Kesuksesan Adalah Milikku. Aku Akan Mendapatkanmu Walau Kemanapun Itu. Akan Kukejar Kamu Sampai Kemanapun Itu. Karena Kesuksesan Adalah Hak ku.

Proposal Kebiasaan Belajar Siswa Akselelerasi Dan Reguler

Link Doc (Proposal Kebiasaan Belajar)

KEBIASAAN BELAJAR SISWA AKSELERASI DAN REGULER DI MTsN TANJUNG TANI PRAMBON NGANJUK

PROPOSAL SKRIPSI

Di Tulis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I )

Dosen Pembimbing:
Imron Muzakki, M.Psi

MOCHAMAD BADRUSALIM

NIM : 9321.052.08



JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(STAIN) KEDIRI

2012


Kebiasaan Belajar Siswa Akselerasi Dan Reguler Di MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk

  1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu hal mutlak yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa agar tidak sampai tertinggal dengan bangsa lain. Sebab, dari pendidikan inilah nantinya akan lahir generasi-genarasi penerus bangsa. Oleh karena itu, organisasi pendidikan nasional harus mampu mejamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidik untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan local, nasional, dan global, sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.
Terkait dengan hal tersebut, dan lain – lain Undang – Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agara peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan masyarakat, bangsa, dan negara1.

Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masyarakat. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya. Pendidikan sebagai upaya memanusiakan manusia pada dasarnya adalah upaya mengembangkan kemampuan dan potensi individu sehingga dapat menjalani kehidupannya dengan optimal, baiksebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat serta memiliki nilai (value) moral dan sosial sebagai pedoman hidupnya. Seperti yang dijelaskan juga tujuan pendidikan dalam Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003, Bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangakn kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, serta berilmu, cakap, mandiri,dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

