat, mudah dan cepat memecahkan masalah serta kritis
  2. Kualifikasi perilaku kreatif, yaitu rasa ingin tahu, imajinatif, tertantang, berani ambil resiko
  3. Kualifikasi perilaku keterikatan terhadap tugas, seperti tekun, bertanggung jawab, disiplin, kerja keras, keteguhan dan daya juang.
  4. Kualifikasi perilaku kecerdasan emosi, seperti pemahaman diri sendiri, pemahaman diri orang lain, pengendalian diri, kemandirian, penyesuaian diri, harkat diri dan berbudi pekerti
  5. Kualifikasi perilaku kecerdasan spiritual, yaitu pemahaman dari apa yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai kebahagiaan diri dan orang lain.26
    1. Keuntungan Program Akselerasi
Southern dan Jones menyebutkan ada beberapa keuntungan dari dijalankannya program akselerasi bagi anak berbakat, yaitu:
  1. Meningkatkan efisiensi, siswa yang telah siap dengan bahan-bahan pengajaran dan menguasai kurikulun pada tingkat sebelumnya akan belajar lebih baik dan lebih efisien.
  2. Meningkatkan efektivitas, siswa yang terikat belajar pada tingkat kelas yang dipersiapkan dan menguasai keterampilan-keterampilan sebelumnya merupakan siswa yang paling efektif.
  3. Penghargaan, siswa yang telah mampu mencapai tingkat tertentu sepantasnya memperoleh penghargaan atas prestasi yang dicapainya.
  4. Membuka siswa pada kelompok barunya, dengan adanya program akselerasi ini siswa dimungkinkan untuk bergabung dengan siswa lain yang memiliki kemampuan intelektual dan akademis yang sama.
  5. Ekonomis, keuntungan bagi sekolah ialah tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk mendidik guru khusus anak berbakat.27
    1. Kelemahan Program Akselerasi
Southern dan Jones juga menyebutkan empat hal yang berpotensi negatif dalam program akselerasi bagi anak berbakat, yaitu:
  1. Segi akademik
  1. Bahan ajar yang diberikan mungkin saja terlalu jauh bagi siswa sehingga ia tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan yang baru, dan akhirnya menjadi seorang siswa dalam katagori sedang-sedang saja, bahkan gagal.
  2. Prestasi yang ditampilkan siswa pada waktu proses identifikasi bisa jadi merupakan fenomena sesaat saja.
  3. Siswa akselerasi kurang matang secara sosial, fisik dan juga emosional untuk berada dalam tingkat kelas yang tinggi meskipun memenuhi kualifikasi secara akademis.
  4. Siswa akselerasi terikat pada keputusan karir lebih dini, yang bisa jadi karir tersebut tidak sesuai bagi dirinya.
  5. Siswa akselerasi mungkin mengembangkan kedewasaan yang luar biasa tanpa adanya pengalaman yang dimiliki sebelumnya.
  6. Pengalaman yang sesuai untuk anak seusianya tidak dialami oleh siswa akselerasi karena tidak merupakan bagian dari kurikulum sekolah.
  1. Segi penyesuaian sosial
  1. Siswa akselerasi didorong untuk berprestasi baik secara akademis. Hal ini akan mengurangi waktunya untuk melakukan aktivitas yang lain.
  2. Siswa akselerasi akan kehilangan aktivitas dalam masa-masa hubungan social yang penting pada usianya.
  3. Kemungkinan siswa akselerasi akan ditolak oleh kakak kelasnya, sedangkan untuk teman sebayanya kesempatan untuk bermain pun sedikit sekali.
  4. Siswa sekelas yang lebih tua tidak mungkin setuju memberikan perhatian dan respek pada teman sekelasnya yang lebih muda usianya. Hal ini menyebabka siswa akan kehilangan kesempatan dalam keterampilan kepemimpinan yang dibutuhkannya dalam pengembangan karir dan sosialnya dimasa depan.
  1. Aktivitas ekstrakurikuler
  1. Aktivitas ekstrakurikuler berkaitan dengan usia sehingga siswa akselerasi akan memiliki kesempatan yang kurang untuk berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas yang penting di luar kurikulum yang normal. Hal ini juga akan menurunkan jumlah waktu untuk memperkenalkan masalah karir pada mereka.
  2. Partisipasi dalam berbagai kegiatan atletik penting untuk setiap siswa. Kegiatan dalam program akselerasi mustahil dapat menyaingi mereka yang mengikuti program sekolah secara normal dalam hal lebih kuat dan lebih terampil.
  1. Penyesuaian emosional
  1. Siswa akselerasi mungkin saja akan merasa frustrasi dengan adanya tekanan dan tuntutan yang ada. Pada akhirnya, mereka akan merasa sangat lelah sekali sehingga menurunkan tingkat apresiasinya dan bisa menjadi siswa underachiever atau drop out.
  2. Siswa akselerasi akan mudah frustrasi dengan adanya tekanan dan tuntutan berprestasi. Siswa yang mengalami sedikit kesempatan untuk membentuk persahabatan pada masanya akan menjadi terasing atau agresif terhadap orang lain.
  3. Adanya tekanan untuk berprestasi membuat siswa akseleran kehilangan kesempatan untuk mengembangkan hobi.28
  1. Reguler
  1. Pengertian Reguler
Berdasarkan penngertian yang dikemukakan oleh Ulya Lathifah dalam buku Aselerasi A-Z menyebutkan bahwa program reguler adalah suatu program pendidikan nasional yang penyelenggaraan pendidikannya bersifat massal yaitu berorientasi pada kualitas/jumlah untuk dapat melayani sebanyak-banyaknya siswa usia sekolah.29 Sebagai pendidikan nasional, program reguler dirancang, dilaksanakan dan dikembangkan untuk ikut berusaha mencapai tujuan nasional.
  1. Tujuan Program Reguler
Tujuan pendidikan dari program reguler ini, sama dengan tujuan pendidikan nasional yang dibahas dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu:
Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangakn kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, serta berilmu, cakap, mandiri,dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.30