Dalam pelaksanaan program pendidikan ada dua istilah yang biasa kita jumpai yaitu program pendidikan regular dan akselerasi (percepatan). Sebagaimana diungkapkan oleh Reni Akbar bahwa penyelenggaraan pendidikan secara reguler dilaksanakan selama ini lebih banyak bersifat massal, yang berorientasi secara kuantitas untuk dapat melayani sebanyak-banyaknya jumlah siswa. Kelemahan yang secara tampak adalah tidak terakomodasinya kebutuhan individual siswa. Siswa yang relatif cepat daripada yang lain tidak terlayaninya secara baik sehingga potensi yang dimiliknya tidak dapat tersalurkan dan berkembang secara optimal.3
Keadaan demikian menunjukkan bahwa siswa yang berkemampuan luar biasa memerlukan penanganan dan program khusus agar potensi dirinya dapat berkembang secara optimal. Reni Akbar juga mengatakan bahwa untuk melayani siswa yang mempunyai potensi lebih diperlukan program khusus yang lebih cepat atau lebih luas daripada program reguler. Lebih cepat disini dapat diartikan bahwa siswa akan menyelesaiakan program pendidikan dalam waktu yang lebih singkat yang kemudian disebut dengan istilah akselerasi. Dalam program ini menunjukkan pada pengertian akselerasi adalah cakupan kurikulum dan program yang berarti meningkatkan kecepatan waktu dalam menguasai materi yang dipelajari yang dilakukan pada kelas khusus.4
Dalam proses pembelajaran banyak sekali yang mempengaruhinya diantara adalah kebiasaaan belajar. Kebiasaan bisa diartikan sebagai hal-hal yang dilakukan berulang-ulang sehingga dalam melakukan itu tanpa memerlukan pemikiran.5
Kebiasaan belajar adalah segenap perilaku siswa yang ditunjukkan secara ajeg dari waktu kewaktu dalam rangka pelaksanaan studi di sekolah.6 Perlu diperhatikan bahwa kebiasaan belajar tidaklah sama dengan ketrampilan belajar. Kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang dari waktu kewaktu dengan cara yang sama, sedangkan ketrampilan belajar adalah suatu system, metode dan teknik yang telah dikuasai untuk melakukan studi.
Kebiasaan belajar bukanlah suatu bakat alamiah yang berasal dari faktor bawaan, tetapi merupakan perilaku yang dipelajari secara sengaja dan sadar selama beberapa waktu. Karena diulang sepanjang waktu berbagai perilaku itu begitu terbiasakan sehingga akhirnya terlaksana secara spontan tanpa memerlukan pikiran sadar sebagai tanggapan sistematis terhadap sesuatu proses belajar.
Seperti diuangkapkan diatas tentang pendidikan akaselerasi dan reguler dalam realitasnya meskipun kedua program tersebut dapat dilaksanakan secara terpisah, dalam arti siswa yang masuk dalam program akselerasi dilaksanakan di kelas-kelas khusus dan siswa yang memiliki program reguler dilaksanakan di kelas-kelas biasa, namun demikian dalam proses pembelajaran semua siswa tersebut baik siswa akselerasi maupun reguler memiliki cara-cara dan kebiasan belajarnya sendiri-sendiri sehingga dapat melalui proses pembelajaran dengan baik.
Dari beberapa teori dan karakteristik program pendidikan akselerasi dengan reguler, dalam proses pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan kebiasaan belajarnya juga memiliki karakternya masing-masing. Maka dari itu peneliti rasa sangat penting mengetahui karakter kebiasaan belajar masing masing program akselerasi maupun reguler tersebut, peeliti ingin mengetahui sejauh mana perbedaan tingkat kebiasaan belajar siswa akselerasi dengan siswa reguler sehingga nantinya bisa digunakan sebagai acuan bagi pendidik maupun orang tua dalam meningkatkan kebiasaan belajar siswa dan putra-putrinya.
Adapun yang menjadikan peneliti memilih MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk sebagai objek penelitian karena lembaga ini merupakan salah satu lembaga pendidikan yang menyelenggarakan kedua program pendidikan tersebut yaitu program akselerasi dan reguler. Selama itu melihat kondisi siswa dalam usia tersebut yang dihadapkan pada berbagai macam perubahan, baik perubahan lingkungan, kurikulum, maupun teman sehingga dalam proses belajarnya memiliki kebiasaan belajarnya sendiri di program akselerasi dan reguler di MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk.
Dari penjelasan latar belakang di atas, maka peneliti ingin meneliti dengan judul “KEBIASAAN BELAJAR SISWA AKSELERASI DAN REGULER DI MTsN TANJUNG TANI PRAMBON NGANJUK”.
  1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat dirumuskan pemasalahan sebagai berikut :
  1. Bagaimana kebiasaan belajar siswa akselerasi di MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk?
  2. Bagaimana kebiasaan belajar siswa reguler di MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk?
  3. Bagaimana perbedaan kebiasaan belajar siswa akslerasi dan siswa reguler di MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk?
  1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
  1. Untuk mengetahui kebiasaan belajar siswa akselerasi di MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk
  2. Untuk mengetahui kebiasaan belajar siswa reguler di MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk
  3. Untuk mengetahui perbedaan kebiasaan belajar siswa akslerasi dan siswa reguler di MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk
  1. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
  1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai sumbangan ilmiah dalam pengembangan pendidikan, khususnya sebagai umpan balik dalam meningkatkan tingkat kebiasaan belajar siswa-siswi di MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk.
  1. Secara Praktis
Hasil penelitian ini bisa memberikan masukan kepada pengelola lembaga pendidikan tentang, guru dan para orang tua terhadap kebiasaan belajar siswa-siswi di MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk, sehingga menjadi feed back untuk mengupayakan peningkatan lagi kebiasaan belajar siswa-siswinya agar lebih baik lagi.
  1. Telaah Pustaka
Untuk menghindari kesalahan persepsi perlu dijelaskan maksud dan definisi dari judul yang telah peneliti susun, namun tidak semua komponen yang ada dalam judul kami jelaskan melalui penegasan ini, hanya beberapa istilah yang memerlukan penjabaran sehingga tidak menimbulkan makna ganda. Katakata yang perlu ditegaskan disini adalah :
1.) Kebiasaan Belajar: Segenap perilaku siswa yang ditunjukkan secara terus menerus dari waktu kewaktu dalam rangka pelaksanaan studi di sekolah.7 Kebiasaan belajar meliputi tentang bagaimana siswa menyiapkan pelajarannya, keteraturan studi, tempat yang digunakan, kehadiran di kelas, kebiasaan di perpustakaan dan lain sebagainya.
2.) Akselerasi (Percepatan): Cara penanganan anak supernormal dengan membolehkan naik kelas secara meloncat atau menyelesaikan program reguler di dalam jangka waktu yang lebih singkat.
3.) Reguler: Program pendidikan nasional yang penyelenggaraan pendidikannya bersifat massal dan lebih heterogen dalam hal potensi, bakat, IQ serta biaya yang dikeluarkan relative lebih murah.
Penelitian tentang perbandingan keiasaan belajar anatara siswa akselerasi telah cukup banyak diteliti. Sebagaimana yang pernah diteliti oleh Lutfiyani, Universitas Pendidikan Islam, 2010 dengan judul “Perbandingan Kebiasaan Belajar antara Siswa Berbakat Akademik di Kelas Akselerasi dengan Kelas Reguler (Studi Komparatif terhadap Siswa Berbakat Akademik di Kelas Akselerasi dan Kelas Reguler SMPN I Sumedang Tahun Pelajaran 2009/2010)”. Hasil penelitian tersebut adalah bahwa dalam penelitian tersebut diperoleh secara umum menunjukkan sebanyak 48,6 % siswa kelas akselerasi memiliki kebiasaan belajar yang efektif dan 75% siswa kelas reguler memiliki kebiasan belajar yang efektif juga. Sedangkan sebesar 20% siswa kelas akselerasi dan 21,2% siswa kelas reguler memiliki kebiasaan belajar kurang efektif.
Lebih lengap dari kesimpulan penelitian,
        1. Sebagian besar siswa berbakat akademik di kelas akselerasi dan kelas regular SMP Negeri 1 Sumedang tahun pelajaran 2009/2010 memiliki kebiasaan belajar yang tinggi dan dapat diartikan memiliki kebiasaan yang efektif. Kebiasaan belajar yang efektif ini terbentuk dalam diri siswa karena adanya dukungan/motif eksternal dari orang tua dan guru di sekolah juga dukungan berupa sikap mental yg muncul dari dalam dirinya (motif internal), sehingga kebiasaan belajar tersebut akan relatif menetap dan membatu siswa dalam meraih prestasi belajarnya.
        2. Sebagian kecil siswa berbakat akademik di kelas akselerasi dan reguler SMP Negeri 1 Sumedang tahun pelajaran 2009/2010 memiliki kebiasaan belajar yang rendah dan dapat diartikan memiliki kebiasaan belajar yang tidak efektif. Kebiasaan belajar yang tidak efektif dapat berpengaruh pada prestasi belajar, sehingga tidak menutup kemungkinan meskipun secara kemampuan intelektual mereka berada di atas rata-rata siswa lainnya, tetapi prestasi belajarnya rendah dibandingkan dengan kemampuannya.
        3. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kebiasaan belajar siswa berbakat akademik di kelas akselerasi dengan kebiasaan belajar siswa berbakat akademik di kelas regular baik pada aspek keteraturan, disiplin maupun konsentrasi. 8

Demikian dengan halnya penelitian yang dilakukan oleh Noor Eva Turshina, Universitas Negeri Malang (UM), 2010 dengan judul “Kebiasaan belajar siswa akselerasi dan siswa reguler di SMA Negeri 3 Malang”. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa semua siswa akselerasi SMAN 3 Malang memiliki kebiasaan belajar yang baik atau tidak ada yang berkebiasaan belajar buruk. Sedangkan untuk siswa reguler SMAN 3 Malang pada umumnya memiliki kebiasaan belajar pada tingkat yang cukup baik. Dari hasil penelitian ini, terlihat bahwa kebiasaan belajar siswa akselerasi lebih baik dibandingkan kebiasaan belajar siswa reguler. Meskipun demikian, baik siswa akselerasi maupun reguler sama-sama memiliki masalah dalam belajar yang apabila tidak segera mendapat penanganan maksimal maka dikhawatirkan akan menumbuhkan kebiasaan belajar yang buruk. Masalah belajar yang banyak dialami semua siswa adalah konsentrasi belajar dan adanya rasa malas belajar.9
Dari kedua penelitian tersebut ada beberapa kesamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti ini. Kesamaannya yakni penelitian ini sama-sama berfokus pada masalah kebiasaan belajar yang ditinjau dari dua kelompok populasi penelitian yakni siswa akselerasi dan reguler.
Sedangkan perbedaan penelitian yang akan dilakukan peneliti dengan penelitian terdahulu diatas yakni kedua penelitian tersebut menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan menggunakan deskripsi angka-angka hasil dari analisa statistik, sedangkan penelian yang akan peneliti lakukan ini menggunakan metode dekriptif kualitatif. Dengan penggunaan metode ini diharapkan hasil penelitian dapat lebih luas dalam mengungkap permasalahan kebiasaan belajar siswa akslerasi dan reguler, tidak hanya terpaku pada masalah-masalah yang dirumuskan dalam kuesioner.
  1. Kajian Teoritik
  1. Kebiasaan Belajar
    1. Pengertian kebiasaan belajar
Kebiasaan adalah suatu cara bertindak yang telah dikuasai, bersifat persistent (tahan uji), seragam dan hamper-hampir otomatis. Disamping pelakunya hamper tidak menyadarinya, karenanya orang yang melakukan suatu kebiasaan masih dapat memusatkan pikirannya pada persoalan lain.10
Belajar secara umum dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sehubungan dengan pengerian itu maka perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan mental yang berkembang seiring dengan perumbuhan umur ataupun keadaan gila, mabuk, lelah dan jenuh tidak dipandang sebagai proses belajar.11
Kebiasaan belajar adalah segenap perilaku siswa yang ditunjukkan secara ajeg dari waktu kewaktu dalam rangka pelaksanaan studi di sekolah.12 Perlu diperhatikan bahwa kebiasaan belajar tidaklah sama dengan ketrampilan belajar. Kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang dari waktu kewaktu dengan cara yang sama, sedangkan ketrampilan belajar adalah suatu system, metode dan teknik yang telah dikuasai untuk melakukan studi.
    1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan belajar
Dalam setiap kegiatan atau keadaan pasti ada beberapa yang mempengaruhinya, begitu pula kebiasaan belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yakni:
      1. Faktor Intern
        • Kesehatan
        • Intelegensi
        • Minat
        • Motivasi
        • Kematangan
        • Gaya belajar
      2. Faktor Ekstern
        • Keluaraga
        • Sekolah
        • Lingkungan masyarakat
        • Faktor stimuli belajar.13
    1. Manfaat kebiasaan belajar
Adapun manfaat dari kebiasaan belajar yaitu :
      1. Menghemat waktu dalam mengerjakan sesuatu atau memakai pikiran
      2. Meningkatkan efisiensi manusia
      3. Membuat seseorang menjadi lebih cermat
      4. Hasil belajar akan lebih maksimal
      5. Menjadikan sesorang menjadi lebih konsisten dalam kegiatan sehari-hari.14
    1. Aspek-aspek kebiasaan belajar
Aspek-aspek dalam kebiasaan belajar meliputi:
      1. Kebiasaan siswa sebelum belajar.
        • Menyiapkan PR/Tugas.
        • Menyiapkan perlengkapan sekolah.
        • Menyiapkan mental.
        • Menyiapkan fisik.
      2. Kebiasaan belajar siswa diwaktu senggang.
        • Pemanfaatan waktu istirahat.
        • Pemanfaatan waktu jam pelajaran kosong.
        • Menggunakan waktu luang saat di rumah atau saat libur.
      3. Kebiasaan belajar bersama teman.
        • Kemampuan mengendalikan diri.
        • Aktivitas dalam belajar bersama.
        • Menerima/menolak pendapat teman.
      4. Kebiasaan belajar di kelas.
        • Sebelum pelajaran dimulai.
        • Saat pelajaran berlangsung.
      5. Kebiasaan siswa dalam belajar kelompok.
        • Tanggapan terhadap pendapat teman.
        • Kehadiran dalam kelompok belajar.
        • Aktivitas dalam kelompok belajar.
      6. Kebiasaan belajar di rumah.
        • Belajar di rumah.
        • Belajar dengan bantuan kakak/orang tua.
    1. Cara-Cara untuk Mengembangkan Kebiasaan Belajar
Kebiasaan belajar perlu dikembangkan sedikit demi sedikit. Berikut ini adalah cara mengembangkan kebiasaan belajar yang kiranya tidak sukar untuk dilaksanakan.
  1. Menyusun Rencana Belajar
Tiap siswa tentu berkeinginan agar belajarnya dapat berhasil dengan baik, untuk itu mereka berusaha sedapat mungkin menggerakkan segala daya yang ada agar berhasil mencapai tujuan. Rencana belajar besar manfaatnya dan menjadi keharusan bagi setiap siswa.
  1. Menyusun Jadwal Belajar
Menyusun jadwal belajar pada umumnyya adalah belajar sedikit demi sedikit tetapi konsisten, akan lebih baik dari pada belajar borongan.
  1. Penggunaan Waktu Belajar
Penggunaan waktu siswa ada dua hal, yaitu: (1) penjatahan waktu untuk masing-masing pelajaran. (2) menyiapkan dan mengulang mata pelajaran
  1. Teknik Belajar
Teknik yang paling baik tergantung pada masing-masing siswa karena hal ini sifatnya memang individual. Namun di samping perbedaan individual tersebut terdapat hal-hal yang bersifat umum yang berlaku pada siswa.
  1. Konsentrasi
Konsentrasi belajar adalah pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dan bukan hal-hal lain yang tidak berhubungan dengan pelajaran. Konsentrasi yang tinggi akan membuahkan hasil belajar yang diinginkan.
  1. Disiplin Belajar
Disiplin belajar yang baik, nanti akan memberikan hasil yang memuaskan pada setiap usaha belajar kita. Ilmu yang sedang dituntut dapat dimengerti dan dikuasai dengan sempurna serta ujian dapat dilalui dengan berhasil.
  1. Akselerasi Dan Reguler
  1. Akselerasi
    1. Pengertian Akselerasi
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional menerbitkan Pedoman Penyelengggaraan Program Percepatan Belajar tahun 2003 yang menjelaskan bahwa Program Percepatan (Akselerasi) adalah pemberian pelayanan pendidikan sesuai dengan potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang dimiliki siswa, dengan memberi kesempatan kepada mereka untuk dapat menyelesaikan program reguler dalam jangka waktu yang lebih singkat dibandingkan teman-temannya.15
Colangelo dalam buku Akselersi A-Z menyebutkan bahwa:
Istilah akselerasi menunjuk pada pelayanan yang diberikan (service delivery), dan kurikulum yang disampaikan (curriculum delivery). Sebagai model pelayanan, pengertian akselerasi termasuk juga taman kanak-kanak atau perguruan tinggi pada usia muda, meloncat kelas, dan mengikuti pelajaran tertentu pada kelas diatasnya. 16
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa program akselerasi adalah pemberian layanan pendidikan sesuai potensi siswa yang berbakat, dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan program pendidikan dalam jangka waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan teman-temannya
    1. Landasan Hukum Penyelenggaraan Akselerasi
Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003, Bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangakn kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, serta berilmu, cakap, mandiri,dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.17