  1. Karakteristik Program Reguler
Mudyahardjo menjelaskan bahwa ada beberapa karakteristik dalam program reguler ini meliputi:
          1. Masa pendidikan berlangsung dalam waktu terbatas, yaitu masa anak dan remaja yang meliputi SD selama 6 tahun, SMP dan SMA selama 3 tahun.
          2. Lingkungan pendidikan dalam program reguler ini berlangsung dalam lingkungan pendidikan yang diciptakan untuk menyelenggarakan pendidikan dan secara teknis pendidikan ini berlangsung di kelas/ ruangan.
          3. Bentuk kegiatan, isi pendidikan berlangsung tersusun secara terprogram dalam bentuk kurikulum. Kegiatan pendidikan lebih berorientasi pada kegiatan guru sehingga guru mempunyai peranan yang sentral. Kegiatan pendidikan terjadwal, tertentu waktu dan tempatnya.
          4. Bentuk pengajaran menggunakan bentuk penganjaran klasikal atau group-oriented instruction yaitu menganggap semua siswa sama-sama memperoleh pengajaran yang sama dan perbedaan yang ada diantara mereka dianggap tidak penting.
          5. Tujuan pendidikan program reguler ini ditentukan oleh pihak luar. Tujuan pendidikannya terbatas pada pengembangan kemampuan dan minat tertentu, dengan harapan untuk mempersiapkan siswa dimasa akan datang.31