Dalam GBHN tahun 1998 dinyatakan bahwa “peserta didik yang memiliki tingkat kcerdasan luar biasa mendapat perhatian dan pelajaran lebi khusus agar dapat dipacu perkembangan prestasi dan bakatnya tanpa mengabaikan potensi peserta didik lainnya.18
    1. Tujuan Pendidikan Akselerasi
Menurut Nasichin penyelenggaraan program akselerasi/ percepatan belajar secara umum bertujuan untuk:
  1. Memberikan pelayanan terhadap peserta didik yang memiliki karekteristik khusus dari aspek kognitif dan afektifnya.
  2. Memenuhi hak azasinya selaku peserta didik sesuai dengan kebutuhan pendidikan dirinya.
  3. Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik.
  4. Menyiapkan peserta didik menjadi pemimpin masa depan.19
Sedangkan secara khusus, program percepatan belajar memiliki tujuan untuk:
  1. Menghargai peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa untuk dapat menyelesaikan pendidikan lebih cepat.
  2. Memacu kualitas/ mutu siswa dalam meningkatkan kecerdasan spiritual, intelektual dan emosional secara berimbang.
  3. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran peserta didik.20
    1. Kurikulum Akselerasi
Seperti yang dikemukakan Nasichin pula dalam buku Akselerasi, menyebutkan bahwa :
Kurikulum percepatan belajar menggunakan kurikulu nasional tahun 1994 dan local/ pengayaan materi dengan penekanan pada materi yang esensial dan dikembangkan melalui system pebelajaran yang dapat memacu dan mewadahi integrasi pengembangan spiritual, logika, etika dan estetika serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir holistic, kreatif, sistemik, linier dan konvergen untuk memenuhi tuntutan masa kini dan masa depan.21
    1. Syarat-syarat Pendidikan Akselerasi
Standar kualifikasi yang diharapkan dapat dihasilkan melalui program akselerasi/ percepatan belajar adalah peserta didik yang memiliki kualifikasi kemampuan, yaitu :
  1. Kualifikasi perilaku kognitif, yaitu daya tangkap cepat, mudah dan cepat memecahkan masalah serta kritis
  2. Kualifikasi perilaku kreatif, yaitu rasa ingin tahu, imajinatif, tertantang, berani ambil resiko
  3. Kualifikasi perilaku keterikatan terhadap tugas, seperti tekun, bertanggung jawab, disiplin, kerja keras, keteguhan dan daya juang.
  4. Kualifikasi perilaku kecerdasan emosi, seperti pemahaman diri sendiri, pemahaman diri orang lain, pengendalian diri, kemandirian, penyesuaian diri, harkat diri dan berbudi pekerti
  5. Kualifikasi perilaku kecerdasan spiritual, yaitu pemahaman dari apa yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai kebahagiaan diri dan orang lain.22
    1. Keuntungan Program Akselerasi
Southern dan Jones menyebutkan ada beberapa keuntungan dari dijalankannya program akselerasi bagi anak berbakat, yaitu:
  1. Meningkatkan efisiensi, siswa yang telah siap dengan bahan-bahan pengajaran dan menguasai kurikulun pada tingkat sebelumnya akan belajar lebih baik dan lebih efisien.
  2. Meningkatkan efektivitas, siswa yang terikat belajar pada tingkat kelas yang dipersiapkan dan menguasai keterampilan-keterampilan sebelumnya merupakan siswa yang paling efektif.
  3. Penghargaan, siswa yang telah mampu mencapai tingkat tertentu sepantasnya memperoleh penghargaan atas prestasi yang dicapainya.
  4. Membuka siswa pada kelompok barunya, dengan adanya program akselerasi ini siswa dimungkinkan untuk bergabung dengan siswa lain yang memiliki kemampuan intelektual dan akademis yang sama.
  5. Ekonomis, keuntungan bagi sekolah ialah tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk mendidik guru khusus anak berbakat.23
    1. Kelemahan Program Akselerasi
Southern dan Jones juga menyebutkan empat hal yang berpotensi negatif dalam program akselerasi bagi anak berbakat, yaitu:
  1. Segi akademik
  1. Bahan ajar yang diberikan mungkin saja terlalu jauh bagi siswa sehingga ia tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan yang baru, dan akhirnya menjadi seorang siswa dalam katagori sedang-sedang saja, bahkan gagal.
  2. Prestasi yang ditampilkan siswa pada waktu proses identifikasi bisa jadi merupakan fenomena sesaat saja.
  3. Siswa akselerasi kurang matang secara sosial, fisik dan juga emosional untuk berada dalam tingkat kelas yang tinggi meskipun memenuhi kualifikasi secara akademis.
  4. Siswa akselerasi terikat pada keputusan karir lebih dini, yang bisa jadi karir tersebut tidak sesuai bagi dirinya.
  5. Siswa akselerasi mungkin mengembangkan kedewasaan yang luar biasa tanpa adanya pengalaman yang dimiliki sebelumnya.
  6. Pengalaman yang sesuai untuk anak seusianya tidak dialami oleh siswa akselerasi karena tidak merupakan bagian dari kurikulum sekolah.
  1. Segi penyesuaian sosial
  1. Siswa akselerasi didorong untuk berprestasi baik secara akademis. Hal ini akan mengurangi waktunya untuk melakukan aktivitas yang lain.
  2. Siswa akselerasi akan kehilangan aktivitas dalam masa-masa hubungan sosial yang penting pada usianya.
  3. Kemungkinan siswa akselerasi akan ditolak oleh kakak kelasnya, sedangkan untuk teman sebayanya kesempatan untuk bermain pun sedikit sekali.
  4. Siswa sekelas yang lebih tua tidak mungkin setuju memberikan perhatian dan respek pada teman sekelasnya yang lebih muda usianya. Hal ini menyebabka siswa akan kehilangan kesempatan dalam keterampilan kepemimpinan yang dibutuhkannya dalam pengembangan karir dan sosialnya dimasa depan.
  1. Aktivitas ekstrakurikuler
  1. Aktivitas ekstrakurikuler berkaitan dengan usia sehingga siswa akselerasi akan memiliki kesempatan yang kurang untuk berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas yang penting di luar kurikulum yang normal. Hal ini juga akan menurunkan jumlah waktu untuk memperkenalkan masalah karir pada mereka.
  2. Partisipasi dalam berbagai kegiatan atletik penting untuk setiap siswa. Kegiatan dalam program akselerasi mustahil dapat menyaingi mereka yang mengikuti program sekolah secara normal dalam hal lebih kuat dan lebih terampil.
  1. Penyesuaian emosional
  1. Siswa akselerasi mungkin saja akan merasa frustrasi dengan adanya tekanan dan tuntutan yang ada. Pada akhirnya, mereka akan merasa sangat lelah sekali sehingga menurunkan tingkat apresiasinya dan bisa menjadi siswa underachiever atau drop out.
  2. Siswa akselerasi akan mudah frustrasi dengan adanya tekanan dan tuntutan berprestasi. Siswa yang mengalami sedikit kesempatan untuk membentuk persahabatan pada masanya akan menjadi terasing atau agresif terhadap orang lain.
  3. Adanya tekanan untuk berprestasi membuat siswa akseleran kehilangan kesempatan untuk mengembangkan hobi.24
  1. Reguler
    1. Pengertian Reguler
Berdasarkan penngertian yang dikemukakan oleh Ulya Lathifah dalam buku Aselerasi A-Z meynebutkan bahwa program reguler adalah suatu program pendidikan nasional yang penyelenggaraan pendidikannya bersifat massal yaitu berorientasi pada kualitas/jumlah untuk dapat melayani sebanyak-banyaknya siswa usia sekolah.25 Sebagai pendidikan nasional, program reguler dirancang, dilaksanakan dan dikembangkan untuk ikut berusaha mencapai tujuan nasional.
    1. Tujuan Program Reguler
Tujuan pendidikan dari program reguler ini, sama dengan tujuan pendidikan nasional yang dibahas dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu:
Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangakn kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, serta berilmu, cakap, mandiri,dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.26

    1. Karakteristik Program Reguler
Mudyahardjo menjelaskan bahwa ada beberapa karakteristik dalam program reguler ini meliputi:
          1. Masa pendidikan berlangsung dalam waktu terbatas, yaitu masa anak dan remaja yang meliputi SD selama 6 tahun, SMP dan SMA selama 3 tahun.
          2. Lingkungan pendidikan dalam program reguler ini berlangsung dalam lingkungan pendidikan yang diciptakan untuk menyelenggarakan pendidikan dan secara teknis pendidikan ini berlangsung di kelas/ ruangan.
          3. Bentuk kegiatan, isi pendidikan berlangsung tersusun secara terprogram dalam bentuk kurikulum. Kegiatan pendidikan lebih berorientasi pada kegiatan guru sehingga guru mempunyai peranan yang sentral. Kegiatan pendidikan terjadwal, tertentu waktu dan tempatnya.
          4. Bentuk pengajaran menggunakan bentuk penganjaran klasikal atau group-oriented instruction yaitu menganggap semua siswa sama-sama memperoleh pengajaran yang sama dan perbedaan yang ada diantara mereka dianggap tidak penting.
          5. Tujuan pendidikan program reguler ini ditentukan oleh pihak luar. Tujuan pendidikannya terbatas pada pengembangan kemampuan dan minat tertentu, dengan harapan untuk mempersiapkan siswa dimasa akan datang.27

  1. Kebiasaan Belajar Siswa Akselerasi Dan Reguler
Dalam setiap aktifitas belajar begitu banyak hal yang mempengaruhinya, bukan berarti sesorang yang memiliki IQ/intelektual tinggi akan selalu berhasil dalam proses pembelajarannya. Diibaratkan IQ dan kecerdasan-kecerdasan sejenisnya merupakan suatu potensi, bila potensi tersebut tidak selalu diasah dengan baik maka bukan hal yang tidak mungkin potensi tersebut juga kurang dapat berkembang secara maksimal.
Dalam belajar diperlukan suatu kreatifitas, kontinuitas dan keuletan. Dalam suatu pepatah arab ada yang mengungkapkan al istiqomah afdholu min alfi karomah (keuletan, ketelatenan lebih utama dari seribu karomah atau potensi). Hal ini mengisyaratkan bahwa sekedar pandai, sekedar berintelektual genius tidak menjamin keberhasilan dalam belajar, memanga hal tersebut sebagai potensi yang menjanjikan, namun diperlukan hal lain yang juga mendukung yakni ketelaten dan keuletan dalam belajar.
Seperti telah sedikit diungkapkan kebiasaan sebagai tindakan secara spontan tanpa ada pemikiran yang mendalam karena telah menjadi sesuatu yang kontinnyu dalam kehidupan sesorang. Maka kebiasaan belajar juga merupakan seseuatu kontinyuitas yang baik sebagai upaya melatih diri dalam proses belajar agar dapat telaten, ulet dan terus-menerus.
Dari karakteristi-karakeristik pendidikan akselerasi dan reguler yang memiliki banyak perbedaan, mulai dari waktu lamanya pembelajaran, tingkat intelektual yang berbeda. Maka dalam penelitian ini peneliti mengasumsikan adanya perbedaan kebiasaan belajar antara siswa akselerasi dan reguler.
  1. Metode Penelitian
Metodologi dalam sebuah penelitan adalah merupakan hal yang sangat penting keberadaannya, sering diistilahkan dengan pisau penelitian karena begitu berpengaruhnya terhadap suatu hasil penelitian, dalam metode penelitian yang menjadi pembahasan meliputi :
    1. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu suatu prosedur penelitian yang mendiskripsikan prilaku orang, tempat, atau peristiwa tertentu sacara rinci dan mendalam. Yang pada dasarnya terkait dengan:
      1. Keberadaan latar alami, sebagai sumber data dan peneliti dipandang sebagai instrument kunci.
      2. Penelitian bersifat diskriptif
      3. Lebih mementingkan proses dari pada hasil
      4. Dalam menganalisis data cenderung diskriptif
      5. Makna merupakan yang paling esensial dalam penelitian kualitatif.28
    1. Lokasi Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti memilih lokasi penelitian lembaga pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan akselerasi dan reguler sekaligus yakni MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk.
      • Populasi
Pengertian populasi menurut Sugiono adalah “Subyek atau obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian untuk ditarik kesimpulan”.29
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk, yang berada di program akselerasi dan reguler tahun pelajaran 2011-2012.
      • Sampel
Menurut Suharsimi dalam bukunya Prosedur Penetian :
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, Karena dalam kegiatan penelitian untuk memetakan hal tersebut digunakan teknik random sampling, yaitu suatu teknik penelitian sampel dimana semua individu anggota ,yaitu salah satu teknik penelitian sampel dimana sama dan independent dan untuk dipilih sebagai anggota sampel.30