  1. Kecemasan Dalam Menghadapi Ujian Antara Siswa akselerasi dan Reguler
Dalam uraian sebelumnya telah disimpulkan bahwa kecemasan dalam menghadapi ujian merupakan suatu manifestasi emosi yang bercampur baur dan dialami oleh individu sebagai reaksi dalam menghadapi ujian yang dapat mempengaruhi fisik dan psikisnya. Menurut Albin, rasa cemas yang muncul biasanya ditandai dengan munculnya gejala fisik maupun psikis, misalnya: rasa takut, khawatir terhadap kemampuan diri dalam menjawab soal ujian.32
Bagi sebagian dari siswa, ujian dianggap sebagai suatu hal yang sudah selayaknya dilakukan, namun sebagian lagi menganggap ujian sebagai suatu hal yang dirasakan sebagai paksaan dan dianggap sebagai situasi yang mengancam, karena ujian merupakan suatu proses pemeriksaan mengenai pengetahuan dan keahlian siswa sebagai akibat dari suatu proses belajarnya selama menjalani pendidikan, sekaligus menjadi tolok ukur bagi keberhasilan siswa dalam menempuh proses pendidikannya selama ini.
Seperti yang dinyatakan oleh Shadily bahwa ujian merupakan suatu pemeriksaan mengenai pengetahuan, keahlian atau kecerdasan seseorang (siswa) untuk diperkenankan atau tidak dalam mengikuti pendidikan tingkat tertentu.33 Selanjutnya Sudjana menyatakan bahwa ujian merupakan hasil belajar siswa yang merupakan akibat dari suatu proses belajar siswa selama menjalani pendidikannya.34 Sedangkan Mahmud menyatakan bahwa ujian merupakan suatu penilaian yang dilakukan sebagai hasil dari suatu proses belajar mengajar.35
Menurut Soejanto bahwa beragam reaksi emosional yang diperlihatkan siswa dalam menghadapi ujian antara lain adalah rasa cemas.36 Haditono menjelaskan bahwa kecemasan yang dirasakan siswa dalam menghadapi ujian merupakan suatu reaksi emosi yang berhubungan dengan situasi yang dianggap mengancam.37
Bagi siswa program reguler, kecemasan tersebut bisa saja terjadi karena adanya kekhawatiran, jikalau mereka tidak dapat menjawab soal-soal ujian dengan baik, sehingga ada kemungkinan akan gagal dalam ujian. Kegagalan dalam ujian dapat mengakibatkan siswa harus mengulang lagi di kelas tersebut, sehingga ia tidak dapat mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Sedangkan bagi siswa program akselerasi, yang dianggap sebagai anak yang berbakat, selain dituntut agar dapat menyelesaikan program pendidikannya lebih cepat dari program reguler, siswa program akselerasi ini juga dianggap sebagai siswa yang paling hebat dan paling pandai dibanding siswa program reguler lainnya. Sebutan dan harapan yang tinggi dari lingkungan itu menjadikan siswa program akselerasi mengalami tekanan.
Dengan masuknya seseorang sebagai siswa program akselerasi, sebutan maupun harapan yang diberikan oleh masyarakat semakin tinggi kepada mereka. Menurut Fawzia bahwa siswa akselerasi dinominasikan oleh guru, teman-teman dan orang tua, sebagai anak yang paling hebat dan paling pandai dibandingkan siswa reguler lainnya. Sebutan tersebut membuat siswa akselerasi mengalami tekanan.38 Hal ini didukung oleh pendapat Moeslow yang berpendapat bahwa siswa akselerasi termasuk anak yang berbakat dan merupakan anak-anak yang banyak mengalami tekanan dari lingkungannya.39
Seperti yang diungkapkan Alim bahwa tekanan dari lingkungan tersebut dikarenakan adanya harapan yang tinggi dari orang tua agar menjadi anak yang sukses atau desakan masyarakat agar menjadi individu yang bermanfaat di masyarakat, serta anggapan guru dan teman-teman agar dapat berhasil dalam menentukan pilihan karier di kemudian hari.40 Tekanan yang mereka rasakan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya kecemasan.
Seperti yang diungkapkan oleh Atkinson bahwa ancaman harga diri dan tekanan untuk melakukan sesuatu diluar kemampuan juga dapat menimbulkan kecemasan dalam menghadapi ujian.41 Sedangkan menurut Moeslow bahwa rasa cemas akan gagal berprestasi merupakan ciri khas anak berbakat dan siswa akselerasi termasuk anak berbakat yang banyak mengalami tekanan dari lingkungannya.42