    1. Data dan sumber data
Sumber data yang utama dalam penelitian kualitatif adalah sumber data dari kata-kata, tindakan dan selebihnya adalah data tambahan seperti dari dokumen dan lain sebagainya. Menurut Moleong “tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama yang bisa dicatat melalui catatan tertulis atau melalui rekaman video, tape, pengambilan foto”.31 Menurut Suharsimi “Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh”.32 Jadi, sumber data itu menunjukkan asal informasi dan harus diperoleh dari sumber yang tepat, sebab jika tidak tepat maka mengakibatkan data yang terkumpul tidak relevan dengan masalah yang diteliti.
Sumber data utama dalam penelitian ini adalah siswa-siswi MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk dalam program pendidikan akselerasi dan reguler. Alasan ditetapkannya siswa-siswi tersebut sebagai informan kunci karena sebagai pelaku dan yang menjalani proses pembalajaran. Selain siswa siswi MTsN Tanjung Tani, peneliti juga akan mencari informan-informan lain yang dianggap dapat melengkapi informasi yang dibutuhkan. Informan-informan lain tersebut adalah Kepala Sekolah, para Guru, Wali Murid dan yang lainnya yang ditentukan dengan tehnik snowball sampling.
Sumber data yang dijadikan sebagai subyek penelitian ini ada dua yaitu; sumber data primer dan sumber data skunder. Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari lapangan. Sumber primer juga merupakan sumber-sumber dasar yang merupakan bukti atau saksi utama dari kejadian yang lalu. Data primer juga diperoleh dalam bentuk verbal atau kata-kata serta ucapan lisan dan perilaku dari informan.
Sumber data sekunder adalah catatan adanya peristiwa ataupun catatan-catatan yang jaraknya telah jauh dari sumber orisinil. Menurut Moh. Nazir “Menggunakan citasi orang lain tentang suatu kejadian merupakan sumber sekunder dalam sejarah dan sumber citasi dan bukan dari penyaksi kejadian sendiri”.33
    1. Metode pengumpulan data
Untuk memperoleh data di lapangan dalam rangka mendiskripsikan dan menjawab permasalahan yang sedang diteliti maka digunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
    1. Wawancara
Menurut Sudjana dalam Djam’an, “wawancara adalah proses pengumpulkan data atau informasi melalui tatap muka antara pihak penanya (intervier) dengan pihak yang ditanya (interview)”.34 Menurut Sutrisno Hadi “Tehnik wawancara terdiri atas tiga jenis, yaitu : wawancara terstruktur (structured interview), wawancara semi terstruktur (semistructured interview) dan tidak terstruktur (unstructured interview)”.35
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan sesuai dengan pedoman peneliti, apabila muncul kejadian di luar pedoman tersebut maka hal itu tidak perlu diperhatikan.36 Adapun wawancara semi struktur adalah wawancara yang dilakukan dengan mengembangkan instrument penelitian. Menurut Djam’an bahwa “wawancara semi struktur ini sudah masuk dalam kategori wawancara mendalam, dimana pelaksanaannya lebih bebas dan terbuka dibanding wawancara terstruktur”.37
Wawancara mendalam yang sebenarnya adalah jenis wawancara yang ketiga, karena itu wawancara mendalam sering disebut juga dengan wawancara tidak terstruktur yang menerapkan metode interview secara lebih mendalam, luas dan terbuka dibanding wawancara terstruktur. Dilakukannya ini menurut Nasution “untuk mengetahui pendapat, persepsi, pengetahuan dan pengalaman seseorang”.38 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara jenis kedua dan ketiga. Hal ini penting untuk dijelaskan mengingat penelitian ini berusaha untuk mencari persepsi, pendapat, motivasi dan hal-hal khas lainnya yang bersifat alamiah.
Bungin menyatakan “bahwa kekhasan dari model wawancara mendalam adalah keterlibatan peneliti dalam kehidupan informan”.39 Teknik ini mirip dengan percakapan informal, yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih luas dari semua informan. Wawancara tak berstruktur ini bersifat luwes, susunan pertanyaan dan kata-katanya dapat diubah pada saat wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan responden yang dihadapi. Dalam teknik wawancara mendalam ini, peneliti berupaya mengambil peran pihak yang diteliti (talking the role of the other), secara intim menyelami dunia psikologis dan sosial mereka serta mendorong pihak yang diwawancarai agar mengemukakan gagasan dan perasaannnya dengan bebas dan nyaman.
Alasan dipilihnya metode interview ini, adalah karena dengan tehnik ini maka peneliti akan berhasil memperoleh data dari informan lebih banyak dan sesuai dengan kebutuhan peneliti. Untuk menjamin kelengkapan dan kebenaran data yang diperoleh melalui tehnik ini, peneliti menggunakan alat perekam dan pencatat.
Pendekatan pelaksanaan wawancara ini. Menggunakan garis besar pokok-pokok topik yang akan dijadikan pegangan. Dan dalam wawancara ini penulis menggunakan pedoman wawancara berstruktur yaitu pedoman wawancara yang disusun secara rinci sehingga menyerupai chek list. Pewawancara tinggal membubuhkan tanda ( cek ) pada nomor yang sesuai.40
    1. Metode Angket
Menurut Suharsimi bahwa angket adalah pengumpulan data melalui daftar pernyataan tertulis yang di susun dan di sebarluaskan untuk mendapatkan informasi atau keterangan dari sumber data.41
Dalam metode angket ini peneliti menggunakan angket langsung yaitu memberikan daftar pertanyaan langsung kepada responden untuk memperoleh data yang di butuhkan, sehingga dapat di ketahui pendapat atau sikap seseorang terhadap suatu masalah.
    1. Metode dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti barang-barang tertulis. Menurut Suharsimi Arikunto, bahwa metode documenter adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notula rapat, legger, agenda, dan sebagainya.42 Strategi dokumentasi juga merupakan teknik pengumpulan data yang ditujukan kepada subyek penelitian.43
Dalam penelitian ini metode dokumenter digunakan untuk mencari data tentang profil, visi, misi, legger, program-program, agenda-agenda, dan yang berhubungan dengan penelitian ini. Data dokumentasi ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh dari wawancara dan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti.
    1. Observasi
Menurut Cholid “Observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki”.44 Adapun Ida Bagoes berpendapat bahwa “Observasi juga dapat diartikan dengan pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diteliti”.45
Tehnik ini menurut Sugiono terdiri atas tiga jenis, yaitu : “observasi berperan serta (participant observastion), observasi terus terang dan tersamar (overt observation and covert observation), dan pengamatan terstruktur (unstructured observation)”.46 Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan pengamatan berperan serta dengan alasan bahwa jarang sekali peneliti dapat mengamati subyek penelitian tanpa terlibat dalam kegiatan orang-orang yang menjadi sasaran penelitiannya.
Tehnik pengamatan berperan serta digunakan untuk melengkapi dan menguji hasil wawancara yang diberilkan oleh informan yang kemungkinan belum menggambarkan segala macam situasi yang dikehendaki oleh peneliti. Tehnik ini dilaksanakan dengan cara peneliti melibatkan diri pada kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh subyek penelitian. Peneliti juga berusaha untuk menenggelamkan diri dalam kehidupan orang-orang dan situasi yang ingin dimengerti. 47
Dalam observasi ini diusahakan mengamati hal yang wajar dan di lapangan peneliti dapat merekam perilaku/obyek yang disesuaikan dengan fokus penelitian. Hal yang akan diamati adalah yang sesuai dengan tujuan penelitian, yakni: a) kebiasaan belajar siswa akselerasi MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk, dan b) kebiasaan belajar siswa reguler MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk, c) kebiasaan belajar siswa akselerasi dan reguler MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk.
    1. Analisis Data
Menurut pendapat Patton seperti di kutip oleh Moleong, analisa data adalah “ proses mengatur urutan data, mengorganisasikan kedalam salah satu pola, kategori dan satuan uraian dasar ”. Ia membedakanya dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari pola hubungan diantara dimensi-dimensi uraian.48
Untuk mengolah data kualitatif supaya dapat diambil kesimpulan atau makna yang valit. Maka dalam penelitian kualitatif ini, analisis data mengunakan langkah:
    1. Reduksi data
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemutusan perhatian pada penyederhanaan yang dilakukan dengan membuat ringkasan dari data-data yang diperoleh penulis dilapangan. Data yang diperoleh dalam lapangan kemudian ditulis dalam bentuk uraian atau laporan yang rinci. Laporan-laporan itu perlu di reduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok. Difokus pada hal-hal yang penting. Dicari tema atau polanya. Jadi laporan lapangan sebagai bahan “mentah” disingkatkan. Direduksi, disusun lebih sistematis. Ditonjolkan pokok-pokok yang penting, sehingga lebih mudah di kendalikan.
    1. Penyajian data atau display data
Display data adalah proses penyususnan informasi yang kompleks ke dalam bentuk sistematis, sehingga menjadi lebih sederhana dan selektif, serta dapat dipahami maknanya. Dengan disply data ini akan membantu peneliti untuk dapat melihat gambar keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data hasil penelitian. Dalam hal ini peneliti membuat matrik untuk data, agar peneliti dapat menguasai data dan tidak tenggelam dalam tumpukan detail.
    1. Mengambil kesimpulan dan verifikasi
Verivikasi atau mengambil kesimpulan adalah langkah yang terakhir yang dilakukan peneliti dalam menganalisis data dengan terus menerus, baik pada saat pengumpulan data atau setelah pengumpulan data. Pada awalnya kesimpulan bisa kesimpulan bisa dibuat longgar dan terbuka kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar pada pokok temuan. Pada penarikan kesimpulan ini peneliti berusaha untuk mencari makna data yang dikumpulkan. Untuk itu peneliti mencoba mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis dan sebagainya. Jadi dari data yang diperoleh penelitian sejak mulanya mencoba mengambil kesimpulan. Kesimpulan tersebut senantiasa harus diverifikasi selama penelitian berlangsung, verifikasi dapat singkat dengan mencari data baru.49
Ketiga macam kegiatan analisis tersebut saling berhubungan dan berlangsung terus salama penelitian dilakukan. Jadi analisis adalah kegiatan yang kontinyu dari awal sampai akhir penelitian.
  1. Outline Penelitian
Kebiasaan Belajar Siswa Akselerasi Dan Reguler Di MTsN Tanjung Tani Prambon Nganjuk
BAB I : PENDAHULUAN
  1. Konteks Penelitian
  2. Fokus Penelitian
  3. Tujuan Penelitian
  4. Kegunaan Penelitian
BAB II : LANDASAN TEORI
  1. Tinjauan Tentang Kebiasaan Belajar
  1. Pengertian Kebiasaan Belajar
  2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Belajar
  3. Kegunaan Kebiasaan Belajar
  4. Aspek-aspek kebiasaan belajar
  1. Tinjauan Akselerasi Dan Reguler
  1. Akselerasi
          1. Pengertian Akselerasi
          2. Landasan Hukum Penyelenggaraan Akselerasi
          3. Tujuan Pendidikan Akselerasi
          4. Kurikulum Akselerasi
          5. Syarat-syarat Pendidikan Akselerasi
          6. Keuntungan Program Akselerasi
          7. Kelemahan Program Akselerasi
  2. Reguler
          1. Pengertian Reguler
          2. Tujuan Program Reguler
          3. Karakteristik Program Reguler
  1. Kebiasaan belajar siswa akselerasi dan reguler
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
  1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
  2. Kehadiran Peneliti
  3. Lokasi Penelitian
  4. Sumber Data
  5. Pengumpulan Data
  6. Analisis Data
  7. Pengecekan Keabsahan Data
  8. Tahap-Tahap Penelitian
BAB IV : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
  1. Paparan Data
  2. Temuan penelitian
BAB V : PEMBAHASAN
BAB VI : PENUTUP
  1. Kesimpulan
  2. Saran
    Footnote :


    1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang system Pendidikan Nasional Jakarta:Citra Umbara, 2003.
    2 Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003.
    3 Reni Kabar Hawadi (Ed), Akselerasi:A-Z Informasi Program Percepatan Belajar Dan Anak Berbakat Intelektual (Jakarta:Grasindo,2004),7.
    4 Hawadi, Akselerasi.,118-121.
    5 Team Musyawarah Guru Bimbingan Dan Konseling, Buku Kerja Siswa Pelayanan Bimbingan Konseling (Kediri:tp,2004),16.
    6 The Liang Gie, Cara Belajar Yang Efisien (Yogyakarta:Liberty,1995),III:192.
    7 Gie, Cara Belajar.,192.
    8 Luthfiyani, Perbandingan Kebiasaan Belajar antara Siswa Berbakat Akademik di Kelas Akselerasi dengan Kelas Reguler (Studi Komparatif terhadap Siswa Berbakat Akademik di Kelas Akselerasi dan Kelas Reguler SMPN I Sumedang Tahun Pelajaran 2009/2010) (Bandung:Universitas Pendidikan Indonesia,2010)
    9 Noor Eva Turshina, Kebiasaan belajar siswa akselerasi dan siswa reguler di SMA Negeri 3 Malang(Malang: Universitas Negeri Malang,2010)
    10 Departemen Agaa RI,Metodologi Penelitian Agama Islam(Jakarta:Departemen Agama,2002), 46.
    11 Muhibbin Syah,Psikologi Dengan Pendekatan Baru(Bandung:PT Remaja Rosdakarya,1999),92.
    12 Gie, Cara Belajar.,192.
    13 Slameto,Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya(Jakarta:Rineka Cipta,1998),114-115.
    14 Gie,Cara Belajar.,194-195.
    15Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar SD, SMP, dan SMA-Suatu Model Pelayanan Pendidikan Bagi Peserta Didik Yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa(Jakarta, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah,2003),20.
    16 Hawadi.,Akselerasi.,5-6.
    17 Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003.
    18 Hawadi,Akselerasi.,20-21.
    19 Hawadi,Akselerasi., 21.
    20 Ibid.
    21 Ibid.,25.
    22 Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar SD, SMP, dan SMA-Suatu Model Pelayanan Pendidikan Bagi Peserta Didik Yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa(Jakarta, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah,2003),31.
    23 Hawadi, Akselerasi.,7-8.
    24 Hawadi, Akselerasi.,8-11
    25 Hawadi,Akselerasi:A-Z.,118
    26 Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003.
    27 Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan-Sebuah Studi Awal tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia(Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada, 2002),25-26.
    28 Muhammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan( Bandung: Angkasa, 1993 ), 160-162
    29 Sugiono, Statistik UntukPenelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D(Bandung: Alfabeta,2009), 80.
    30 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek(Jakarta:Rineka Cipta, 2003),236.
    31 Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005),112.
    32 Arikunto, Prosedur Penelitian.,107.
    33 Moh. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Galia Indonesia, 2003),50.
    34 Djam’an Satori dan Aan K, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2009),130.
    35 Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offset,1995),63.
    36 Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula (Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2006),73.
    37 Satori,Metodologi Penelitian.,135.
    38 Nasution, Metode Penelitian Naturalistic (Bandung: Tarsito, 1998), 133.
    39 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2007), 108.
    40 Bungin, Penelitian.
    41 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001),24.
    42 Arikunto, Metodologi Penelitian.,236 .
    43 Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian., 100.
    44 Cholid Narkubo dkk, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 70.
    45 Ida Bagoes Mantra, Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 82.
    46 Sugiono, Metode Panelitian., 226.
    47 Robert Bogdan, dkk., Pengantar Metode Penelitian Kualitatif : Suatu Pendekatan Fenomenologi Terhadap Ilmu-Ilmu Sosial, terj. Arif Furchan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1992), 23.
    48 Bogdan,Pengantar Metode.,103.
    49 S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, 129.
  1. Daftar Pustaka
Ali, Muhammad. Strategi Penelitian Pendidikan.Bandung: Angkasa, 1993.

Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara, 2001.

---------, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta,2003.

Bogdan, Robert dkk. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif : Suatu Pendekatan Fenomenologi Terhadap Ilmu-Ilmu Sosial. terj. Arif Furchan. Surabaya: Usaha Nasional, 1992.

Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2007.

Departemen Agama RI. Metodologi Penelitian Agama Islam. Jakarta:Departemen Agama,2002

Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar SD, SMP, dan SMA-Suatu Model Pelayanan Pendidikan Bagi Peserta Didik Yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa. Jakarta:Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah,2003.

Furyartanto. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Yogyakarta: Global Pustaka Utama,2002.

Gie, The Liang. Cara Belajar Yang Efisien. Yogyakarta:Liberty,1995,III.

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset,1995.

Hajar, Ibnu. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan. Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1999.

Hawadi, Reni Kabar (Ed). Akselerasi:A-Z Informasi Program Percepatan Belajar Dan Anak Berbakat Intelektual. Jakarta:Grasindo,2003.

Luthfiyani. Perbandingan Kebiasaan Belajar antara Siswa Berbakat Akademik di Kelas Akselerasi dengan Kelas Reguler (Studi Komparatif terhadap Siswa Berbakat Akademik di Kelas Akselerasi dan Kelas Reguler SMPN I Sumedang Tahun Pelajaran 2009/2010). Skripsi. Bandung:Universitas Pendidikan Indonesia,2010.

Mantra, Ida Bagoes. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:PT. Remaja Rosda Karya, 2005.

Mudyahardjo, Redja.Pengantar Pendidikan-Sebuah Studi Awal tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada, 2002.

Narkubo, Cholid dkk.Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.

Nasution, Metode Penelitian Naturalistic. Bandung: Tarsito, 1998.

Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta:Galia Indonesia, 2003.

Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya,1998.

Satori, Djam’an dan Aan K. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta,2009.

Slameto. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta,2002.

Sringarimbun, Masri dan Sofyan Efendi. Metodologi Penelitian Survey. Jakarta: Pustaka, 1990

Sugiono. Statistik Untuk Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta,2009.

Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press,2006.

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakaya,1999.

Team Musyawarah Guru Bimbingan Dan Konseling, Buku Kerja Siswa Pelayanan Bimbingan Konseling. Kediri:tp,2004.

Turshina,Noor Eva, Kebiasaan belajar siswa akselerasi dan siswa reguler di SMA Negeri 3 Malang. Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang,2010

Mukhtar dkk. Pendidikan Anak Bangsa, Pendidikan Untuk Semua. Jakarta: Nimas Multima,1984.

Tirtonrgoro, Sutratinah. Anak Supernormal Dan Program Pendidikannya. Jakarta:Bina Aksara,2006.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung:Citra Umbara, 2003.

0 komentar:

Post a Comment

Design by WPThemesExpert | Blogger Template by BlogTemplate4U