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menghadapi ujian, siswa program reguler mengalami kecemasan yang kebanyakan disebabkan oleh faktor dari dalam dirinya karena kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan bagi siswa program akselerasi yang digolongkan kepada anak yang berbakat, juga mempunyai rasa cemas gagal mempertahankan prestasinya dikarenakan faktor tuntutan dari luar dirinya agar ia menjadi seorang yang sukses, sehingga beban yang harus dipikulnya akan lebih berat sebab tekanan yang ia rasakan tersebut.
Diasumsikan bahwa siswa program akselerasi memiliki kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan siswa program reguler dalam menghadapi ujian.
  1. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah anggapan sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :
  1. Hipotesis Kerja (Ha)
Ada perbedaan yang signifikan antara kecemasan dalam mengadapi ujian anatara siswa kelas akselerasi dan siswa kelas reguler di MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk.
  1. Hipotesis Nihil (Ho)
Tidak Ada perbedaan yang signifikan antara kecemasan dalam mengadapi ujian anatara siswa kelas akselerasi dan siswa kelas reguler di MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk.
  1. Metode Penelitian
Metodologi dalam sebuah penelitan adalah merupakan hal yang sangat penting keberadaannya, sering diistilahkan dengan pisau penelitian karena begitu berpengaruhnya terhadap suatu hasil penelitian, dalam metode penelitian yang menjadi pembahasan meliputi :
    1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang hasil penelitiannya disajikan dalam bentuk deskripsi dengan menggunakan angka-angka statistik.43
Jenis dari penelitian ini adalah komparasi, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya perbedaan yang signifikan antar variabel. Dalam variabel penelitian ini ada dua variabel yang penulis kemukakan yakni :
      • Variabel bebas (x) adalah variabel yang diduga berpengaruh terhadap keberadaan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah “Siswa kelas akselerasi dengan siswa kelas reguler”.
      • Variabel terikat (y) adalah variabel yang diharapkan tibul akibat variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah “kecemasan mengahadapi ujian”.
Dari variabel diatas yang menjadi bahan angket adalah tentang kebiasaan belajar, adapun indicator-indikatornya sebagai berikut :
        • Bentuk kecemasan (Freud)
  • Kecemasan obyektif (objective anxiety)
  • Reaksi terhadap pengenalan akan adanya bahaya dari luar
  • Adanya kemungkinan bahaya dari luar
  • Adanya kemungkinan bahaya yang disangkanya akan terjadi
  • Kecemasan penyakit (neurotic adalah suatu anxiety)
  • Kecemasan secara umum
  • Kecemasan neurotik yang obyeknya benda-benda atau hal-hal tertentu
  • Kecemasan dalam bentuk ancaman
  • Kecemasan moral (moral anxiety)
  • Kecemasan akibat dari dorongan perasaan, rasa dosa
  • Kecemasan yang berhubungan dengan gejala gangguan kekecewaan itu sendiri
    1. Lokasi Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti memilih lokasi penelitian lembaga pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan akselerasi dan reguler sekaligus yakni MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk.
      • Populasi
Pengertian populasi menurut Sugiono adalah subyek atau obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian untuk ditarik kesimpulan.44
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk, yang berada di program akselerasi dan reguler tahun pelajaran 2011-2012.
      • Sampel
Menurut Suharsimi dalam bukunya Prosedur Penetian :
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, Karena dalam kegiatan penelitian untukmemetakan hal tersebut digunakan teknik random sampling, yaitu suatu teknik penelitian sampel dimana semua individu anggota ,yaitu salah satu teknik penelitian sampel dimana sama dan independent dan untuk dipilih sebagai anggota sampel.45

Sedangkan untuk menentukan ukuran sampel, penelitian menggunakan rumus Issac dan Michael sebagai berikut :
Keterangan :
S = Jumlah sampel
X2 = Siambil dari X2tabel untuk tingkat kesalahan (a) 1% : 6,634891; untuk 5% : 3,841455 dan untuk 10% : 2,705541
N = Jumlah populasi
p = jumlah proporsi populasi; misalnya dari 1000 kali pelemparan koin yang jatuh sebanyak 597, maka 597/1000. Akan tetapi kalau proporsi tidak diketahui, maka digunakan angka 0,5.
q = 1 dikurangi nilai proporsi. Seandainya nilai proporsi 597/1000, maka nilai q adalah 409/1000
d = kesalahan toleransi.46
Untuk mempermudah dalam menentukan besarnya sample maka berikut ini disajikan aplikasi dari rumus Issac dan Michael diatas ke dalam table krecjie, seperti yang dikutip oleh sugiono dengan tingkat kesalahan 5% sehingga sample yang diperoleh itu mempunyai derajat kepercayaan 95% terhadap populasi.47
    1. Data dan sumber data
Data dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan juga kuantitatif. Data berupa kualitatif misalnya berupa dokumen-dokumen gambaran umum objek penelitian, sedangkan data bersifat kuantitatif adalah data dari hasil interpretasi skor angket yang diisi oleh subjek penelitian.
Sumber data bersifat primer karena data diperoleh langsung dari subjek penelitian yakni pengelola lembaga pendidikan tersebut dan juga siswa-siswi sebagai data utama dalam pengisian angket.
    1. Metode pengumpulan data
Banyak cara untuk pengumpulkan data penelitian, namun karena di sini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif maka hanya dipelukan beberapa metode pengupulan data yang diperlukan dalam penelitian ini yakni:
    1. Metode Angket
Menurut Suharsini bahwa angket adalah pengumpulan data melalui daftar pernyataan tertulis yang di susun dan di sebarluaskan untuk mendapatkan informasi atau keterangan dari sumber data.48
Dalam metode angket ini peneliti menggunakan angket langsung yaitu memberikan daftar pertanyaan langsung kepada responden untuk memperoleh data yang di butuhkan, sehingga dapat di ketahui pendapat atau sikap seseorang terhadap suatu masalah.
    1. Metode dokumentasi
Yaitu "Metode yang di gunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau vaiabel yang berupa catatan agenda, buku dan sebagainya."49 Dalam metode ini di gunakan penulis untuk memperoleh data umum objek penelitian, misal tentang daftar pembimbing dan staf, daftar struktur jumlah siswa yang ada, sarana dan prasarana dan lain sebagainya.
    1. Analis Data
Analisis data merupakan metode yang disebut juga dengan pengolahan data. Analisis data merupakan proses menghubung-hubungkan dan memisah-misahkan sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan. Pada analisis statistic diharapkan hasil pengolahan data tersebut terpercaya kredibilitasnya.
Analisis Data adalah "Suatu proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah di baca dan di interprestasikan."50 Setelah data terkumpul, maka langkah berikutnya adalah menganalisa data, untuk menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan, sehingga dapat ditarik kesimpulan dari hasil-hasil penelitian, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
  1. Persiapan
Yang dilakukan dalam langkah persiapan dalah memilih data yang sedemikian rupa sehingga banyak data yang terpakai dan yang tertinggal. Langkah-langkahnya yakni :
  1. Mengecek nama dan identitas pengisi atau responden
  2. Mengecek kelengkapan data, memeriksa isi instrument pengumpulan data
  3. Mengecek macam isisan data. Jika dalam instrument termuat sebuah atau beberapa item yang diisi “tidak tahu” atau isisan lain bukan yang dikehendaki peneliti, padahal isisan yang diharapkan tersebut merupakan variabel pokok, maka item ini perlu didrop.
  1. Tabulasi data
Menurut G.E.R Burroughs, mengemukakan klasifiksai analisis data sebagai berikut :
  • Tabulasi data (the tabulation of the data)
  • Penyimpulan data (the summaring of the data)
  • Analisis data untuk tujuan testing hipotesis
  • Analisis data untuk tujuan penarikan kesimpulan. 51
Tabulasi data yaitu cara pemberian skor (scoring) terhadap jawaban atas item-item pertanyaan yang terdapat pada angket sesuai dengan pedoman scoring pada metode angket diatas. Termasuk dalam kegiatan tabulasi data antara lain :
  1. Memberikan skor (Scoring) terhadap item-item yang perlu diberi skor
  2. Memberikan kode terhadap item-item yang tidak diberi skor
  3. Mengubah jenis data, disesuaikan atau dimodifikasikan dengan teknik analisi yang akan digunakan.
  4. Memberikan kode (code) dalam hubungan dengan pengolahan data jika menggunakan computer. 52
  1. Uji validitas
Suatu data baru dapat dipergunakan dalam penelitian apabila telah dinyatakan valid. Validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu instrument betul-betul mengukur apa yang diukur. Uji validitas digunakan dengan mengukur korelasi antar butir-butir pertanyaan dengan skor pertanyaan secara keseluruhan. Jika terdapat pertanyaan yang tidak valid harus dihapus atau diganti dengan pertanyaan yang lain.
  1. Uji reliabelitas
Indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya. Instrument dikatakan reliable apabila instrument tersebut konsisten dalam memberikan penilaian atas apa yang diukur.
  1. Deskripsi data
Uraian atau paparan tentang data-data yang dijadikan subyek kedaalam penelitian serta temuan-temuan penting dari variabel yang diterliti, meliputi mean, modus, median, standart deviasi dan varians.
  1. Uji normalitas data
Uji normalitas data dimaksudkan untuk menguji normal atau tidaknya sampel penelitian. Selain itu juga digunakan untuk menentukan statistic parametric atau statistic non parametric yang digunkan untuk menguji hipotesis data.
  1. Pengujian homogenitas ragam/ varians
Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah kedua data tersebut homogen atau heterogen. Uji homogenitas varians dilakukan dengan cara membandingkan kedua variansnya. Hal ini bisa dilakukan dengan dua cara :
    1. Varians terbesar dibagi dengan varians terkecil
    2. Varians terkecil dibagi dengan varians terbesar
atau
Keterangan : F = Statistik Uji F
S12 = Varian terbesar
S22 = Varian terkecil
  1. Uji hipotesis komparatif
Setelah diketahui homogenitas variansnya, selanjutnya yakni menentukan rumus yang dipakai. Karena dalam penelitian ini menggunakan dua sampel yang saling bebas dan tidak berkorelasi, maka menggunkan rumus t-test untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel.
Rumus-rumus t test yang bisa digunakan
  1. Rumus pertama (Separated Varians)

Keterangan :
= rata rata kecemasan menghadapi ujian siwa akselerasi MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk
= rata rata kecemasan menghadapi ujian siswa reguler MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk
= Varians kecemasan menghadapi ujian siswa akselerasi MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk
= Varians kecemasan menghadapi ujian siswa reguler MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk
= Jumlah sampel siswa akselerasi MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk
= Jumlah sampel siswa reguler MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk
  1. Rumus kedua (Polled Varians)
Keterangan :
= Rata-rata kecemasan menghadapi ujian siswa akselerasi MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk
= Rata-rata kecemasan menghadapi ujian siswa reguler MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk
= Varians kecemasan menghadapi ujian siswa akselerasi MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk
= Varians kecemasan menghadapi ujian siswa reguler MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk
= Jumlah sampel siswa akselerasi MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk
= Jumlah sampel siswa reguler MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk
Menurut Ali Anwar berikut merupakan petunjuk untuk memilih rumus-rumus t-test independent:
  1. Bila jumlah anggota sampel 1 dan 2 sama dan varian homogen, maka dapat menggunakan rumus 1 dan 2.
  2. Bila jumlah anggota sampel 1 dan 2 tidak sama, varian homogen naka dapat digunakan rumus 2. Besarnya dk adalah n1+n2-2
  3. Bila jumlah anggota sampel 1 dan 2 sama, varians tidak homogen maka dapat digunakan rumus 1 dan 2. besarnya dk=n1-1 atau n2-2
  4. Bila jumlah anggota sampel 1 dan 2 tidak sama, varians tidak hoogen maka dapat digunakan rumus 1. dk yang besarnya n1-1 atau n2-2, dibagi 2 dan kemudianditambahkan harga t yang terkecil.53
  1. Outline Penelitian
Perbedaan Kecemasan Menghadapi Ujian Antara Siswa Akselerasi Dan Reguler Di MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk
BAB I : PENDAHULUAN
  1. Latar belakang Masalah
  2. Rumusan Masalah
  3. Tujuan Penelitian
  4. Kegunaan Penelitian
  5. Hipotesis Penelitian
  6. Asumsi Penelitian
  7. Penegasan istilah
BAB II : LANDASAN TEORI
  1. Kecemasan Dalam Menghadapi Ujian
  1. Pengertian Kecemasan
  2. Ciri-ciri kecemasan
  3. Dinamika kecemasan
  4. Macam-macam kecemasan
  5. Faktor-fator penyebab timbulnya kecemasan
  6. Ujian sekolah
  7. Kecemasan menghadapi Ujian
  1. Tinjauan Akselerasi Dan Reguler
  1. Akselerasi
          1. Pengertian Akselerasi
          2. Landasan Hukum Penyelenggaraan Akselerasi
          3. Tujuan Pendidikan Akselerasi
          4. Kurikulum Akselerasi
          5. Syarat-syarat Pendidikan Akselerasi
          6. Keuntungan Program Akselerasi
          7. Kelemahan Program Akselerasi
  1. Reguler
  1. Pengertian Reguler
  2. Tujuan Program Reguler
  3. Karakteristik Program Reguler
  1. Perbedaan Kecemasan Dalam Menghadapi Ujian Antara Siswa Akselerasi Dengan Reguler.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
  1. Rancangan Penelitian
  2. Populasi dan Sampel
  3. Instrumen Penelitian
  4. Pengumpulan Data
  5. Analisis Data
BAB IV : HASIL PENELITIAN
  1. Gambaran Umum Obyek Penelitian
  2. Deskripsi Data
  3. Pengujian Hipotesis
BAB V : PEMBAHASAN
BAB VI : PENUTUP
  1. Kesimpulan
  2. Saran
    Footnote:
    1 Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003),20.
    2 Reni Kabar Hawadi (Ed), Akselerasi:A-Z Informasi Program Percepatan Belajar Dan Anak Berbakat Intelektual (Jakarta:Grasindo,2004),7.
    3 Hawadi, Akselerasi.,119.
    4 Ibid.,120.,
    5 Hawadi,Akselerasi.,84.
    6 Ibid.,86.
    7 Ibid.,116.
    8 Arif Furchan,” Mengatasi Kecemasan Menghadapi Ujian”,http://pendidikanislam.net,17 April 2009, diakses 24 Desember 2010.
    9 Mutmainah,”Hubungan Anatara KEcemasan Menghadapi Tes Dengan Optimisme, Religiusitas, Dan Dukungan Sosial”,Tesis MA (Yogyakarta:UGM,2005),12
    10 John W Santrock,Perkembangan Masa Hidup,terj Ahmad Chusairi dan Juda Damanik(Jakarata: Erlangga,2002),67.
    11 Jeffrey S Nevid,Psikologi Abnormal,terj Noermalasari Fajar(Jakarta:Erlangga,2003),163.
    12 Nevid,Psikologi.,164.
    13 Rusdi Muslim,Diagnosis Ganngguan Jiwa Rujukan Ringkas PPDGJ-III(Jakarta:Departemen Kesehatan Republik Indonesia,2002),74.
    14 Nevid,Psikologi Abnormal.,174.
    15 Muslim,Diagnosis Ganngguan.,178.
    16 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.4 Tahun 2010. Ujian Sekolah/ Madrasah Tahun Pelajaran 2009/2010 pasal 1 dan 2.
    17 Mutmainah,”Hubungan Anatara KEcemasan Menghadapi Tes Dengan Optimisme, Religiusitas, Dan Dukungan Sosial”,Tesis MA (Yogyakarta:UGM,2005),12
    18 Furchan,” Mengatasi Kecemasan .
    19Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar SD, SMP, dan SMA-Suatu Model Pelayanan Pendidikan Bagi Peserta Didik Yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa(Jakarta, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah,2003),20.
    20 Hawadi.,Akselerasi.,5-6.
    21 Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003.
    22 Hawadi,Akselerasi.,20-21.
    23 Ibid.
    24 Hawadi,Akselerasi.,21.
    25 Ibid.,25.
    26 Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Penyelenggaraan,,31.
    27 Hawadi, Akselerasi.,7-8.
    28 Hawadi, Akselerasi.,8-11
    29 Ibid.,118
    30 Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003.
    31 Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan-Sebuah Studi Awal tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia(Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada, 2002),25-26.
    32 Rochelle Semmel Albin,Emosi (Bagaimana Mengenal, Menerima dan Mengarahkannya) (Yogyakarta:Kanisius,2003),23.
    33 Hassan Shadily, Ensiklopedi Indonesia-edisi khusus(Jakarta:PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002),45.
    34 Nana Sudjana,Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar(Bandung,:PTRemaja Rosdakarya, 2005),54.
    35 M. Diniyati Mahmud,Psikologi Pendidikan-Suatu Pendekatan Terapan (Yogyakarta:BPFE, 1998),67.
    36 Agus Soejanto,Bimbingan Kearah Belajar yang Sukses(Surabaya:Aksara Baru,1996),25.
    37 Siti Rahayu Haditono, Psikologi Perkembangan-Pengantar dalam berbagai bagiannya (Yogyakarta:Gajah Mada University Press,2002),94.
    38 Hawadi,Akselerasi.,84.
    39 Ibid.,86.
    40 Ibid.,116.
    41 Rita L Atkinson,Pengantar Psikologi-jilid II(Jakarta:Erlangga,1999),98.
    42 Hawadi,Akselerasi.,87.
    43 Ibnu Hajar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan(Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1999),30.
    44 Sugiono, Statistik UntukPenelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D (Bandung:Alfabeta, 2009),80.
    45 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta:Rineka Cipta, 2003),236.
    46 Ali Anwar, Statistik Untuk Penelitian Pendidikan Dan Aplikasinya Dengan SPSS dan Excel (Kediri:IAIT,2009),26.
    47 Sugiono, Statistik Untuk Penelitian.,63.
    48 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), 24.
    49 Arikunto, Prosedur Penelitian,.,158.
    50 Masri Sringarimbun dan Sofyan Efendi, Metodologi Penelitian Survey(Jakarta: Pustaka, 1990), 203.
    51 Arikunto, Prosedur Penelitian.,239.
    52 Arikunto, Prosedur Penelitian.,239.
    53 Anwar, Statistik Untuk Penelitian.,,193-194.
  1. Daftar Pustaka
Albin, Rochelle Semmel. Emosi (Bagaimana Mengenal, Menerima dan Mengarahkannya). Yogyakarta:Kanisius,2003.

Anwar, Ali. Statistik Untuk Penelitian Pendidikan Dan Aplikasinya Dengan SPSS dan Excel. Kediri:IAIT,2009.

Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2001.

---------.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta, 2003.

Atkinson, Rita L. Pengantar Psikologi-jilid II. Jakarta:Erlangga,1999.

Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003.

---------, Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar SD, SMP, dan SMA-Suatu Model Pelayanan Pendidikan Bagi Peserta Didik Yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa. Jakarta:Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah,2003.

Furchan, Arif. ”Mengatasi Kecemasan Menghadapi Ujian”, http://pendidikanislam.net,17 April 2009, diakses 24 Desember 2010.

Haditono, Siti Rahayu. Psikologi Perkembangan-Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta:Gajah Mada University Press,2002.

Hajar, Ibnu. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan. Jakarta:Raja Grafindo Persada,1999.

Hawadi, Reni Kabar (Ed). Akselerasi:A-Z Informasi Program Percepatan Belajar Dan Anak Berbakat Intelektual. Jakarta:Grasindo,2004..

Mahmud, M. Diniyati. Psikologi Pendidikan-Suatu Pendekatan Terapan. Yogyakarta:BPFE, 1998.

Mudyahardjo, Redja. Pengantar Pendidikan-Sebuah Studi Awal tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada, 2002.

Muslim, Rusdi. Diagnosis Ganngguan Jiwa Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta:Departemen Kesehatan Republik Indonesia,2002.

Mutmainah, ”Hubungan Anatara Kecemasan Menghadapi Tes Dengan Optimisme, Religiusitas, Dan Dukungan Sosial”, Tesis MA. Yogyakarta:UGM,2005.

Nevid, Jeffrey S. Psikologi Abnormal, terj. Noermalasari Fajar. Jakarta: Erlangga,2003.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.4 Tahun 2010.Ujian Sekolah/ Madrasah Tahun Pelajaran 2009/2010 pasal 1 dan 2.

Santrock, John W.Perkembangan Masa Hidup.terj. Ahmad Chusairi dan Juda Damanik. Jakarata: Erlangga,2002.

Shadily, Hassan.Ensiklopedi Indonesia-edisi khusus. Jakarta:PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002.

Soejanto, Agus.Bimbingan Kearah Belajar yang Sukses. Surabaya:Aksara Baru,1996.

Sringarimbun, Masri dan Sofyan Efendi. Metodologi Penelitian Survey. Jakarta: Pustaka,1990.

Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung,:PT Remaja Rosdakarya, 2005.

Sugiono, Statistik UntukPenelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:Alfabeta, 2009.

0 komentar:

Post a Comment

Design by WPThemesExpert | Blogger Template by BlogTemplate4U